29. Dibubarkan

57 8 140
                                    

Elina dan Olivia shock kala melihat dua korban baru datang, sedangkan Gara dan Reza sepertinya sudah tak heran dengan itu, wajahnya terlihat biasa-biasa saja, tak mengeluarkan ekspresi apapun, seolah itu sudah biasa terjadi.

"Tiap hari mereka bawa dua korban, lalu malamnya di pulangkan, kami seperti kedatangan tamu setiap hari. Hanya kami yang tak di pulangkan," ujar Gara dengan ekspresi sedih karena tak kunjung di pulangkan.

"Apa Alara gila?" gumam Olivia seraya memasang wajah kasian pada korban baru itu, mana mereka terlihat seperti masih sekolah.

"Dia kan memang gila," timpal Reza. "Tapi mereka pasti akan di pulangkan malam ini, atau besok. Gimana mood nya Alara saja," tambahnya menenangkan.

"Lagipula aku bingung dengan Athar; dia terus mengikuti kemauannya Alara, seharusnya ya sudahi saja bukan?" celetuk Elina.

"Ya namanya juga sayang istri, apapun itu demi kebahagian nya," balas Gara.

"Sayang istri juga tak seperti ini juga kali," sahut Reza.

Kedua korban itu bangun, mereka berdua kebingungan melihat empat orang di depan mata mereka. "Kalian menculikku?!" kata Lily shock. "Seharusnya kak Alara yang menculik ku, kenapa jadi kalian? Huaa, aku berasa mengkhianati kak Alara. Bagaimana jika kak Alara mencari ku?" tambahnya yang merasa sedih.

"Setidaknya sama-sama diculik, kan?" timpal Satria.

"Beda!" rengek Lily. "Aku inginnya diculik oleh kak Alara, atau olehmu saja," di akhir kata Lily berkata dengan sangat pelan hingga tak terdengar suaranya.

"Tapi kami korbannya Alara," ceplos Reza yang kesal karena dikira penculik. Masa setampan dirinya di kira penculik?

"HA?!" Lily dan Satria terkejut. "Sungguh? Jadi kak Alara selama ini menyimpan korban dirumahnya?" kompaknya lagi.

"Ya begitulah, dia tidak sebaik yang kalian kira," timpal Reza. Ketiga korban lama langsung melirik sinis ke arahnya.

Lily tampak senang. "Berarti kak Alara meneruskan bakat kakeknya?! Sungguh? Aku bangga sekali padanya!"

Reza langsung menepuk keningnya. "Sebenarnya di dunia ini ada berapa Alara? Mengapa mereka semuanya bangga dengan penculikkan?"

"Ya tergantung mereka membaca novel," balas Satria melirih.

"Ya betul sekali. Aku suka penculikkan karena kisahnya kakek dan neneknya kak Alara! Aku ingin sekali diculik oleh seseorang yang menjadi suami ku kelak," gumam Lily berandai-andai.

"Kau pasti akan diculik oleh suami masa depan mu itu," sahut Satria dengan entengnya seolah-olah dia yang akan menculik Lily kelak.

"Semoga saja ya, tapi diculik nya sama penculik baik," kata Lily penuh harap.

"Bukan hanya baik, tapi juga mencintaimu," tambah Satria lebih jelas, agar doanya tak setengah-setengah.

Elina, Gara, Olivia dan Reza hanya bisa pasrah mendengar ini. Entah kenapa kebanyakan korban Alara justru senang diculik, mereka bahkan tak mau pulang.

"Tidak semua culik menculik itu bahagia ya," kata Elina mengingatkan.

"Eh korban kesayangan ku sudah bangun," celetuk Alara yang baru saja datang dengan Athar. Mereka berdua membawa banyak makanan ke dalam ruangan bawah tanah, sebenarnya stok makanan di ruangan ini masih banyak, tetapi entah ada acara apa sampai-sampai pelaku utama penculikkan ini begitu bahagia datang dengan banyak makanan.

"Kak Alara terimakasih telah menculikku," ujar Lily yang langsung memeluk Alara karena memang tak diikat sama sekali.

"Ya ampun sampai berterimakasih," lirih Olivia.

ALARA SECRET : Obsesi Penculikan [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang