24. Mengejar Cinta Es Batu (Tamu Spesial)

50 8 242
                                    

Alara kini menjadi pendiam setelah perginya Aretha dan Ardhan. Perempuan itu masih sedih dengan kasus Gara. Pria yang sudah menghancurkan kehidupannya ternyata adalah orang yang paling ia sayangi. Gara; pria yang sudah Alara anggap sebagai kakaknya sendiri tega mengkhianati dengan surat palsu itu hanya demi keuntungan nya sendiri. Dimana Gara yang selalu ada untuk Alara bahkan mengorbankan apapun untuk Alara? Apakah ini sebagai ganti balas Budi? Dengan cara seperti ini? Rasanya ingin menangis pun susah.

Athar juga tampaknya khawatir jika Alara terus seperti ini. Apakah dia harus menculik orang lain lagi? Agar bisa melihat senyuman di bibir istrinya itu? Ia mungkin itu solusi jika yang sedih adalah Alara.

Alara kini tengah terduduk dan bersandar di kepala ranjang. Matanya menatap ke arah televisi namun tatapannya kosong, memeluk pahanya sendiri tanpa ekspresi. Athar yang memang khawatir sejak tadi pun memilih mendudukkan dirinya di samping Alara.

"Namanya juga manusia, pasti akan berbuat salah. Lupakanlah itu, semuanya juga sudah berlalu..." ujar Athar malah membuat Alara meneteskan air matanya tapi gadis itu buru-buru menghapus air matanya agar tidak ketahuan padahal Athar sudah tahu.

"Kak Gara adalah orang yang aku percaya, bahkan saat debut menculikku; saat menculik mu pertama kali waktu itu, dia yang aku suruh karena aku percaya padanya. Aku yang selalu menganggap perhatian Kak Gara itu karena dia sayang padaku tapi ternyata dia melakukan ini?" Alara jadi menangis lagi, kali ini tidak menutupi air matanya, dan kini dengan berani menatap Athar dengan air matanya yang sudah berlinang.

"Teman ku juga sangat mempercayai ku, kemana-mana kami bersama. Namun karena suatu alasan aku harus mengkhianati kepercayaannya dengan menculik nya," sindir Athar sengaja; agar Alara paham bahwa manusia itu memang akan membuatnya sakit hati suatu saat nanti.

"Hiks hiks, kau malah menyindir ku! Aku sedang bersedih lah!" amuk Alara.

Athar terkekeh pelan lalu mengulurkan tangannya agar Alara segera memeluknya. Perempuan itu menurut lalu memeluk suaminya dan menangis di pelukannya. Athar mengelus-elus rambut panjang lurus dan hitam milik gadis itu. "Menangis-lah dengan puas, agar besoknya tak terlalu sedih lagi..."

Setelah memastikan Alara tidur dengan tenang. Athar menoleh pada jam dinding yang ternyata sudah pukul tiga dini hari. Menenangkan Alara memang cukup sulit, ia yang paling mudah memang dengan menculik orang lain agar dia bahagia. Pria itu seolah tak tahu waktu, memilih menghubungi Jonas pada pukul itu.

"Hallo Jonas..."

"Hmm? Tengah malam begini kau menelepon? Ada hal yang mendesak kah?" kata Jonas yang terdengar terpaksa sekali mengangkat teleponnya.

"Besok bisa kesini?"

"Besok ya besok aja, kenapa menghubungi nya sekarang?" geram Jonas.

"Pagi-pagi, bisa?"

"Iya-iya ada apa?"

"Tolong jaga Alara. Aku tahu kau sibuk, tapi kau besok pasti libur kan? Dan datangnya harus pagi-pagi sekali yah? Aku harus pergi ke-suatu tempat--"

"Kenapa tidak kau ajak saja dia? Kau kan selalu membawanya ke kantor mu."

"Alara tidak bisa ikut, dia sedang sedih dan ingin dia dirumah, katanya..." jelas Athar.

"Sedih? Bisa sedih juga tuh orang--eh maksudnya..."

"Aku tahu Alara bisa menjaga dirinya sendiri, tapi dia sedang butuh teman untuk menghiburnya. Kau harus tahu bahwa Gara telah mengkhianatinya..."

"Ha? Yang benar saja? Apanya?"

"Penulis surat itu adalah Gara--"

"WHATTTTT?!"


ALARA SECRET : Obsesi Penculikan [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang