18. Kenapa Memegang Perut?

3.9K 153 0
                                    

Sekitar sepuluh menit berlalu, Annette telah menceritakan kronologi penculikannya secara singkat kepada Laura. Membuat Laura tergamam, seakan sulit mencerna kebenaran dari ceritanya itu.

"Jadi intinya, kau di culik seorang vampir dan di paksa menjadi pengantin wanitanya untuk mengandung dan melahirkan seorang anak?"

"Em" Annette mengangguk. Ia maklum jika ceritanya terdengar tak masuk akal. Lagi pula siapa yang akan mudah percaya keberadaan makhluk mitologi seperti itu?

"Kau sedang tidak mengarang kan?" Tanya Laura, tatapannya jelas tidak mempercayai apa yang baru saja di katakan Annette, "Maksudku, barangkali kau terkena Stockholm syndrome, sehingga membuat mu mengarang cerita tak masuk akal ini demi menyembunyikan identitas penculik mu?"

Annette tersenyum simpul mendengar itu dan menggelengkan kepalanya, "Aku tidak mengarang apapun. Inilah buktinya jika kakak tidak percaya" Annette mengulurkan tangan kanannya kepada Laura. Ia menunjukkan bekas luka di pergelangan tangannya yang di sana masih tercetak jelas bekas gigitan taring Egbert.

Laura buru-buru memegang pergelangan tangan Annette dan meraba dua titik hitam kebiruan di sana. Sekilas ia dapat melihat agaknya luka itu cukup dalam.

"Saat itu dia menggigit ku begitu buas, aku sampai berpikir pergelangan tangan kananku akan putus karena taring tajamnya" Tukas Annette, "Aku masih mengingatnya dengan jelas, betapa banyak darah yang mengucur deras dan dia menyedotnya seakan itu segelas jus strawberry favorit ku"

"..." Laura menatap Annette tanpa kata-kata yang terucap.

"Dia benar-benar sangat menikmati meminum darah ku" Tutur Annette lagi. Mengambil cup kopinya yang sudah dingin, Annette kembali menyesapnya sedikit.

"Seperti yang kakak katakan malam itu, kemungkinan paling masuk akal pada mayat dengan gigitan di leher itu adalah perbuatan vampir" Annette meletakkan cup kopinya di meja, "Yah, ternyata mereka benar-benar ada"

Meskipun masih sulit mempercayai apa yang baru saja didengarnya, Laura tertarik mengajukan pertanyaan lainnya, "Tapi jika memang dia bukan manusia, kenapa tidak dia menikah dengan perempuan dari jenisnya saja? Bukankah dengan menikahi manusia itu akan sangat merepotkan?"

"Entahlah aku tidak tau" Annette berkedik bahu.

"Dan leher mu, sepertinya aku melihat beberapa ruam merah yang sudah agak sedikit memudar, apa itu—"

"Apa? Ruam?" Segera Annette meraba lehernya dan menurunkan tatapannya. Ia yakin bekasnya sudah hilang sekitar lima hari yang lalu. Tapi bagaimana mungkin...

"Apa dia setiap hari juga menghisap darahmu?"

"Tidak" Geleng Annette. Tangannya menarik kerah blusnya dan meninggikannya. Sekilas ia tersenyum malu.

"Sebentar" Laura bangun dari duduknya dan masuk ke dalam minimarket. Setelah ia mengambil sesuatu dan membayarnya ke meja kasir, ia kembali keluar mendatangi Annette.

"Bekasnya sudah cukup samar, tapi sedikit terlihat jika di perhatikan. Lain kali tutupi dengan ini" Laura menyodorkan barang yang baru saja dibelinya kepada Annette.

"Ini.."

"Concealer. Aku terkadang memakainya untuk menyamarkan bekas jerawatku" Tukas Laura. Ia tau pengetahuan Annette tentang makeup sedikit kurang,  "Aku pilihkan yang sesuai dengan warna kulitmu"

"Terimakasih kak" Annette tersenyum tulus dari matanya yang berbinar haru.

"Em" Angguk Laura, mengambil cup kopinya segera ia menenggaknya sampai habis.

"Tapi apa kau tidak apa-apa dengan mengandung anaknya? Kau masih begitu muda dan kau seorang pelajar. Kau yakin dapat melakukannya?"

Annette beberapa saat mengedipkan matanya dan menghela nafas berat, "Dia tidak memberikan ku pilihan. Yakin atau tidak, aku sudah terlanjur menandatangani surat kesepakatan"

Vampire's Secret Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang