"Mas, aku mau cerai" Yoo Rae memberanikan diri, menekan kuat getar suaranya.
"Urus sendiri, saya sibuk" sikap tak acuh yang Win tunjukkan sudah lebih dari cukup. Memangnya apa yang diharapkan Yoo Rae?
Dengan perceraian ini, Win bisa menikahi Eun Byol. Membentuk rumah tangga baru. Pernikahan yang Win impikan.
Setelah Yoo Rae tertelan pintu, barulah Win menutup laptopnya. Memijat pangkal hidung saat dirasa semuanya mulai diluar kendali.
Bukankah bercerai dengan Yoo Rae adalah tujuan akhir pernikahan mereka? Lantas kenapa sekarang ia merasa tak rela melepaskan Yoo Rae.
Deru kendaraan dibawah sana membuat Win beranjak dari kursi kerjanya. Berharap itu bukan mobil Eun Byol.
Harapnya terwujud.
Mobil atap terbuka tersebut dikendarai oleh pria yang sempat dilihatnya memeluk Yoo Rae. Apakah istrinya itu telah berpindah hati?
Lucu memang, di detik-detik hancurnya pernikahan mereka. Win baru mengakui Yoo Rae sebagai istrinya.
🎠🎠🎠
Kim Han Shi menepuk-nepuk punggung Yoo Rae lembut. Sakit rasanya melihat wanita yang ia sayang menangisi lelaki lain.
"Dia ga tau kamu hamil?"
"Win ga akan peduli. Dia pasti mikir ini bukan anaknya" Yoo Rae menceritakan semuanya pada Kim Han Shi. Sebab hingga akhirnya ia memutuskan untuk bercerai.
"Dokter Lee, ah bukan. Lee Yoo Rae, bolehkan saya menjadi ayah untuknya?" dengan mata sembab Yoo Rae mendongak.
"I love you, lama sebelum akhirnya saya berusaha melepaskanmu" ini memang terdengar tidak masuk akal.
Terlebih Kim Han Shi mengatakan itu setelah baru saja keluar dari kantor pengadilan.
"Sekarang, saya ga bisa lagi buat merelakan kamu. Saya sakit tanpa kamu, Yoo Rae"
"Mungkin ini baru waktunya, jadi izinkan saya masuk ke dalam hatimu"
"Kim-"
"Kamu tidak harus menjawabnya sekarang, saya tahu ini mendadak. Tapi tolong jangan jadikan pengakuan saya ini dapat meregangkan hubungan kita"
"Cukup sekali saya kehilangan kamu" Kim Han Shi menarik kepala Yoo Rae, mengecup kening perempuan itu lama.
Tanpa mereka tahu, ada seseorang yang melihat itu semua.
"Cih, mencintaiku katanya?" desisnya mengejek.
🎠🎠🎠
Cakaran dipunggung Win sudah tak terhitung. Win menulikan pendengaran saat sang wanita dikungkungannya meminta untuk menyudahi.
Eun Byol kembali menjambak rambut Win saat lelaki itu menyesap kuat organ intimnya dibawah sana. Gigitan Win bahkan terasa nyeri.
"Win! Sakit!" Eun Byol merengek, meski nikmat yang ia rasakan juga sebanding dengan ngilu dan lemas dipersendiannya.
Win memperlebar kaki Eun Byol yang sudah kehilangan tenaga. Hampir 12 jam sejak wanita itu datang dan Win sudah membabat habis-habisan.
"Win, cukuph" tak terhitung berapa kali Eun Byol melepaskan putihnya. Dan dia tahu, jika tak sekalipun Win mendapatkan klimaks.
"Tubuhmu berkata lain, sayang" Win menekankan ucapan pada kata sayang. Kembali meyakinkan diri bahwa hanya Eun Byol yang ia sayangi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oneshoot Stories
Random⚠️Warn Not to under 20 Akan tamat maksimal threeshoot Open request Mengandung kata kasar dan vulgarisme 🔞Mature Content🔞