Maybe Not Me?

204 27 18
                                    

Happy reading 💙


"SHEILA?!"

Perempuan yang merasa dipanggil menolehkan kepalanya kearah belakang dimana ada 2 perempuan yang tengah berlari kearahnya.

Bruk

Tubuh Sheila sedikit terhuyung ke belakang karena tubrukan kedua perempuan yang tadi berlari langsung memeluknya secara tiba-tiba. Beruntunglah ada sepasang tangan yang menahan punggung Sheila agar tidak terjatuh.

"Sheila you okay?" Tanya Jessica menahan air matanya agar tidak terjatuh.

"Jangan jawab pertanyaan bodoh itu La, gue tau lo ga baik-baik aja. Lo kuat ko La." Renata mengusap punggung Sheila sambil mulai terisak.

Sheila mengernyitkan dahinya bingung dengan tingkah kedua temannya ini. "Udah dong jangan nangis, gue malu diliatin." Sheila berbisik sambil matanya bergulir menatap banyak pasang mata yang  mengarah padanya.

"Ko lo ga nangis?" Tanya Renata mengurai pelukannya sambil mencoba menghapus air matanya.

"Pasti lo sedih banget ya Shei?" Tanya Jessica dengan senyum yang dipaksakan.

Sheila tersenyum tipis, ia mengerti apa maksud kedua temannya dan kalau bisa ia akan menangis sekarang juga tapi apa itu akan membuat keadaan lebih baik? Tidak kan?

"Rasa sedih gue sama lo ga ada bedanya Jess." Jessica sontak memasang wajah bak anak kecil yang tidak dibelikan permen, seketika tangisnya pecah membuat Sheila harus memeluknya untuk menenangkan gadis itu.

Sheila merasakan apa yang Jessica rasakan kini. Ia yang ditinggalkan oleh sang Kaka walaupun bukan sedari kecil bersama, tapi Sheila yakin rasa sayang Zeino kepada adik angkat nya sangat besar dan itu akan membuat Jessica mengalami kesepian di harinya tanpa sang Kaka.

Begitu juga dengan Sheila, ia merasa sangat hilang atas kepergian sosok Zeino. Tapi tidak ada gunanya juga menangis berlarut-larut, itu hanya membuatnya lelah dan akan membuat Zeino sedih diatas sana.

"Udah ya Jess lo harus ikhlas. Zein pasti sedih kalo liat adiknya nangis kaya gini." Setelah sedikit tenang, Sheila melepaskan pelukannya mengusap air mata yang ada di pipi Jessica.

"Iya Jess lo harus ikhlas ini udah takdir kita cuma bisa doain Zein aja dari sini." Renata ikut mengusap punggung Jessica, gadis itu pun sama masih menitikkan air matanya.

"Nat lo juga ga usah nangis terus dong, sabar ya kita doain sama-sama." Sheila dibuat bingung dengan kedua perempuan didepannya saat ini. Sheila tersadar dengan tangan yang menyangga punggungnya tadi lalu ia sedikit menoleh mendapati Fenly yang masih berdiri dibelakangnya. Laki-laki itu tersenyum manis membuat Sheila juga ikut tersenyum.

"Harusnya lo jadi Kaka ipar gue Sheila, tapi Ka Zein emang bego dia malah nyerah sama perjuangannya," rengek Jessica kepada Sheila membuat Sheila sedikit geli tapi sedih di satu waktu.

"Jess, ga baik ngomongin orang yang udah ga ada." Fenly kemudian angkat bicara menasehati adik tingkatnya itu.

Tiba-tiba Fiki dan Zweitson datang langsung menghampiri mereka. "Loh pada kenapa si? Jess, ko lo nangis?" Tanya Zweitson melihat bekas air mata di pipi Jessica.

"Iya ada apa si pada nangis disini?" Tanya Fiki memberikan sapu tangan kepada Renata dan disambut baik oleh gadis itu.

"Kita masih berduka," jawab Sheila

"Ada apa? Fen siapa?" Tanya Fiki dan Fenly yang bingung akhirnya hanya menjawab dengan mengarahkan kepalanya menunjuk Jessica membuat Fiki dan Zweitson menatap Jessica penuh tanda tanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 07, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ketika Iman yang Berbicara || UN1TYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang