33. Kehilangan Yang Mendalam

71 8 219
                                    

Athar berjalan ke dalam ruangan bawah tanah dengan penuh kemarahan. Ia juga membuka pintunya dengan kasar, lalu menatap seseorang yang sedang terduduk santai disana. "Kenapa kau mau membunuhnya?!" tanyanya.

Pria itu malah tersenyum penuh kesenangan. "Oh dia belum mati? Beruntung sekali dia..."

Athar langsung menarik kerah baju pria itu. "Sudah ku bilang berulang kali! Jangan dia! Jangan dia! Dia istriku!" pekiknya tak tahan.

"Tapi semuanya harus adil," timpal pria itu yang masih tersenyum senang. Dia Lukman, Malik. Pamannya Athar Malik. "Orangtuanya membunuh orangtua mu, sedangkan orangtua mu hanya membunuh kakaknya saja, tak adil bukan? 2 dan 1? Sedangkan dirumahnya masih ada anak perempuannya. Agar adil, kita juga bunuh anak perempuan itu yaitu istrimu sekarang," jelasnya.

Ya, Athar harus menerima kenyataan jika jantung yang ada di dalam tubuhnya adalah jantung milik kakak dari istrinya. Ia juga harus menerima kenyataan jika orang yang membunuh orangtuanya adalah mertuanya sendiri. Ia baru mengetahui fakta itu, saat mereka berkunjung ke kantor Polisi. Athar selalu berubah-ubah karena mengingat ini. Andai saja itu bukan keluarga istrinya, mungkin ia tak akan seperti itu.

"Seharusnya kau meminta izin ku! Kau membuat lantai licin hingga dia terjatuh dari tangga! Lalu kau membuat gas meledak? Saat dia akan memasak? Seharusnya kau bilang dulu padaku!" geram Athar masih tak terima. Bagaimana jika Alara sampai terbunuh? Hancur kehidupannya langsung dalam sekejap.

Lukman tertawa. "Jika aku memberitahu, kau pasti akan menggagalkannya! Sama seperti sup tikus itu, aku mengirimkan nya padamu dan memberitahu mu jika sup miliknya terdapat tikus, sedangkan kau? Malah pura-pura mengecek sup nya lalu menunjukkan tikus itu kepada istrimu agar dia tak makan se-sendok pun! Kau bahkan tak membiarkan dia makan sedikit pun."

"Karena dia istriku! Sudah cukup! Kau jangan menerornya terus-menerus! Hentikan semua ini! Yang salah Orangtuanya! Kenapa dia yang kau jadikan korban?!" amuk Athar.

"Sesuai yang ku katakan tadi; agar adil," katanya dengan enteng.

"Lalu setelah dia terbunuh, apa yang akan kau dapatkan?!"

"Orangtuanya jadi kehilangan anak-anaknya."

"Lalu apa kau memikirkan aku?! Aku juga akan kehilangan istriku!"

"Kau bisa mencari istri lagi, yang lebih cantik dan bermanfaat! Lagipula kalian belum punya anak, kan?" Lukman mengatakan itu dengan santainya.

"Lebih baik kau pergi dari rumahku!" sentak Athar sambil menunjukan jarinya ke arah pintu. Ia rasanya tak ingin melihatnya ada di rumahnya.

"Kau lupa? Aku yang telah menyelamatkan hidupmu, aku yang menanggung semuanya selama 18 tahun di penjaga! Aku! Perjuanganku untuk mu hanya mendapatkan balasan ini? Jika tidak ada aku, maka kau sudah mati, menggantikan posisi kakak istrimu itu, dan orangtuamu akan tetap hidup!" Lukman mengingatkan kembali jasanya.

"Aku tidak pernah memintamu melakukan itu! Bahkan jika disuruh memilih, aku lebih baik mati dari pada harus menanggung rasa bersalah seumur hidup, dan menyaksikan orangtua ku tiada!" jelas Athar sambil menangis, mengapa kehidupan tak selalu berpihak padanya? Ketika ia sudah bahagia dengan istrinya, fakta baru muncul yang membuatnya tak tahu harus bagaimana.

"Kalau begitu simpel kan? Kau bunuh istrimu. Semuanya selesai, kau tak perlu merasa bersalah lagi pada istrimu, karena kau sudah mempertemukannya lagi dengan kakaknya, dan juga, kau membalaskan dendam orangtua mu, ya kan?"

Athar mengepal-kan tangannya marah. "Lebih baik aku saja yang mati! Aku akan melenyapkan diriku sendiri!" pekik Athar sebelum pergi meninggalkan ruangan itu, ketika sampai di mobil. Athar segera menghubungi istrinya.

ALARA SECRET : Obsesi Penculikan [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang