Bab 9

350 115 12
                                    

Yaampun aku lupa klik publis di sini 😂😂 padahal ini yg kemaren. Maafin ya

Vanya menghampiri teman-temannya saat makan siang, Oci dan Mbak Rika. Mbak Rika sudah menikah dan punya anak, sedangkan Oci masih belum berumah tangga, tapi sudah ada calonnya. Ngomong-ngomong soal calon, dia jadi ingin mengulik tentang saka pada adiknya yang saat ini bergabung dengan mereka.

Ralia menjadi satu-satunya Aktris yang lebih memilih bergabung dengan mereka para kru, dibandingkan sesama artis saat istirahat dan makan siang, mungkin karena gadis itu lebih banyak berinteraksi dengan mereka daripada lawan mainnya.

"Kamu nggak makan?" Vanya bertanya ketika Ralia terlihat tengah menggigit buah apel dari tangannya.

Gadis itu menoleh, entah kenapa tampak terkejut ketika Vanya duduk di sofa sebelahnya.

"Lah kirain siapa yang ngomong pake aku kamu. Lo kok aneh sih, Nya." Ralia menggenggam apelnya dengan kedua tangan.

"Eh harusnya kamu tuh seneng, berarti si Vanya beneran tobat dia. Nggak setengah-setengah." Oci yang sibuk mengunyah ikut menanggapi.

Vanya memutar bolamatanya jengah. "Gue juga, eh maksudnya, aku juga lagi belajar biar lebih lembut aja gitu, soalnya suka kebiasaan 'lo gue' mulu kalo ngomong sama orang rumah."

"Lah iya, bokap lo kan Pak Haji ya?" tatapan Ralia semakin fokus pada temannya.

"Nggak ada hubungannya. Biar sopan aja, masa kamu sama orangtua ngomongnya keceplosan begitu." Vanya mulai membuka nasi kotak yang dia dapat untuk makan siang hari ini, menunya berbeda dari kemarin, tapi dia suka.

"Nggak tau si, gue nggak ada orangtua di rumah soalnya," lirih Ralia.

Kalimat itu membuat mereka seketika terdiam, tapi Ralia dengan mudah kembali mengalihkan suasana dengan mengganti topik obrolan.

Selama ini Vanya memang cukup dekat dengan gadis itu, tapi dia sama sekali tidak tahu bahwa orangtua Ralia tidak di rumah. Mereka jarang sekali membahas kehidupan pribadi, bahkan mungkin belum pernah. Vanya hanya tahu gadis itu punya seorang kakak.

"Apa aku juga pake bahasa 'aku kamu' aja ya, biar sopan. Kalian juga kan lebih tua dari aku," ucap Ralia yang mendapat toyoran di pipinya dari Oci.

"Nggak usah bawa-bawa tua juga kali, aku kan belum nikah," protesnya.

Ralia tertawa, bersamaan dengan Mbak Rika yang mengambil air mineral botol dari atas meja di hadapan mereka. "Nah bagus tuh, Ralia. Kadang ya lingkungan pertemanan itu juga bisa sangat berpengaruh dengan kepribadian kamu, temenan tuh sama Vanya biar bareng-bareng tobatnya."

"Iya, Mbak Rika. Biasanya aku temenan sama orang yang suka ngajak dugem. Cuma sama kalian doang nih aku kalem," aku Ralia yang terdengar seperti bercanda.

Oci tertawa. "Jan jangan si Lia besok pake hijab juga nih," godanya.

"Iya, nanti aku pake hijabnya barengan aja sama kamu, Ca."

"Eh, sembarangan. Aku kan Kristen."

"Eh iya lupa." Ralia tertawa ketika mendapat pukulan di lengannya, mereka yang berada di ruanga itu ikut heboh juga dengan kelakuan Ralia.

Di tengah obrolan yang semakin ngelantur, Ralia mendapat telepon dan langsung mengangkatnya.

Tidak jelas gadis itu tengah membahas apa dengan lawan bicaranya, karena Ralia hanya terdengar iya iya saja. Tapi yang Vanya tebak, Ralia pasti berbicara dengan kakaknya.

"Kakak kamu?" tanya Oci memastikan, setelah Ralia selesai mematikan sambungan.

Ralia mengangguk, menjelaskan bahwa pria itu telat menjemputnya karena ada urusan, untuk hari ini jadwal syuting Ralia memang hanya sampai siang.

Sincerity (tamat di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang