Part 3
Dua bulan usai pernikahan Hana dan Kana digelar secara sederhana. Pasangan pengantin baru itu masih menciptakan suasana canggung yang begitu kentara.
"Mas Kana"
"Iya?" Kana mengalihkan fokusnya dari tab kepada seseorang yang kini menjadi istrinya.
"Mau Hana masakin apa buat makan malam?" perut Hana yang sudah bertambah besar membuatnya kesulitan barang hanya duduk.
"Nggak perlu, nanti gofood aja" Kana menarik lengan Hana lembut untuk mendekat.
"Kamu bosen ya di rumah sendiri?" Kana mengelus perut Hana dibalik dress yang ia pakai dengan pertanyaan yang tertuju pada Hana.
"Nggak kok" Hana memang sudah berhenti sekolah dan ia tinggal bersama Kana berdua, sedangkan Mama belum juga tahu mengenai kehamilannya.
"Mas, tiga bulan lagi Hana bakal ngelahirin. Nanti kalau Mama tahu Hana married by accident gimana?"
"Hana, Mas gak suka kamu ngomong kita nikah karena itu."
"Maaf Mas" cicit Hana pelan, merasa bersalah.
"Gapapa" Kana meletakkan tab yang ia pegang dan beralih merangkul pundak kecil Hana.
"Kita harus beritahu Mama, kamu butuh bantuan Mama untuk ngurus baby kita" Kana tak mempekerjakan pembantu, kebersihan rumah ia serahkan pada cleaning service harian.
Dan keputusannya untuk tidak memiliki ART juga disetujui Hana.
Kana trauma, penyebab kematian kedua orangtuanya adalah banyak ART yang bekerja dulu semata-mata adalah orang suruhan rival bisnis keluarganya. Beruntung atau tidak, Kana berhasil selamat dari pembunuhan berencana itu.
"Tapi Mas-" Hana takut. Bukan karena kemarahan Mama melainkan Hana takut penyakit jantung Mama kambuh karena kaget dengan kabar ini.
"Mamah..." Hana mulai berkaca-kaca, Kana sendiri tidak dapat menebak apa yang menjadi pikir istrinya itu. Yang Kana lakukan hanya mengusap-usap bahu Hana. Menenangkan.
"Kita bisa nunda kelahiran baby, sampai usia pernikahan kita lebih dari sembilan bulan." jika kelahiran bayi yang cepat menjadi salah satu kekhawatiran Hana, hal ini bisa menjadi solusi.
"Bisa Mas?"
"Bisa, tapi nanti kamu akan persalinan normal" Kana memang sudah merencanakan persalinan sesar, karena melahirkan satu bayi saja perlu perjuangan keras dan didalam perut Hana terisi tiga janin. Bisa dibayangkan seberapa panjang proses yang diperlukan.
"Gapapa, Mas. Hana mau." Kana memandang kedua bola mata Hana, terdapat keluguan yang sangat kentara disana.
Sejujurnya, Kana ragu. Kemarin saat Hana mengejan untuk mendorong dildo mini itu saja terlihat sangat kesakitan dengan kontraksi yang timbul akibat perangsang.
"Kita coba beritahu Mama yang sebenarnya dulu. Nanti tergantung respon Mama bagaimana"
"Jangan! Nggak mau, Mas. Hana nggak mau Mama kenapa-napa"
"Mas juga nggak mau kamu kenapa-napa!" Kana menaikkan nada suaranya, mirip dengan bentakan.
Hana menangis. Ibu hamil memang selalu sensitif bukan?
"Hana, maaf. Dengerin Mas" Kana mengikuti Hana dari belakang. Perempuan itu menaiki satu persatu anak tangga dengan cepat. Yang membuat Kana was-was sendiri.
"Hana- Akh!" tangan Kana terjepit pintu secara tak sengaja karena menahan pintu kamar yang akan ditutup Hana.
"Mas" Hana panik, jari telunjuk Kana mengeluarkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Stories
De Todo⚠️Warn Not to under 20 Akan tamat maksimal threeshoot Open request Mengandung kata kasar dan vulgarisme 🔞Mature Content🔞