03. Seperti Tangisan Anak Rusa

6.1K 290 0
                                    

Sean telah kembali ke apartemennya. Tentu saja sebelum pulang ia sudah menyuruh seseorang untuk membawa gadis manusia yang nantinya akan menjadi pengantin Egbert.

Keluar dari kamar mandi, Sean terlihat segar dalam balutan jubah mandi abu-abu longgar. Bagian atasnya samar-samar menonjolkan tata letak ototnya yang berharga hasil dari olahraga rutinnya.

Drtt...

Terdengar suara ponsel bergetar tepat di atas nakas samping ranjang. Bergegas Sean mengambilnya.

"Ya?" Meletakkan ponsel itu di samping telinga kanannya, Sean pun berjalan ke depan jendela besar yang mengungkapkan keindahan dunia malam di bawah sana yang tampak gemerlap oleh jutaan lampu.

"Kau sudah mendapatkan gadis itu?" Bicara Sean melalui talian.

"Ya. Aku sudah mendapatkannya bos"

Itu adalah anak buahnya Sean. Sama seperti Egbert, ia tidak lagi mempercayai bangsanya untuk bekerja dengannya. Jadi ia memperkejakan manusia sebagai gantinya.

"Kalau begitu bawa gadis itu kemari" Tukas Sean.

"Jangan lupa tutup mata gadis itu. Aku tidak mau ketika dia sadar, dia akan terkejut mendapati siapa yang menculiknya" Tambahnya lagi.

"Baik bos, saya mengerti"

Dengan begitu talian pun berakhir. Sean menatap layar ponselnya tersenyum puas.

Sekitar sepuluh menit berlalu, tepat ketika arah jarum jam berada di pukul dua belas. Terdengar bel apartemennya berbunyi nyaring. Sean yang saat itu tampak larut dengan buku ditangannya. Ia langsung menutup buku tersebut dan menarik kacamata dari pangkal hidungnya.

"Cepat sekali" Sean pun beranjak dari ruang bacanya dan pergi membukakan pintu.

Tapi sebelum tangannya menarik gagang pintu, tak lupa ia menoleh pada layar monitor untuk memastikan siapa yang datang. Sean dapat melihat di sana ada seorang pria berkacamata hitam dengan masker menutupi separuh wajah.

Berdiri dengan menggendong seorang gadis yang tak lagi asing di matanya. Sean pun segera membuka pintu dan berkata, "Cepat bawa dia masuk kedalam!"

"Baik bos" Pria itu mengangguk dan langsung berjalan masuk kedalam.

"Baringkan saja gadis itu di sofa" Sean menunjuk ke salah satu sofa panjang yang dimilikinya.

"Baik"

Pria itu pun bergegas meletakkan gadis muda yang digendongnya ke sebuah sofa panjang yang ditunjukkan Sean.

"Ada hal lain yang harus saya kerjakan bos?" Tanyanya kemudian pada Sean.

"Tidak ada" Sean menggelengkan kepalanya.

Setelahnya Sean mengeluarkan sebuah amplop tebal dari saku jubah tidurnya dan menyerahkannya pada pria itu.

"Bayaranmu"

"Terimakasih bos" Suara pria itu terdengar cukup senang ketika menerima amplop yang diberikan Sean.

"Kalau begitu saya pergi bos, permisi" Pamitnya sopan kepada Sean, sebelum meninggal apartemen nan mewah itu.

"Em" Sean hanya mengangguk dan menatap punggung pria itu yang telah berjalan kearah pintu.

Pria itupun pergi meninggalkan apartemen Sean tanpa mengetahui bahwa dirinya baru saja bekerja dengan seseorang yang bukan...

Manusia.

"Maaf sekali nak, dari sekian banyak gadis aku harus memilihmu untuk menjadi pengantin wanita temanku" Ucap Sean. Matanya yang sipit dan dalam itu menatap tubuh kecil Annette yang tergeletak tak sadarkan diri di sofa.

Vampire's Secret Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang