Beberapa hari berlalu setelah mereka berkumpul keluarga. Semuanya kembali berjalan normal; Athar akan pergi bekerja pagi hari, sedangkan Alara kadang-kadang ikut, tapi kadang-kadang juga tinggal dirumah untuk menjaga 'korban' mereka yang entah kapan akan di bebaskan. Reza sendiri bingung, untuk apa menyekapnya, jika tak ada gunanya.
Alara kini tengah berada di ruangan tamu sendirian sambil memegang binder berwarna pink. Ia terlihat menuliskan sesuatu disana, sambil sesekali berpikir. "Tulisan dalam buku itu sama persis dengan tulisannya Kak Gara? Mana mungkin bisa sama persis, memangnya ada yang meniru sampai sejelas itu?" Hatinya mulai ragu, apakah Gara jujur seolah surat itu, atau sebenarnya memang pria itu yang menjebaknya. Semua juga sudah tahu bahwa Gara menganggapnya sebagai adik, tapi tidak ada yang tidak mungkin juga jika Gara mengkhianatinya.
Ia memandangi surat palsu itu, dan menyamakannya dengan tulisan Gara yang berada di buku yang sedang ia pegang. Terlebih lagi tandatangannya juga sama persis. Jika kata Athar kemungkinan besar memang Gara yang menjebaknya. Katanya; Gara tak mau disalahkan sendiri makanya membawa-bawa Alara, dan pura-pura menculik-nya.
Alara juga berpikir sedemikian, tapi ia cukup ragu. "Mana mungkin dia seperti itu, tapi bisa saja sih..."
"Apa aku harus memberikan Reza teman?" gumamnya seketika tersenyum.
Perempuan itu lantas segera mengambil ponselnya dan segera menghubungi suami-nya, alias partner nya dalam culik-menculik. "Aku punya kabar yang sangat menggembirakan..." katanya dengan antusias.
"Kabar apa?"
"Aku sudah menemukan teman untuk Reza, ia setidaknya kita culik mereka selama sebulan," terang Alara santai.
"Sekarang siapa? Maksud dan tujuannya?"
"Gara... Maksud tujuannya--"
---
Gara kembali ke tempat kerjanya. Bahan ejekan ternyata bukan hanya ada di lingkungan keluarganya, tapi lingkungan kerjanya pun ada ternyata. Mereka sesekali menatap Gara sinis, teman-temannya bahkan sering mengejeknya dengan kata-kata, dan bilangnya mereka hanya bercanda. Iya bercanda, tapi yang mereka bicarakan fakta. Hanya nadanya saja yang bercanda.
Akhirnya waktu yang ditunggu-tunggu Gara telah datang, waktunya pulang dari tempat kerja.
"Jika saja aku tidak melakukan kesalahan bodoh, pasti hal ini tak akan terjadi, dan pastinya sekarang aku sudah bahagia..." gumamnya seraya berjalan menuju ke arah mobilnya. Hari ini malam, Gara pulang kira-kira paling akhir, ada beberapa orang juga yang belum pulang dan masih di dalam gedung.
"Surat palsu sialan!"
BRUK!
Alara mengatakan kalimat itu sebelum memukul Gara. Pria itu baring pingsan.
---
"ALARA KAU GILA?! KAU MENCULIK KAKAK-MU SENDIRI?!" geram Gara seraya memberontak. Reza disana tampak tak percaya, sungguh? Alara memberikan nya seorang teman? Tapi sayangnya dia laki-laki.
"Aku memang gila sejak dulu, bukankah begitu Reza?" sahut Alara sekaligus menyindir Reza yang sedang cekikikan.
"Sekarang apa alasannya kau menculik-ku?! Aku ingin bebas Alara! Cita-cita ku tak seperti mu!" ketus Gara.
Alara mendekatkan tubuhnya pada Gara, seraya menusuk dadanya menggunakan jarinya yang kukunya cukup panjang. "Kau licik! Kau pembohong! Jika kau ingin lari dari pernikahan mu! Maka lari saja sendiri! Tapi jangan bawa-bawa aku demi nama baikmu!"
Gara termangu. "Apa maksudmu?"
"Kau memang sengaja menulis surat itu untuk menjebak ku! Agar mereka semua berpikir bahwa kau tidak lari sendirian! Agar semua orang berpikir bahwa kau lari dengan penuh alasan untuk hidupmu! Padahal kau lari sendirian, kau ini pengecut! Bahkan sempat-sempatnya kau menculik-ku dulu? Dan mengira bahwa dengan menculik-ku maka aku akan berterimakasih?! Oh tidak!" jelas Alara marah.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARA SECRET : Obsesi Penculikan [Lengkap]
Romance[SANA seri 4] Alara Faiq seorang gadis yang terobsesi dengan yang namanya 'Penculikan' dan mempunyai cita-cita ; kelak dirinya akan di culik oleh seseorang pangeran tampan. Bagaimana gadis itu tidak terobsesi? Orangtuanya bersatu karena penculikan...