30. Mengungkapkan Fakta

63 8 229
                                    

Part lebih panjang...

1 Tahun Kemudian...

"Rayan bersamaku saja," rengek Alara yang ingin sekali menggendong keponakan laki-lakinya yang baru beberapa bulan itu. Sedangkan yang sedang menggendong Rayan tampak tak mau menyerahkannya pada Alara.

"Kesayangan ku ini pasti akan menangis jika kau menggendongnya, aku tak mau dia sampai menangis ya," tolak Jonas yang masih setia menggendong keponakan tersayangnya.

Sedikit cerita; Jonas sangat-sangat bahkan sangat menyayangi Rayan Kusuma. Bayi laki-laki yang baru berusia beberapa bulan itu, bayi laki-laki milik Ayan dan Naira. Hampir setiap hari Jonas kerumah Naira hanya untuk bertemu dengan Rayan. Bisa-bisa nanti Rayan mengira jika ayahnya adalah Jonas, bukan Ayan. Karena memang Rayan lebih banyak menghabiskan waktu dengan Jonas di banding Ayan.

"Ish, memangnya kau ayahnya apa," kesal Alara karena tak diberikan juga. Padahal Jonas kan sering menggendong Rayan sedangkan Alara? Dia jarang datang kerumahnya Naira, di karenakan jauh.

Jonas menatap Rayan penuh kesenangan. "Iya, kau anggap saja aku sebagai ayah mu yah?"

"Dia ingin cepat-cepat punya anak, tapi hubungan Jonas dan Diya malah renggang," bisik Naira keheranan. Jonas selalu berkata ingin punya anak seperti Rayan, tapi dia sama sekali tidak ada niat untuk menikahi Diya. Katanya belum siap? Sampai kapan?

Alara menatap Jonas bingung. "Apa kurangnya Diya sih? Sampai kau seperti itulah padanya?" keluh Alara.

Jonas melirik Naira dulu yang sedang pergi untuk membawa minuman, lantas Jonas segera menjawab pertanyaan Alara. "Diya tak kurang apa-apa, hanya saja aku... Aku yang kurang."

"Apanya?"

Jonas hanya menggeleng. "Aku hanya merasa tak pantas untuknya, dia terlalu baik untuk-ku..." lirihnya.

Mendengar jawaban Jonas sungguh menjengkelkan bagi Alara. "Semua orang justru mencari orang baik, bahkan penjahat sekalipun ingin seseorang yang baik juga! Tapi kau? Ingin yang jahat?!" komentarnya dengan nada kesal tapi di tahan, ingin sekali memukul Jonas dengan besi tapi sayangnya Jonas sedang menggendong Rayan.

"Bukan begitu maksudnya," timpal Jonas seraya memindahkan Rayan ke tempat tidurnya. "Diya terlalu mencintai ku, jadi aku merasa--"

PLETAK!

Alara langsung menoyor kening Jonas tanpa aba-aba, membuat Jonas terhuyung ke belakang karena serangan tiba-tiba itu, untungnya Rayan sudah berada di ranjang bayi dan aman. Jonas seketika memegang keningnya sendiri. "Kau ini kenapa?"

"Kau yang kenapa?!" ketus Alara jengkel. "Orang-orang menginginkan bahwa dirinya dicintai, tapi kau?! Kau ini manusia atau apa?!"

"Iya manusia, Alara..." lirih Jonas.

"Oh iya aku lupa." Alara memukul keningnya sendiri. "Kau kan burem, jadi buta melihat mana yang tulus!" tambahnya sebelum pergi meninggalkan Jonas.

"Aku hanya tidak ingin melukai Diya terlalu dalam..." lirih Jonas setelah Alara pergi.

Alara sendiri memilih menemui Naira yang berada di dapur. Namun langkahnya terhenti kala mendengar ponselnya berdering. Alara yang ber-notebene sebagai orang yang panikan lantas merasa takut ada apa-apa jika ada yang meneleponnya. Perempuan itu segera mengangkat telepon dari suaminya tercinta.

"Ada apa?"

"Kau sedang dimana? Dirumah kau tak ada, kau tak diculik, kan?"

Alara memutarkan bola matanya malas. Sejak dirinya menulis kisah penculikkan, Athar jadi sedikit-sedikit panik, katanya; penulisnya akan kena karma diculik juga, jika menulis tentang penculikan. Hampir setiap jam jika Athar sedang bekerja pasti menghubungi nya dengan pertanyaan yang sama.

ALARA SECRET : Obsesi Penculikan [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang