"Ini kamar kita," ucap Athar setelah mereka berdua masuk ke dalam kamar dengan cat dinding yang berwarna abu-abu terang. Tak ada panjangan foto ataupun hiasan lainnya, kamar ini benar-benar polos, bahkan jam dinding saja tak ada.
"Apa kau tak punya idola?" tanya Alara sebelum mendudukkan tubuhnya di ranjang, sedangkan Athar tengah menyimpan koper milik gadis itu di sisi-sisi dulu.
"Punya, Nora Fatehi!" sahut Athar bangga. "...dan kau tahu? Ada seorang gadis yang mirip dengannya, tapi sayangnya aku malah menikah dengan mu," tambahnya agak menyesal.
Alara melirik sinis suaminya itu. "Dekati saja dia, aku tak melarang mu. Atau kau mau jadikan dia korban mu? Nanti kita culik sama-sama, bagaimana? Dan jelaskan padanya bahwa pernikahan kita itu hanya untuk penculikkan saja," terang gadis itu tanpa ragu.
"Tidak-tidak," tolak Athar ketus. "Kalau sudah menikah tidak boleh ada kata selingkuh, masih mending kalau belum. Tapi kita sudah Sah! You know?!"
"Tapi--"
"Shuttt! Aku tidak ingin mendengar penjelasan konyol mu itu. Lebih baik kau bersihkan dirimu dahulu, lalu tidur agar besok tidak terlalu kelelahan," titah Athar perhatian.
Alara pun segera mengangguk. Gadis itu melepaskan perhiasannya terlebih dahulu sambil menatap dirinya di cermin. Bukannya pergi ke kamar mandi––Athar malah sibuk memperhatikan Alara.
"Kau pergi kekamar mandi duluan," titah Alara yang merasa aneh karena di perhatikan seperti itu. "Aku harus menghapus make up ku dulu, mungkin agak lama."
Athar memegang keningnya. "Sebenarnya banyak yang harus aku katakan padamu, tapi keadaan nya sudah malam, dan kau sudah kelelahan––aku takutnya ucapan-ku tak sampai ke kepala mu," ujarnya yang pusing sendiri, harus bagaimana menjelaskan kepada Alara bahwa pernikahan ini serius.
Dengan acuh Alara menjawab, "Katakan saja, aku pasti mengerti."
"Baiklah..." Athar menghela nafas terlebih dahulu. "Pernikahan kita ini serius, oke? Bukan karena penculikkan atau hal-hal yang lain. Kita menikah serius, kau istriku, dan aku suamimu, mengerti?"
Alara langsung menatap pria yang sudah berstatus sebagai suaminya itu dengan tatapan tak percaya. "Jadi kau tidak mau melanjutkan rencana penculikkan kita?!"
Nah kan! Mulai lagi! batin Athar yang bingung bagaimana menangani orang seperti istrinya ini.
"Jadi... Aku akan membantu mu untuk menculik orang-orang yang kau mau--"
"Baguslah kalau begitu, oh iya apakah kita tak pisah kamar? Mengapa kau masih disini?" sela Alara sekalian bertanya.
Apakah dia tidak mengerti dengan apa yang ku katakan tadi? batin Athar gemes.
"Kita sekamar," jelas Athar yang sudah lelah, baik fisiknya ataupun pikirannya, ia harus menjelaskan lebih detail lagi kepada istrinya itu.
"Bukankah dirumah ini banyak ruangan kosong? Kau hanya tinggal sendiri kan?" balas Alara tak mengerti.
"Kita kan suami-istri--"
"Aku tahu itu, tapi pernikahan kita hanya perihal penculikkan saja, selebihnya tidak," sela Alara.
"Kita tetap sekamar, agar diantara kita tak ada rahasia-rahasia," terang Athar pasrah.
"Aku tidak akan merahasiakan apa-apa darimu,"
"Tapi kita tetap harus sekamar!"
"Itu tidak diperlukan, kita bisa mengobrol diluar kan?"
"Tidak, kita tetap harus sekamar,"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALARA SECRET : Obsesi Penculikan [Lengkap]
Romantik[SANA seri 4] Alara Faiq seorang gadis yang terobsesi dengan yang namanya 'Penculikan' dan mempunyai cita-cita ; kelak dirinya akan di culik oleh seseorang pangeran tampan. Bagaimana gadis itu tidak terobsesi? Orangtuanya bersatu karena penculikan...