Kereta Api (21+)

562K 2.3K 82
                                    

Part 1

Hana meremat totebag coklat
bertuliskan don't touch this erat. Cewek pemilik blonde hair tersebut sudah duduk lama diteras stasiun kereta api.

Operasi katup aorta

Jujur, Hana hanyalah anak tunggal pemilik florist. Ayahnya telah meninggal dunia saat ia memasuki bangku sekolah dasar.

Dan sekarang, ibunya sedang terbaring lemah diranjang pesakitan sejak dua bulan terakhir. Mengurus toko yang berjarak tiga jam dari rumah sakit membuat Hana harus ekstra membagi waktu.

Rumah yang memiliki kenangan dengan sang ayah harus rela Hana jual tanpa sepengetahuan ibunya untuk biaya operasi jantung lalu.

"Dek?" Hana tersentak dari duduknya, gadis berumur 17 tahun itu tersenyum kaku menanggapi panggilan dari petugas stasiun.

"Setengah jam lagi kereta terakhir, lagi nunggu siapa?" wanita yang Hana terka seumuran dengan adik dari ibunya bertanya lembut.

Hana menggeleng.

"Mau kemana?"

"Pulang" jawab Hana. Cewek itu bangkit dan tidak memberi salam apapun sebelum menyingkir.

Tipe cewek introvert.

Setelah mendapat karcis, Hana masuk ke dalam salah satu gerbong.

Haruskah menjual toko?

Pikirnya berkelana, memutar otak untuk mencari uang senilai 80 juta dalam waktu dua malam.

Empat hari

Hana menghitung dalam hati, tepat hari keempat ia tidak berjumpa dengan Pak Bandi. Satpam SMA Laksana.

Kereta mulai bergerak, membelah malam dengan derit rodanya yang khas.

Mamah

"Dek"

Lagi-lagi sebuah panggilan yang sama mengarah padanya. Hana menunduk, menghitung berapa banyak pasang sepatu yang berdiri melingkarinya.

Delapan

"Baru pulang?"

Satu orang lelaki yang sedang duduk disebelahnya menyenggol lengannya, yang Hana tahu itu disengaja.

Dari total 10 penumpang terakhir, hanya Hana yang berjenis kelamin perempuan.

"Sepuluh juta" Hana mendongak tanpa takut. Menatap lurus lelaki yang tadi melempar basa basi.

Mamah, maafin ya

Keseluruhan lelaki yang memandang cewek berbalut kaos hitam polos itu tersenyum nakal.

Dua orang yang berpakaian formal mendekat, mengulurkan kartu ATM pada Hana yang langsung ia kantongi.

Sekitar dua jam lagi ia baru sampai, mungkin cukup untuk meladeni delapan serigala lapar ini sendirian.

Hana melepas kaosnya, tatapan para serigala tersebut agak sedikit kecewa karena masih ada lapisan tanktop hitam yang sangat pas dibadan Hana.

"A-"

Satu orang sudah membungkam mulut Hana dengan plaster, sementara lelaki yang memberi Hana kartu ATM nya menarik tangan Hana keatas dan mengikatnya dengan dasi pada hand strap.

Jangan buat aku hamil

Rintih Hana dalam hati.

Lelaki berkemeja putih maju bebarengan dengan pria hidung belang.

Oneshoot StoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang