06. Mahkota Kepenculikan

123 9 260
                                    

Ayan baru saja sampai di depan rumah calon mertuanya tapi baru saja membuka kacamata; pria itu malah mendapatkan sebuah pukulan tepat mengenai sudut bibirnya hingga mengeluarkan darah segar.

"Kurang ajar kau ya!" amuk Naira––ternyata gadis itu yang memukulnya sampai berdarah seperti ini, pantas saja namanya peri jahat, selamanya akan tetap jahat.

"Apa salahku? Kau tiba-tiba memukul-ku tanpa rasa bersalah sama sekali?" ujar Ayan tak percaya jika ada gadis seperti ini dan mengapa ia harus kenal.

Naira berkacak pinggang. "Hei! Apa kau tak bercermin sebelum kesini?! Apa kau tak sadar setelah apa yang kau perbuat?!"

Ayan malah tertawa. "Hei! Seharusnya kau yang bercermin sebelum datang memukul-ku! Apa salahku?"

Naira ternganga. "Orang-orang macam kau ini yah, playing victim! Pura-pura teraniaya padahal kau pelaku utamanya!"

"Hei! Kau yang playing victim! Kau tiba-tiba memukul-ku terus kau menyalahkan-ku?!" Ayan tak terima, apa salahnya.

"Tidak mau mengaku pula!" Naira benar-benar terkejut; ternyata ada orang seperti Ayan di dunia ini?

"Apa salahku?" kali ini Ayan bertanya dengan halus agar peri jahat itu bisa menjelaskan dengan benar.

Naira menunjukkan jarinya tepat di depan Ayan dan berkata, "Kau sudah mengkhianati adik-ku, kau selingkuh! Dan berani-beraninya kau datang kesini!"

Ayan membuka mulutnya lebar; tunggu-tunggu? Sejak kapan ia berselingkuh? Dekat dengan gadis lain saja tidak, ini? Selingkuh?

"Para pria tidak tahu di untung! Kau selingkuh! Dan pura-pura tersakiti!" desis Naira sambil mendelik tak suka kepada pria di hadapannya.

"Kata siapa aku selingkuh?" tanya Ayan.

"Alara sendiri yang bilang padaku," balas Naira.

Ayan menghela nafas. "Kau tahu sendiri kan? Kalau Alara itu Ratu Drama! Dia hobi mengarang cerita--"

"Hei, sekarang kau malah menyalahkan adik-ku?!" sela Naira marah besar.

"Si obsesi penculikan itu dimana sekarang?" Ayan tak ingin terus-menerus meributkan masalah yang tak ada ujungnya jika kuncinya saja tidak ada disini; iya, kunci permasalah-nya ada di Alara sendiri.

"Dia di hutan--"

"Ha? Hutan? Aku tanya serius!"

"Aku jawab serius lah!" ketus Naira.

"Untuk apa dia di hutan?" tanya Ayan berusaha se-sabar mungkin.

"Menenangkan diri! Gara-gara kau selingkuh!" geram Naira.

"Oke, antar aku kesana!" Ayan tanpa izin langsung menarik tangan Naira ke dalam mobilnya.

"Eh, maksa!" komentar Naira tetapi walaupun begitu gadis itu tetap mengikuti keinginan calon adik iparnya.

---

"Ratu kepenculikan yang sangat cantik, baik hati, tidak sombong..." panggil Athar dengan nada yang dibuat-buat.

"Ratu kepenculikan? Hei! Ratu kepenculikan itu nenek-ku! Aku belum dapat pangkat apa-apa di dunia SANA!" ujar Alara menjelaskan.

Dengan dramanya Athar bertanya, "Kau belum mendapatkan gelar penculikan? Princess penculikan juga tidak?"

"Ya belum," timpal Alara.
"Kan kakek adalah Raja kepenculikan, nenek ya Ratu kepenculikan sedangkan orangtuaku adalah Pangeran dan Princess penculikan, jadi aku belum mendapatkan gelar itu."

"Bukan begitu konsepnya sayang," Athar malah geregetan.

"Kau memanggilku sayang?" Alara malu-malu dibuat-buat.

ALARA SECRET : Obsesi Penculikan [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang