22. Bolehkan Jatuh Cinta?

4.5K 184 10
                                    

Annette melihat Egbert yang sudah duduk di tepi ranjang tepat di sampingnya berbaring. Ia kemudian pergi mengambil mangkuk sup dan dengan gerakannya yang seperti robot, Annette melihat Egbert mengangkat sendok dan menyodorkan sesuap sup ke depan mulutnya.

"Makan"

Sesaat Annette mengedipkan matanya.

"Cepatlah!" Desak Egbert, tatapannya jelas menunjukkan ketidaksabaran.

Annette pun membuka mulutnya dan mengambil sesuap sup hanya, "Akh"

Itu ternyata masih lumayan panas sampai meninggalkan rasa terbakar di bibirnya.

"Panas?"

"Eum" Angguk Annette. Tepat ketika ia ingin menyentuh bibirnya, seketika bulu matanya bergetar hebat saat mendapati jempol dingin Egbert sudah lebih dulu mendarat di sana.

Seluruh sel sarafnya menegang merasakan usapan lembut jempol itu di permukaan bibirnya. Membuat sisa nyeri karena terbakar, berangsur-angsur lenyap tergantikan oleh tekstur kulit Egbert yang dingin.

"Masih nyeri?"Suara Egbert terdengar tidak lembut. Itu acuh seperti biasa. Hanya pertanyaan sederhana itu berhasil membuat hati Annette berdesir.

"Tidak lagi" Annette tampak mengedipkan matanya gugup. Dalam hati ia bertanya-tanya, sebenarnya ada apa dengan pria ini? Kenapa mendadak begitu murah hati sampai ada waktu menyuapinya sup?

"Aku akan mengaduknya sebentar" Tukas Egbert yang mulai mengaduk sup tersebut membuatnya menjadi sedikit lebih hangat. Sebelum memberikannya kepada Annette, ia mencicipinya sedikit. Mendapati sejejak rasa bawang putih menyentuh mulutnya, ia terus mengerucutkan bibirnya tak suka.

"Sudah tidak terlalu panas" Egbert mengangkat sesendok sup tepat kearah mulut Annette, "Makanlah"

Annette ternganga melihat sendok yang jelas saja itu bekas mulutnya tapi Egbert menggunakannya begitu saja seakan...

"Ada apa?" Tanya Egbert yang melihat Annette diam bergeming menatap sendok.

Annette mengedipkan matanya dan terus menggeleng, "Bukan apa-apa" Ia pun membuka mulutnya dan dengan sedikit canggung menyesap sup dari sendok yang juga sudah ada bekas mulut Egbert itu.

"Pipi mu memerah, kau sakit?"

Annette sama sekali tidak sadar bahwa rasa hangat sudah menjalari kedua belah pipinya, "Ah, tidak"

"Tidak?" Egbert tampak menaikkan salah satu alisnya setengah percaya. Ia pun datang memastikannya sendiri dengan menempelkan punggung tangannya di dahi Annette.

"Tidak panas" Ujarnya.

Perhatian kecil itu, meskipun Egbert melakukannya dengan sangat acuh, tapi Annette tak dapat berbohong bahwa hati wanitanya telah bergertar dengan rasa yang tak terkatakan.

"Makanlah lagi" Kali ini Egbert mengambil sepotong kecil daging ayam bersama sup dan menyodorkannya ke mulut Annette.

Setelah menerima beberapa suapan, kini tubuh Annette sudah sedikit berenergi. Rasa hangat dari sup jahe itu masih terasa di dadanya dan rasa mual nya pun sedikit berkurang.

Egbert pergi meletakkan mangkuk di atas meja, kemudian ia merogoh sesuatu dari saku bajunya. Ia mengeluarkan sapu tangan dan perlahan tubuhnya membungkuk kearah Annette.

Tidak kasar dan tidak lembut, Egbert menyapu bersih permukaan mulut Annette dengan sepotong kain kecil itu. Tentu saja Annette yang menerima perlakuan tersebut, mendapati detak jantungnya berdegup tak karuan.

"Tidak peduli yang kau kandung itu bayi vampir sekalipun, aku ingin kau tetap kuat dan tidak berpikir untuk mati" Tutur Egbert. Sesaat ia menatap jauh ke dasar mata hitam Annette.

"Kau cukup percaya saja padaku..." Tangan Egbert jatuh membelai lembut surai rambut Annette. Menyingkirkan beberapa helai rambutnya ke belakang telinga, kemudian tangan dingin itu melekap lembut di belahan pipi kanan Annette, "Kau dan bayi yang kau kandung... kalian berdua pasti akan baik-baik saja"

Kali ini tidak hanya hatinya yang berdesir, bukan hanya jiwa wanitanya yang bergetar, tapi...

Emosi dan akal sehatnya menjadi kacau, membuat Annette seketika jatuh ke titik...

'Bolehkah aku jatuh cinta pada pria ini?'

................

Sore harinya sekalipun Annette merasa sangat lemah, ia tetap memutuskan untuk datang bekerja di minimarket. Ia lega karena Egbert tidak menahannya. Atau kalau tidak, mungkin sikap protektif seperti itu hanya akan membuatnya menjadi salah paham.

"Kenapa kau datang bekerja?" Tanya Laura yang baru saja selesai melayani pelanggan yang datang membawa barang ke kasir.

"Aku sudah begitu banyak absen, jika harus mengambil cuti, aku ragu pekerjaan ku masih aman" Tukas Annette. Dengan gerakan yang sangat pelan, ia mengambil beberapa barang di rak dan melihat apa itu sudah kadaluarsa atau tidak.

Jika sudah ia akan memisahkannya dan jika tidak barang itu akan kembali diletakkan nya ke tempat asal.

"Apa yang harus kau khawatirkan? Kau memiliki imbalan besar dari kesepakatan yang kau tandatangani itu, segera setelah kau mendapatkannya. Jangan kan minimarket ini, kau bahkan mungkin bisa membuka restoran besar dengan uang sebanyak itu"

Mendengar hal itu, sepasang bahu Annette terus jatuh tak berdaya.

Melihat pemandangan itu, Laura mendesah berat, "Kenapa hum? Kenapa kau kelihatannya sedih sekali? Apa kau menyesali kesepakatan yang telah kau tandatangani secara terpaksa itu?"

Annette mengambil beberapa langkah mendekati meja kasir, kemudian menarik salah satu kursi dan duduk tepat di samping Laura, "Bagaimana jika aku menyesal?"

"Ya menyesal saja" Tukas Laura dengan penuh energik seperti biasanya.

"Lalu apa yang harus ku lakukan setelahnya?" Suara Annette terdengar lemah tak ber-maya.

Menyikapi itu, Laura tampak mendesah panjang. Kemudian ia menepuk pelan pundak Annette dan berkata, "Apa yang ingin kau lakukan? Kau ingin melarikan diri dan membawa kabur anak itu bersama mu hum?" Tanya Laura. Sekilas tatapannya mengarah pada perut Annette yang kini sudah sedikit membuncit.

"Katakan padaku, jika memang itu yang kau inginkan. Aku pasti akan membantu mu"

Annette beberapa saat terdiam. Tangannya mengelus perutnya yang tidak lagi tipis seperti sebelumnya. Ia dapat merasakan permukaannya yang sudah sedikit membuncit. Sesaat ia kembali diingatkan dengan perkataan dokter vampir itu tadi pagi...

"Saya khawatir bayi yang di kandung manusia itu akan memakan sel darah dalam tubuhnya dan tidak menutup kemungkinan jika hal tersebut terjadi, maka proses perkembangan kehamilan pun akan berangsur lebih cepat. Yang umumnya berkisar sembilan bulan tapi ini dapat menjadi lima bulan atau bahkan mungkin empat bulan tergantung seberapa banyak bayi tersebut mengkonsumsi darah ibunya"

Melihat Annette yang terdiam dengan tatapan termenung, Laura pun lagi-lagi menepuk pelan pundak gadis itu, "Annette, sebenarnya ada apa?" Tanyanya cukup lembut.

Sejejak senyum tipis terbit di bibir Annette, "Kak, bagaimana jika aku jatuh cinta pada pria vampir itu?"

Pertanyaan itu sontak membuat sepasang mata Laura terbelalak kaget.

"M-maksudnya, kau—"

"Dia cukup tampan, menurut kakak wanita mana yang tidak suka pria tampan?" Annette tersenyum samar, itu miris seakan menyayangkan kenaifan nya sendiri.

"Awalnya yang ku miliki hanya rasa takut dan kesal setengah mati terhadap sikap acuh dan apatis nya. Tapi tadi siang..."

Annette kembali mengingat... adegan membosankan Egbert yang datang menyuap beberapa sendok sup ke mulutnya dengan sabar. Wajah yang tanpa ekspresi datang mengelap bibirnya yang terbakar dan dengan sorot mata acuh bertanya apa ia sakit?

Segalanya menjadi begitu komplikasi ketika Egbert menatap jauh ke dasar matanya, sambil memasang wajah serius ia menguraikan kalimat-kalimat yang berhasil mengacaukan segalanya.

Hal itu membuat Annette terjerat dalam...

"Kelembutannya yang acuh, berhasil membuat ku jatuh cinta"

Annette tidak akan menduga akan jatuh cinta secepat itu. Tidakkah hatinya terlalu polos atau barangkali ia terlalu lemah dalam hal ini?

Vampire's Secret Baby Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang