21. Jadilah Air Hangat Atau Sejuk

3.5K 147 0
                                    

"Hoek"

"Hoek"

"Hoek"

Siang itu adalah muntahnya yang kelima kalinya. Padahal Annette baru saja selesai makan siang tapi gejolak asam dalam perutnya terus saja berulah. Membuatnya tak tahan untuk tidak berlari ke kamar mandi dan memuntahkan segala isi dalam perutnya.

"Anda baik-baik saja nyonya?" Yang bertanya adalah Zeta, pelayan kastil yang memiliki usia tak jauh berbeda dengan Annette, "Apa ingin saya buatkan air madu hangat untuk anda?"

"Tidak perlu" Annette baru saja membilas bersih mulutnya tapi...

"Ugh-"

Lagi-lagi ia terjebak dengan rasa mual nya.

"Aduh bagaimana ini? Sejak tadi nyonya tidak berhenti muntah-muntah" Panik Mikha. Sama seperti Zeta, usia keduanya tak jauh berbeda.

"Pergilah buat semangkuk sup, iris sedikit jahe didalamnya itu cukup bagus mengurangi rasa mual" Tukas Zeta, tangannya terus menggosok pelan punggung Annette yang masih belum berhenti muntah-muntah.

"Baik" Mikha pun bergegas pergi untuk menyiapkan apa yang dikatakan Zeta.

Di samping Annette yang sibuk menguras isi perutnya yang nyaris hampir pingsan itu, Egbert dengan santainya menikmati secangkir kopi darah kelinci di ruang kerjanya bersama Sean.

"Kau yakin tidak akan menemani istrimu sekarang?" Sean datang berkunjung ke kastil karena penasaran mendengar kabar kehamilan Annette. Tentu saja ia datang dengan menyamar.

Itu terlihat jelas dengan rambut wig keriting coklat keemasan yang menyembunyikan potongan rambut hitam rapi nya dan kacamata besar bewarna hijau yang cukup eksentrik membingkai wajah tampannya hingga terlihat sedikit lelucon

"Haruskah aku?" Egbert tampak menaikkan salah satu alisnya dengan sorot mata acuh. Setelahnya ia pergi menghirup aroma bubuk kopi hitam yang bercampur dengan darah segar kelinci muda.

"Heum.." Minuman kafein bercampur darah itu adalah racikan yang sangat di sukai nya. Mengangkat bibir cangkir ke mulut, ia menyesapnya pelan.

"Menurut ku gadis manusia itu membutuhkan mu" Ujar Sean. Melihat Egbert yang tampak begitu menikmati kopi merah kehitaman itu, ia pun tertarik mencoba.

Mengambil ceret kopi yang berbahan keramik itu, ia pergi menuangkan isinya ke dalam cangkir. Suara air yang jatuh bertemu permukaan cangkir pun terdengar di ruang yang hening.

"Sebenarnya, apa yang ingin coba kau katakan?" Egbert pergi meletakkan cangkirnya di atas meja, kemudian mengarahkan tatapan seriusnya pada Sean. Ia tau sepertinya Sean sedang tidak berbasa-basi.

Sean baru saja menyesap kopinya. Ia dapat merasakan tekstur darah kelinci segar yang manis bercampur dengan kopi hitam premium yang kental, keduanya menyatu di indra perasa nya hingga mulutnya tak tahan untuk berucap, "Aah.."

Itu cukup nikmat, namun...

"Darah rusa masih jauh lebih lezat. Kenapa tidak pakai darah rusa saja?" Ujarnya.

"..." Egbert hanya melayangkan tatapan tanpa ekspresinya pada Sean.

Tanggapan dingin itu membuat bibir Sean bertekuk samar dalam senyum kecil. Ia pun meletakkan cangkir ke meja, kemudian berkata, "Yang ingin ku katakan adalah, mereka gadis manusia sangatlah rentan"

"Lalu?"

Respon acuh itu berhasil membuat Sean mendesah pelan.

"Mereka tak ubahnya seperti sebuah gelas kaca. Jika di isi air yang terlalu panas, itu akan pecah dan jika berada dalam suhu yang terlalu dingin, bukan tak mungkin itu akan retak"

"..."

"Sekarang ini istrimu sedang mengandung anakmu. Jika kau terlalu acuh, ia akan merasa dirinya begitu menyedihkan. Dan jika kau terlalu dingin, bukan tak mungkin perasaannya akan hancur. Seperti itu, apa kau yakin itu tidak akan mempengaruhi perkembangan janin yang di kandung nya?"

"..."

Egbert tampak mengedipkan matanya, sekilas terlihat seperti memikirkan apa yang baru saja di katakan Sean.

"Lalu, kau ingin aku berbuat apa?"

"Jadilah air hangat atau barangkali air sejuk. Setidaknya dengan begitu gelas itu akan tetap aman"

................

Annette duduk  bersandar lemah di kepala ranjang. Merasakan tubuhnya yang lemah, itu tak ubahnya bak layang-layang yang siap di hempaskan angin saking kosongnya ia saat ini.

"Hah, rasanya aku seperti akan mati" Annette tidak tau apakah perasaan itu normal, karena ia sadar yang dikandungnya saat ini jelas bukanlah bayi manusia.

"Nyonya apa yang kau katakan? Kau ini masih begitu muda, kenapa berpikir untuk mati begitu cepat?" Ujar Zeta yang sejak tadi memijit lembut pundak hingga lengan kurus Annette.

"Tidakkah kau tau aku sedang mengandung anak siapa?" Tutur Annette, sorot matanya lemah tak ber-maya, "Dengan tubuh manusia ku ini, aku sangat pesimis akan cukup kuat bertahan"

Zeta terdiam sendu menatap bibir merah gelap Annette yang biasanya segar lembab, kini pucat kering.  Ia ikut merasa sakit mendengar apa yang dikatakan Annette.

Saat itu Egbert berdiri di depan pintu dan tanpa sengaja mendengarkan percakapan dua orang itu. Ia pun berjalan masuk kedalam tepat ketika Mikha datang dengan semangkuk sup hangat di tangannya.

"Tuan" Sapa Mikha sopan.

"Em" Egbert hanya berdeham ringan sebagai tanggapan.

Annette mengangkat kepalanya lemah pada asal suara yang baru saja masuk ke kamarnya. Itu tak lain adalah Egbert dan Mikha.

"Apa yang kau bawa?" Tanya Egbert pada Mikha.

"Sup ayam jahe tuan, untuk nyonya" Jawabnya, suaranya terdengar cukup sopan.

"Berikan padaku!"

Ucapan itu membuat Mikha ter-pelongo di tempat, begitu pun Annette dan Zeta yang saling bertukar pandang dengan tatapan penuh keheranan.

"Mangkuk yang kau bawa berikan saja padaku" Egbert sebenarnya terlalu malas mengulangi apa yang dikatakannya, tapi ia melakukannya.

Mikha tentu saja menangkap jelas nada ketidaksabaran Egbert, sekalipun itu terselubung rapat dengan intonasi suaranya yang begitu tenang dan datar.

"Ini tuan" Mikha menyerahkan mangkuk yang dipegangnya itu kepada Egbert.

"Kalian berdua keluarlah!" Titah Egbert kemudian. Yang lagi-lagi mengundang keheranan Annette, Zeta dan Mikha.

"T-tapi tuan, saya—" Zeta yang saat itu masih memijit lengan Annette hendak berkata sesuatu hanya...

"Keluar!"

Titah itu lagi-lagi jatuh seperti bongkahan es. Dingin dan tak ada negosiasi didalamnya.

"B-baik tuan" Terus Zeta bangun dan bersama dengan Mikha, keduanya terburu-buru pergi meninggalkan kamar.

Setelah kedua pelayan itu pergi, Annette menatap aneh pada Egbert yang mulai berjalan mendekati ranjang tempatnya berbaring. Ia memperhatikan pria itu meletakkan mangkuk yang berisi sup hangat di atas meja samping ranjang dan kemudian...

"A-apa yang kau lak—" Annette terkejut mendapati Egbert yang tiba-tiba datang membungkuk kearahnya.

Sekilas Egbert menatap pada Annette tanpa suara. Ia dapat melihat bibir merah gelap Annette yang begitu kering dan pucat. Membuatnya bertanya-tanya, apakah rasanya akan tetap semanis ketika bibir itu segar dan lembab?

Pikiran itupun membuat insting hewaninya memuncak, tapi cepat ia menahannya dan kembali ke niat awalnya yang ingin merapikan tata letak bantal di punggung Annette agar gadis itu dapat bersandar dengan nyaman.

"Oh!" Annette jelas terkejut. Ia tidak menduga Egbert hendak memperbaiki posisi bantal di belakang punggungnya. Ia nyaris mengira pria itu akan menggigit bibirnya ketika melihat betapa mata hitam dingin itu sepintas mengobarkan api hasr*t.

Vampire's Secret Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang