Observasi (21+)

47K 359 6
                                    

Hasta memerhatikan sebuah monitor tanpa fisik yang memperlihatkan kondisi rahim Emma.

Semuanya nampak baik-baik saja.

"Hasta, Emma kan nggak hamil kenapa diginiin?"

Kecuali mulut Emma.

"Diperiksa"

"Apanya yang diperiksa kalau gak ada dede bayinya, Hasta"

Hasta menghela napas, lelah menanggapi pertanyaan Emma yang tidak ada habisnya.

Hasta menyudahi menggeser alat sebesar pena di atas perut Emma. Ia bukan obgyn jadi tentu tidak tahu dengan jelas apa yang salah di perut Emma tadi.

Entah kenapa hatinya tidak rela jika Emma memperlihatkan hal yang tidak boleh dilihat orang lain. Kecuali dirinya. Dasar Posesif.

"Kamu bisa tunggu di ruangan saya" Hasta berpesan setelah Dokter Luis datang.

Dokter Luis tersenyum tipis menyapa Emma yang dibalas dengan lambaian tangan.

Sementara tatapan Hasta berubah tajam, menusuk Dokter Luis yang baru masuk.

Hasta kembali menunjukkan gambar yang ia dapat tadi. Dokter Luis menggeser monitor dan memperbesar di salah satu titik.

"Ada gumpalan di falopi tube sebelah kanan"

"Jangan melihatku seperti itu, seolah saya baru saja menelanjangi Emma"

"Untuk diagnosis pastinya perlu pemeriksaan lanjutan"

Dokter Luis juga sedikit merasa aneh, baru kali ini ia menemukan bulatan sebesar kelereng disana.

"Ruang ST"

🎠🎠🎠

Ruangan kotak putih dengan kursi tanpa sandaran ditengahnya. Ruang ST.

Emma dan Hasta memasuki ruangan yang sekilas tidak ada perabotan apapun kecuali satu kursi itu.

Pintu ruangan bahkan tersamarkan dengan tembok. Emma disuruh Hasta untuk duduk disana setelah dikalungi sebuah logam melingkar dengan kotak merah di tengahnya.

Sebuah kotak putih muncul setelah Hasta menyentuh salah satu kotak di dinding.

Isinya adalah sebuah benda lonjong yang seukuran lengan berwarna hitam atau biasa disebut X. Dan juga dua buah injeksi.

Hasta melepas jas putihnya. Mengambil salah satu suntikan.

Lengan kiri Emma digulung sedikit, sebelum cairan itu ditransfer ke tubuh Emma lewat jarum suntik.

Lima belas detik setelahnya, tubuh Emma melemas meski gadis itu tetap sadar. Emma hanya lemas.

Tubuhnya dibaringkan oleh Hasta di lantai. Tanpa alas.

Lantai ruangan sangat dingin, seperti halnya menginjak es batu. Gigi Emma saling bergemelatuk menahan dingin yang merayap.

Emma hanya memakai blouse pendek dengan rok di atas lutut. Kakinya dibalut dengan stoking hitam. Jelas ia kedinginan.

Hasta membuka kaki Emma. Celana dalam putih menerawang sangat jelas, tercetak dibalik stocking.

Stocking tipis itu akhirnya disobek dengan gunting medis, dan Hasta menggeser celana dalam Emma ke samping.

Kali pertama Hasta melihat organ paling intim milik perempuan. Bukan wajah Emma yang merah karena malu, melainkan Hasta yang bersemu.

Pergi dari pikiran luarnya, Hasta mengambil semprotan dan menyemprotkan ke miss V didepannya. Mengikuti intruksi Dokter Luis tadi.

Oneshoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang