Dari sekian persamaan kami, aku ga pernah menduga bahwa perempuan salah satunya
-Gema
🎠🎠🎠
Gema menyugar rambut basahnya.
Cukup lama Gema membasahi rambut dibawah kran wastafel. Menenangkan pikirannya yang berkecamuk.
Gama tidak ada saat Gema kembali ke ruang tengah. Mungkin membersihkan diri.
Gama tak tahu bahwa Gema melihat bagaimana cara Gama membuat Zia mendesah diatas pangkuannya.
Zia menggeser duduknya, memberi space lebih lebar lagi. Dilihat sekilas, Gema yakin seratus persen bahwa dibalik sweater itu tidak ada bra didalamnya.
Apa Gama tidak berpikir bahwa adik kembarnya ini juga seorang lelaki? Membiarkan istri yang siap dimangsa kapan saja.
Tumben itu anak diem, biasanya juga udah ngebacot
Kira-kira begitu isi pikiran Zia.
"Lo kesambet?" tanyanya ngeri.
Gema berdehem, melonggarkan tenggorokannya yang terasa kering tiba-tiba.
"Lo tau ga?"
"Tau kok. Lo yang siluman dedemit kan?"
"Iya lo bininya dedemit" sewot Gema. Dasarnya Gema memang gampang emosi.
"Lo ngatain suami gue dedemit?"
"Ck! Resek"
Zia tergelak, entah kenapa ia merasa menang.
"Iya-iya, apaan?"
Jika Gema tidak dibawah pengaruh alkohol mungkin banyak kata menyebalkan yang akhirnya membuat Zia kesal setengah mati. Namun, malam ini berbeda.
Membuat Zia kembali menanyakan apa yang ingin Gema sampaikan.
"Kenapa gue gak dateng hari itu"
"Dateng kemana dah? Yang jelas kalo ngomong" dahi Zia mengernyit dan kembali menatap lurus layar 24 inc itu.
"Pernikahan kalian"
"Lo ke Swiss" jawab Zia setengah tak yakin.
"Bukan"
"Terus?"
"Mungkin kalau gue dateng, pernikahan kalian bakal berantakan"
"Hah? Lo masih gak rela Gama nikah? Iuh bocil" Zia akhirnya menghadap pada Gema, sepenuhnya.
"Lo serius selama ini setolol itu?" Zia kesal namun Gema jauh lebih kesal. Segala kalimatnya benar-benar tidak mengandung arti lain bagi Zia.
"Kok jadi ngatain?"
"Gue suka sama lo" Gema memberi sebuah pengakuan, yang didengar juga oleh Gama.
Gama marah? Tidak. Lelaki itu malah tersenyum smirk. Rencananya akan terealisasi.
"Dan ngelihat lo jadi pengantin orang lain terlebih kembaran gue sendiri sakit banget Zi"
"Kenapa dari sekian persamaan kami, lo salah satunya"
"Dan gue benci karena hati gue ingkar. Gue ingkar buat ngeikhlasin lo buat Gama"
"Gue-" Gema menangis. Segala sifat usil Gema pada Zia hanyalah kamunflase.
"Gue sayang sama lo, sebelum Gama"
"Sst" Zia mendekapnya erat. Menepuk-nepuk punggung Gema.
"Maaf"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Stories
Diversos⚠️Warn Not to under 20 Akan tamat maksimal threeshoot Open request Mengandung kata kasar dan vulgarisme 🔞Mature Content🔞