Bab 2

120 15 0
                                    

Beberapa minggu setelah obrolan terakhir Ia dengan Joe, Mario mengundang Jennie untuk bertemu di akhir pekan dan gadis itu tidak menolak. Mario menjemput Jennie di kampus, Jennie yang meminta karena katanya ia masih ada keperluan dengan dosen pembimbing skripsinya. Mario menurut, ia menunggu di parkiran gedung fakultas agar gadis itu tak sulit menemukannya.

Mario tampak berbeda dengan pakaian kasualnya, ia mengenakan celana jeans hitam, kaos putih polos dan dibalut coach jacket berwarna senada dengan celananya. Benar-benar sederhana namun classy ala Mario, bagaimanapun ia masih pria muda yang matang.

Sekitar 15 menit ia menunggu Jennie di parkiran, tak jarang beberapa mahasiswi tertangkap mencuri-curi pandang padanya. Namun ia masih diam tak peduli dan dengan sabar menunggu pujaan hatinya, sosok yang ia tunggu-tunggu akhirnya tiba. Seutas senyum cerah terbit diwajahnya, tapi tak berlangsung lama saat ia melihat Jennie tiba dengan seseorang disampingnya. Seorang pria.

Jennie tampak berbincang dengan riang, Mario tak mendengar apa yang mereka bicarakan. Namun seketika hatinya lebur saat melihat pria itu mengecup singkat Jennie di punggung tangannya, dan Jennie tersenyum malu-malu juga tersipu. Mario membuang wajah, tak ingin melihat pemandangan yang merusak matanya. Ia mendengus pelan. Sial!

"Kak Rio!" Jennie berseru, berlari kecil menghampirinya

Mario hanya tersenyum melihatnya, bagaimanapun gadis ini terlihat sangat cantik dengan gaya santainya saat ini, berbeda dengan saat magang waktu lalu. Jennie mengenakan dress one piece putih sebatas lutut, sepatu converse low top hitam, dengan sling bag yang bertengger di pundaknya dan tas laptop yang berada dalam genggamannya. Rambutnya ia biarkan tergerai hingga beberapa helai terbang bebas ketika tersapu angin, menambah kesan anggun pada dirinya. Mario benar-benar tersihir pesonanya gadis itu.

"sini, tasnya simpen dibelakang aja. gapapa?" kata Mario, ia mengulurkan tangannya untuk meraih tas laptop Jennie

"hem" Jennie mengangguk dan tersenyum manis (di mata Mario)

Selama perjalanan, Mario tak berbicara sepatah kata pun. Jujur saja, ia masih tak senang dengan apa yang ia lihat sebelumnya saat pria asing itu mengecup punggung tangan Jennie. Sesekali Jennie melirik Mario yang tengah menyetir di sampingnya, ia ingin keluar dari kesunyian yang canggung di antara mereka.

"Kak, kita mau kemana?" Jennie memulai

"hmm, sebenarnya saya gak ada tujuan khusus. Cuma pengen jalan-jalan. Ada tempat yang mau Jennie tuju nggak?" ucap Mario gamblang membuat Jennie tertegun sejenak, ia tak mengerti. Seharusnya Mario mementukan kemana mereka akan pergi selagi ia yang mengundangnya bukan?

"em.. kalo gitu, aku pengen ke mall dulu. Ada yang pengen aku beli. Gapapa kak?" tanya Jennie

"boleh, kita mau makan sekalian di mall? Atau Jennie lagi pengen makan sesuatu?" tanya Mario lagi

"hm.. aku pengen makan di Imperio aja kak, kata kak joe spaghetti disana enak. Aku pengen coba" jawabnya

"oke!" balas Mario sambil tersenyum manis. Untuk sesaat Jennie terpana, kemudian balas tersenyum.

Sepanjang perjalanan mereka mulai berbincang ringan, Jennie yang menceritakan perjuangan skripsinya dan Mario yang dengan baik mendengarkan tanpa menyelah. ia juga menceritakan teman-temannya di kampus pada Mario hingga sampai pria asing yang berjalan bersamanya menuju parkiran.

"Namanya Haikal, tapi dipanggil Kai. Dia ketum UKM teater, dan yaa kita temenan beberapa bulan terakhir ini" jelas Jennie, lagi-lagi ia tersipu dan Mario tidak menyukainya.

"hmm, dia ikut program magang juga?" tanya Mario

"ikut daftar, tapi nggak lulus.. sayang banget" jawabnya

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang