Bab 10

158 18 0
                                    

"aah akhirnyaa kelar juga!" ucap Joe lega

"huuh pusing kepala gue, mending gue masak seharian dari pada ngurusin beginian" keluh Sammy sambil merebahkan dirinya di sofa, Mario terkekeh melihat kedua sahabatnya itu

"yaa mau gak mau, lu tetep harus ngerti Sam. Semangat bos!" ucap Mario sambil meletakkan 2 kaleng minuman soda diatas meja.

Sammy dan Joe bangun bersamaan kemudian menenggak habis minuman itu. Mereka baru saja selesai meeting evaluasi bulanan restoran karena sempat tertunda oleh pernikahan Wendy dan Joy, pendapatan dari 2 cabang baru restoran mereka sangat baik. Mereka juga melakukan beberapa peningkatan perangkat yang diperlukan untuk kepentingan administrasi restoran mereka, serta mendaftarkan beberapa hak paten untuk resep menu tertentu.

Sammy memiliki tangan ajaib dalam meracik menu sehingga akan lebih aman jika beberapa menu otentik original racikan Sammy didaftarkan hak paten untuk menghindari kerugian pencurian resep. Tidak hanya menu-menu makanan dan eropa, restoran mereka menambahkan menu-menu baru khas asia dan merancang berbagai konsep peningkatan dekorasi. Mereka bekerjasama dengan baik.

"gue bakal resign kerja kalo resto kita udah tembus punya 5 cabang" ucap Joe tiba-tiba

"sama, gue pengen kembangin usaha ke bidang perhotelan. Gimana? tapi gue masih perlu riset. Kalo berhasil kita bisa kelola di satu manajemen, kita bisa akuisisi resto kita sama hotel. Imperio Hotel. Keren ya" racau Mario dengan mata terpejam, ia terkekeh

Joe dan Sammy terperangah mendengar Mario, manusia itu sungguh penuh ambisi. Mereka berdua tepuk tangan.

"Tuan, silahkan beri titah anda pada hamba" ucap Sammy

"hamba juga Tuan, hamba akan bekerja kerasa mewujudkan permintaan anda" sambung Joe, mereka mengangguk kompak

Mario yang melihat mereka hanya tertawa

"hahaha, santai. Pelan-pelan aja, kita pantau dulu cabang selama 1 tahun ke depan. Kalau semuanya lancar, baru kita susun strategi. Gue udah naksir satu lokasi, tapi belum bisa eksekusi. Kita masih perlu stabilkan dulu 2 cabang yang kita punya. Sabar, oke?" Jelas Mario

"gila sih.. gila" kompak Sammy dan Joe sambil menggeleng, mereka tertawa. Kemudian hening sejenak

"gimana kabar Anne? Kalian udah ke dokter?" tanya Mario

"hmm, kita udah periksa ke dokter dan hasilnya bagus. Kita sehat. Tinggal pertahankan pola hidup sehat dan usaha aja. doakan ya" tutur Joe, ia tersenyum hangat

"semangat! Semoga berhasil! Nanti gue atur menu-menu sehat buat lu sama Anne" tambah Sammy

"cepet kasih kita ponakan yang lucu-lucu! Bosen gue main sama lu pada" tukas Mario, mereka tertawa lagi.

Mereka melalui hari-hari seperti biasa, Mario semakin asyik dengan dunianya. Ia sibuk melakukan riset lapangan guna menyusun strategi bisnis yang ingin ia rintis di masa depan, seiring dengan bertambahnya kesibukan ia sering kali melewatkan jam makannya sehingga dirinya semakin kurus dari hari ke hari. Hal itu membuat Sammy khawatir, tak ingin adiknya sakit apalagi mengalami gizi buruk membuat ia merasa bertanggung jawab untuk menjaga pola makan Mario.

Sejak dimulainya peresmian pembukaan cabang Sammy selalu meyiapkan sarapan, makan siang, dan makan malam untuk pria itu. Ia akan mengutus seseorang atau bahkan mengantar sendiri makanan yang ia masak jika punya waktu luang, tentu Mario tidak bisa menolak atau ia akan mati dihajar Sammy. Namun ia bersyukur akan perhatian kakak angkatnya itu, hasilnya tubuh Mario kini lebih berisi.

Beberapa minggu telah berlalu, kabar baik datang menghampiri mereka. Rose dinyatakan positif hamil, begitupun Wendy yang pagi sekali mengabari mereka bahwa Joy istrinya juga tengah mengidam dan ia meminta bantuan untuk memenuhi keinginan istrinya itu. Berhubung hari ini akhir pekan, mereka sepakat berkumpul di kediaman Sammy.

"sumpah! Yang bener aja dia pengen bejek-bejek muka gue?" Sammy mendengus kesal. Namun itulah keinginan Joy.

"Please, Sam. Itu kepengennya baby, lu mau ponakan lu ileran? ya? gue turutin apapun yang lu mau deh. Ya ya ya?" bujuk Wendy, Joy juga sudah berada disana. mereka berkumpul di ruangan keluaga rumah Sammy.

"Sam, please.." mata Joy berkaca-kaca. Sammy menghembuskan nafas kasar

"jangan lama-lama!" Sammy kesal, tapi ia tetap menuruti keinginan Joy

Tanpa membuang kesempatan Joy langsung meremas wajah Sammy, sesekali Sammy meringis dan berteriak kesakitan sedangkan Wendy, Joe, Rose, dan Mario terbahak-bahak. Mereka menikmati pemandangan penyiksaan Sammy di rumahnya sendiri.

Dor dor dor!

Seseorang mengetuk pintu dengan kasar, mereka semua yang berada di dalam ruangan itu terlonjak kaget bahkan Joy pun menghentikan aksinya.

Dor dor dor!

Suara gedoran tak berhenti, Joe melompat ke depan hendak membuka pintu. Ia meminta semua orang untuk mundur terutama Rose, ia tengah hamil muda. Mario, Sammy dan Wendy menyembunyikan Joy dan Rose dibelakang mereka. Bohong jika mereka tidak takut, bisa jadi yang berada diluar sana sekawanan perampok bersenjata.

Joe membuka pintu dan betapa terkejutnya ia saat melihat siapa yang berada dihadapannya.

"Ayah?!" suara Joe melengking. Semua orang terkejut

"kenapa ayah ada disini? kenapa ayah sampe gedor pintu sekeras itu?" cecar Joe, wajah ayahnya merah padam menahan amarah.

Pria tua yang berusia lebih dari setengah abad namun masih terlihat gagah itu menoleh ke belakang pundak anaknya dan menggeram

"Siapa diantara mereka bertiga yang namanya Mario?"

Semua terdiam, Mario yang namanya disebut terkejut. Ia tak merasa telah berbuat salah hingga harus membuat ayah sahabatnya itu mencari dirinya. Sammy memberi kode agar semuanya diam, ia merasakan aura berbahaya dari pria tua itu. Namun dengan tenang Mario maju beberapa langkah.

"saya Mario, Om. Lama tak jumpa. Ada yang bisa saya bantu?" ucap Mario ramah dengan senyumnya

Tiba-tiba pria tua itu langsung menerjang Mario, ia tak peduli telah menghantam anaknya sendiri hingga jatuh terjungkal. Mario dihajar tanpa ampun.

Mereka semua lagi-lagi terkejut, para wanita sontak berteriak saat melihat Maro dibanting. Joe langsung bangkit berlari ke arah sang ayah mencoba menahannya, begitupun Wendy dan Sammy yang juga memisahkan mereka. Namun tenaga pria tua itu seperti seekor banteng ngamuk, bukannya tertahan malah mereka yang terpental. Para wanita semakin panik berteriak histeris. Joy dengan sisa kesadarannya berlari keluar dan berteriak kepada siapa saja yang berlalu-lalang untuk meminta bantuan.

Setelah beberapa menit si pria tua itu berhasil ditahan oleh 5 orang pria, Wendy bergegas membantu Mario yang sudah tak sadarkan diri dan Rose yang menangis sibuk menelpon ambulance. Joe dan Sammy serta tiga orang lain yang membantu masih memegangi pria itu, ia masih mengamuk mencoba melepaskan diri untuk kembali menghajar Mario

"AYAH CUKUP! AYAH MAU BUNUH DIA?!" Teriak Joe sambil memeluk ayahnya

"SI BRENGSEK ITU LAYAK BUAT MATI!!" balas pria itu tak kalah keras

Mereka masih mencoba menahan pria tua itu hingga ia mulai tenang, ketiga orang asing itu pergi bersamaan dengan Mario yang dilarikan ke rumah sakit dengan Wendy dan Joy.

"ayah, tolong jelasin sama Joe. kenapa ayah hajar Mario? dia bikin salah apa sama ayah? bahkan hampir tiap hari dia sama Joe. Joe gak habis pikir" Joe mencecar pria itu

"ayah kecewa sama kamu Joe! kamu rusak kepercayaan ayah!" marah pria itu

"maksud ayah apa?" Joe bingung

"kamu harusnya bisa jaga adik kamu Joe! kamu yang paling dekat sama dia disini. tapi kamu biarin dia sampe dia terjeremus sama si bejat itu!" ayahnya masih geram

"ayah, tolong to the point. Joe bener-bener gak ngerti maksud ayah. dimana salahnya Joe? dan disiapa yang ayah maksud di bejat itu? Mario? gak mungkin, yah!" Joe membantah

"JENNIE HAMIL, DAN SI BEJAT ITU PELAKUNYA" pria tua itu berteriak garang.

"HAH?!!!" mereka semua terperangah.

TrappedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang