12. Hanya Imajinasi?

64 9 255
                                    

Alara dan Athar berlarian keluar hutan untuk segera sampai ke tujuan, bahkan mereka sampai lupa jika Athar membawa mobil ke dalam hutan. Dalam keadaan panik seperti ini orang-orang terkadang akan melupakan sesuatu yang mempermudah rencana mereka.

Bruk!

"Aww..." rintih Alara kesakitan, ia tak sengaja menginjak sesuatu hingga gadis itu sendiri terjatuh.

Athar buru-buru membantunya bangun. "Kau tak apa?" paniknya.

"Tak," balas Alara yang menahan perih di tangan dan kakinya. "Tapi aku kesulitan berlari, kaki-ku sakit sekali rasanya," tambah gadis itu mengeluh.

"Aku gendong saja," Athar segera berjongkok di hadapan Alara agar gadis itu segera menaiki punggungnya.

"Tapi--"

"Ayo cepat, pernikahan mu sebentar lagi akan di laksanakan," sela Athar.

Mau tak mau Alara segera menaiki punggung Athar––pria itu lantas segera berjalan agar lebih cepat, setelah keluar dari hutan; mereka menunggu kendaraan yang akan menumpangi mereka nantinya.

Sebuah mobil pikap berhenti ketika Athar dan Alara melambaikan tangan mereka untuk meminta tumpangan, pria yang berada di dalam mobil itu berbaik hati mempersilahkan mereka masuk ke dalam walaupun di bagian luarnya saja.

Alara dan Athar menyandarkan pundak mereka, dengan duduk bersebelahan, mereka berdua juga tampak kelelahan berlarian demi sampai tepat waktu di acara pernikahan, nafas mereka tersengal-sengal, haus dan lapar untuk saat ini.

Alara tiba-tiba menghapus air matanya, melihat itu Athar kebingungan––Ratu Kepenculikan ini kenapa lagi? Seharusnya dia senang bukan karena sudah di culik, tapi kenapa sekarang dia menangis diam-diam.

Athar malah menyeletuk, "Oh iya, soal kakak-mu, dia kemana memang nya?"

Alara terdiam sejenak sebelum menjawabnya, "Dia menghilang entah kemana, tapi dia masih hidup bagiku,"

"Tapi sudah proses pencarian kan?"

"Kami sudah mencarinya, melaporkannya kemana-mana, tapi mereka menyatakan jika kakak-ku sudah meninggal. Aku percaya bahwa kakak-ku masih hidup sampai saat ini," Alara begitu yakin walaupun tak sepenuhnya.

"Yang tadi mungkin?"

Alara menggeleng. "Jantung kakak-ku masih berdetak di tubuh orang lain, sedangkan tubuhnya sendiri sudah di kubur,"

Athar langsung terdiam tak bertanya lagi––ia paham sekarang maksudnya apa. Kakak laki-lakinya Alara mendonorkan jantungnya untuk seseorang, dan seseorang itu masih hidup dengan jantung kakaknya.

"Ayan pasti akan menunggu ku, kan?" tanya Alara mengalihkan pembicaraan. Hal yang membuatnya sedih pertama karena mengingat kakaknya, kedua karena meninggalkan pernikahan nya sendiri walaupun sekarang ia sedang menyusul juga.

Athar mengangguk. "Pasti, kau hanya pergi sebentar––mereka pasti akan menunggu mu pulang,"

Mendengar jawaban Athar membuatnya merasa lega. Ia tak mau kehilangan seseorang yang dia sayangi lagi. Alara sudah terlanjur sangat menyayangi Ayan. Walaupun pria itu alergi penculikkan tapi dia masih bisa memahami dan memaklumi sifatnya yang memang pada dasarnya sedikit kekanak-kanakan.

Mobil pun terhenti di dekat rumah Alara, dan gadis itu segera turun. "Kau bisa jalan sendiri?" tanya Athar memastikan karena dia juga harus langsung pulang ke rumahnya.

Alara mengangguk. "Bisa, aku hanya tinggal masuk gerbang saja, dan berjalan sedikit lagi,"

"Baiklah, aku pulang ya," pamit Athar sebelum pergi meninggalkan Alara.

ALARA SECRET : Obsesi Penculikan [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang