Hana dan Kana

223K 1.7K 47
                                    

Part 2

"Hana" seorang wanita cantik memanggil dari luar kamar. Meski kamar itu tidak memiliki pintu dan hanya tertutup tirai, perempuan itu tetap menunggu diluar.

"Hana, sudah jam enam" beritahunya sehalus mungkin namun tetap terdengar hingga ke dalam.

Hana sudah terbangun, bahkan sebelum mentari menunjukkan esensinya.

Gadis itu hanya malas bangkit, kepalanya terlalu pening hanya untuk sekadar duduk.

"Hana" lagi panggilan berulang terdengar. Meski lembut, namun tetap saja Hana merasa kesal.

"Iya!" teriaknya terdengar marah. Hana membungkam mulutnya, pahit menguasai indra pengecapnya kini.

Gadis itu buru-buru bangkit, berlari mengarah ke kamar mandi.

Mama yang melihat tingkah putrinya hanya menggelengkan kepala. Wanita setengah abad itu memutar kursi rodanya ke arah ruangan yang sekarang menjadi kamar Hana.

"Mama! Hana nggak bawa handuk" teriakan yang sudah diduga akan menggema membuat Mama tersenyum kecil.

"Di gagang pintu" balasnya sedikit keras.

Dua puluh menit Mama gunakan untuk membuka florist, sedangkan Hana baru selesai mengenakan seragam.

"Ma, pamit" bertepatan dengan keluarnya Hana dari toko, seorang lelaki berparas rupawan memasuki toko bunga yang baru buka itu.

🎠🎠🎠

Pukul lima sore

Sudah sepuluh menit Hana mengantuk-antukkan belakang kepalanya pada tembok kamar mandi sekolah.

Benda pipih yang bergaris dua menjadi penyebab cewek itu menangis tanpa suara.

Merasa semua kejanggalan beberapa minggu terakhir mengarah kesana, Hana memutuskan untuk mengeceknya sendiri.

Ponselnya berdering, Hana menyeka air mata dengan punggung tangan.

"Hana, kamu baik-baik aja?" suara Mama disebrang sana terdengar begitu khawatir.

Mengingat ini panggilan ke empat belas yang baru Hana jawab. Gadis itu berdehem singkat, mengeluarkan suara hanya akan memperjelas suaranya yang parau.

"Hati-hati pulangnya ya" sambungan Hana tutup, kepalanya menunduk melihat empat testpack merk berbeda  yang menunjukkan hasil serupa. Lagi, dadanya kembali sesak.

"Lho, Neng. Ngapain atuh kok baru keluar, udah sepi pisan ini Neng" Pak Bandi yang bertugas mengecek ruangan berpapasan dengan Hana dikoridor.

Hana lantas tersenyum, tanpa menjawab apapun. "Hati-hati pulange, Neng"

Hana mengacungkan jempol tanda mengerti.

Halte sekolah telah sepi, maklum sudah dua jam sejak bel pulang berbunyi. Hana mengambil tempat diujung kanan, menunggu minibus yang tidak pasti kapan datangnya.

Hana menunduk, meremas perutnya sendiri. Hana ingat bahwa ia sudah meminum dua pil levonorgrastel guna mencegah pembuahan ovum oleh sperma.

"Siapa kamu?" batin Hana menjerit tak rela, Hana baru akan naik ke kelas 12 dan apakah nanti ia akan di drop out? Berbagai spekulasi negatif terus masuk ke dalam pikirannya.

"Benih siapa yang dengan lancang sudah tumbuh disini?"

Di seberang jalan, ditempat yang sama -halte. Sosok lelaki mengamati Hana bahkan semenjak gadis itu membeli banyak testpack di supermarket.

Oneshoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang