Step Brother (21+)

185K 963 19
                                    

NOTE!
BAB YANG IL LUPA PUBLISH
Gak ada kaitan dengan bab apapun tapi masih selatar sama Yuan dan Frank.

Berhenti manggil "thor", gak enak banget dibacanya oke.

Gadis bersurai coklat mengacak-acak rambut. Matanya sudah berkunang-kunang memandangi kisi-kisi yang hanya menggeneral materi.

"Kenapa Qiy?" Gio datang dengan semangkuk ronde hangat.

"Kak"

"Iya?" Gio memperhatikan wajah memelas Qiy.

"Beli aja udah" Gio tahu, adiknya itu menginginkan i-pad yang kemarin terjatuh hingga retak. Memang masih bisa dipakai walau cacat.

"Ogah!" balas Qiy menolak, karena sekali ia pakai uang Gio maka Qiy harus siap mengangkang sepanjang malam.

Karena itu ia lebih memilih opsi menukar nilai sempurna dengan uang orang tuanya.

Qiy dan Gio saudara, saudara tiri tepatnya. Sebelum mendapat label saudara satu bulan lalu, Qiy dan Gio adalah couple goals di SMA nya.

"Yah semangat belajarnya" ledek Gio licik.

"Cara nyontek paling aman gimana sih?" gumam Qiy yang masih terdengar jelas.

"Ga ada" jawab Gio cuek, karena memang itu adalah fakta di SMAnya. Sekalipun menulis kerpekan bahasa arab dan berkilah bahwa itu sebuah doa sang guru tak akan termakan alasan basi itu.

Resiko ketahuan nyontek sama dengan drop out, ngeri memang. Udah bayar mahal, nyontek dikit dikeluarin.

Yang aneh dari Qiy adalah, ia mahir metematika namun tak mau masuk ke rumpun IPA dan memilih menyiksa diri dengan buku sejarah dan geografi.

🎠🎠🎠

"Sial, lo kok gak bilang sih jadwalnya ditukar" Qiy mencak-mencak heboh, bagaimana mungkin ia tak frustasi? Kalau itu matkul ekonomi Qiy bisa sedikit santai namun ini sejarah Indonesia. Benar-benar sepenuhnya hafalan.

Qiy membasuh wajah berkali-kali, di keran tempat cuci tangan yang disediakan didepan kelas.

"Udah, lo nya ceklis satu" iya i-pad nya retak membuat Qiy malas untuk menyentuhnya, sedangkan Qiy memang tak punya handphone.

Ctak

Frame kacamata Qiy patah, kacanya retak.

"Aaaaa, my glasses" jerit Qiy lebay. Kacamata yang baru ia ganti dua minggu lalu berakhir sama dengan kacamata yang sebelum-sebelumnya.

Qiy menderita mata mines, karena itu juga ia malas melihat layar sekecil hp.

"Mampus, gak bisa lihat soal kan lo"

"Lebay sih"

Rade yang membawa cola berkomentar menyebalkan.

"Gue rabun jauh ya anjir" Qiy memungut kacamatanya, melenggang pergi dengan menabrak bahu Rade.

Qiy menangis, katakanlah ia lebay. Menangisi hasil belajarnya semalaman yang tak akan berguna hari ini.

"Kenapa nangis?"

Saking gondoknya, Qiy bahkan tak sadar jika ia salah masuk toilet.

"Jadwal jad-" Qiy menubruk dada bidang Gio, dan melanjutkan aksi menangisnya.

Jika mau tahu, SMA Starlight memang kerap mengubah jadwal exams secara tiba-tiba maksudnya tanpa pemberitahuan kecuali ia anak jajaran orang penting.

Gio melirik rolex yang melingkar ditangannya sekilas.

Oneshoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang