Bab 11

338 111 14
                                    

Ketika berada di rumah Vanya, Saka mendapat telepon dari sepupunya, Kafa. Hal itu kemudian Saka jadikan alasan untuk pamit pulang, malam itu juga Saka pun menemui Kafa di rumahnya.

Dia tentu tidak menyangka saat bertemu dengan pria bernama Vandi tadi siang, malamnya harus bertemu lagi dengan tujuan yang berbeda, hal itu malah membuat mereka semakin akrab saat berbicara.

Saka merasa bersalah pada Vanya, mereka sudah bersepakat untuk membuat keluarga Vanya tidak suka kepadanya, tapi yang terjadi malah sebaliknya. Disaat Saka berpikir ini adalah kali terakhir dia berhubungan dengan perempuan itu, ternyata Tuhan menakdirkan hal yang berbeda.

"Kenapa kamu belum tidur?" Saka bertanya pada adik Kafa yang dia temui di ruang keluarga tengah memainkan ponselnya.

Setelah dibukakakan pintu oleh asisten rumah tangga di sana, Saka langsung masuk dan bertemu dengan Clowy juga Yaiza.

"Aku abis kerjain pr, Om. Karena nggak ngerti jadi tanya Kak Iza." Bocah sekolah dasar itu memberi penjelasan.

Yaiza yang duduk di sebelah Clowy beranjak berdiri. "Mas Saka mau minum apa?"

"Nggak usah, ntar gue ambil sendiri." Saka menarik kedua sudut bibirnya untuk tersenyum.

"Yaudah aku panggilin Mas Kafa dulu," ucap Yaiza, kemudian beranjak pergi meninggalkan ruangan itu.

"Om Saka?" panghil Clowy dengan menoleh pada pria dewasa di sebelahnya.

"Hm?" Saka hanya bergumam sebagai jawaban, entah kenapa dia curiga. Terakhir mereka berjumpa anak itu menanyakan hal yang tidak terduga. "Kenapa?"

"Om Saka punya uang seratus ribu nggak?"

Saka mengernyit. "Buat apa?"

"Punya nggak, keluarin dulu." Clowy terdengar memaksa.

Mau tidak mau Saka mengambil selembar pecahan seratus ribu yang ternyata penghuni terakhir di  dompetnya, dia lalu memberikan pada anak itu.

"Ayo kita main game, kalo Om Saka kalah, uang ini buat Om. Tapi kalo Om menang uang ini aku balikin."

Saka mengerutkan dahi. "Lah, untungnya buat gue apa?" protesnya.

Clowy tertawa. "Ih, Om Saka jangan pinter-pinter dong," keluhnya.

Saka mencebikkan bibir. "Kalo Om menang kamu kasih Om dua kali lipat dari itu ya," ucapnya.

"Tapi kalo Om kalah uang ini buat aku."

"Nggak mungkin kalah."

"Yaudah, pokoknya buat aku."

"Gamenya apa?" Saka yang semula bersandar pada sofa pun menegakkan duduknya, sedikit antusias.

"Kita main lawan kata ya, Om. Kalo Om nggak bisa jawab berarti Om Saka kalah."

Saka berdecak remeh. "Gampang itumah."

"Yaudah aku mulai, lawan kata gelap?"

"Terang," jawab Saka dengan tertawa.

"Siang?"

"Malam."

"Laper?"

"Kenyang."

"Bersih?"

"Kotor."

"Salah?"

"Kok salah?" protes Saka, "lawan kata bersih ya kotor lah."

"Salah."

Saka kemudian berpikir. "Noda."

"Salaah."

Sincerity (tamat di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang