19. Ruangan Bawah Tanah?

77 9 165
                                    

"Kita harus menyimpan para korban dimana? Jika di rumah ini sudah pasti tak akan aman, bagaimana dengan Bi Darina yang akan datang setiap pagi? Bagaimana jika sewaktu-waktu orangtua ku datang? Aku tidak ingin rencana kita gagal hanya karena kecerobohan kita sendiri," ujar Alara yang resah. Seharusnya mereka melakukan penculikkan dirumah yang ada di Hutan tapi karena terlalu jauh, dan agar tidak di curigai juga makanya mereka berpikir untuk menjadikan rumah besar ini sebagai tempat penculikkan.

Athar terlihat meneliti ruangan. Sejenak ia tahu tempat yang cocok untuk menyimpan para korban tapi ia ragu, karena sebelumnya ia tak pernah memasuki ruangan itu. "Ada satu ruangan, tapi aku belum pernah masuk kesana...."

Alara tertawa meremehkan. "Hahaha! Mana mungkin! Kau tinggal disini bertahun-tahun tapi tak pernah masuk ke dalam satu ruangan?"

"Orangtuaku melarang ku masuk kesana," terang Athar sejujur-jujurnya. Pria itu memang nakal, jika dibandingkan teman-temannya tapi ia sangat penurut. Contoh saja sekarang; Alara menyuruh nya menculik pun langsung di turuti.

"Jangan-jangan mereka mempunyai sebuah rahasia di ruangan itu?" tebak Alara yang mulai mengingat-ingat Film yang pernah ia tonton.

"Bisa saja." Athar me-lirih dengan berat hati.

"Ruangannya dimana?" tanya Alara sambil melirik-lirik kesana kemarin mencari ruangan yang mungkin saja itu yang di maksud Athar.

"Yang sedang kau injak," katanya Athar datar.

Alara lantas melirik kebawah. "Apa kau bercanda? Ini hanya gudang, dan dibawah yang ku injak itu kayu!"

"Tapi di balik itu ada sebuah ruangan, ruangan bawah tanah..."

"What?" Alara langsung berpindah tempat menjadi disebelah kanan Athar, yang awal posisinya berada di depan suaminya itu. "Apa jangan-jangan yang di katakan Ayan itu memang benar? Orangtua mu adalah seorang mantan penculik juga? Dan mereka menyimpan korbannya di ruangan bawah tanah?" ujarnya agak takut, bagaimana jika korbannya masih ada disana.

Athar terlihat kesal. "Kau jangan menakut-nakuti ku seperti itu! Itu hanya membuat kita panik," cetusnya.

"Baiklah-baiklah, ayo kau buka..." titah Alara.

Perlahan tapi pasti Athar membuka pintu utama untuk sampai ke ruangan bawah tanah; disana ada sebuah tangga untuk masuk dengan mudah. Pria itu melirik dulu ke arah istrinya, setelah itu ia masuk duluan lalu disusul istrinya dengan rasa ketakutan yang sama.

"Semoga saja korban-korban itu sudah di pulangkan," harap Alara yang tubuhnya bergetar takut; mana sangat gelap tempat nya, di tambah Athar yang ikut-ikutan takut. Lalu bagaimana caranya melindungi diri sendiri, apalagi orang lain.

"Sudah ku bilang jangan menakuti ku," keluh Athar yang mulai menyalakan senter di ponselnya. Alara pun sama, ikut menyalakan senternya agar lebih terang saja.

"Wow, kosong sekali tempatnya. Seperti hatiku sekarang," komentar Alara kala tak melihat satupun barang atau mungkin karena gelap jadi barang-barang kecilnya tak kelihatan.

"Hatimu kosong? Ck!" dengus Athar. "Padahal di Galerinya banyak sekali foto-foto Aktor, mulai dari Aktor India, Korea, Thailand, Amerika. Lalu dia berkata kosong?"

"Kenapa memang? Iri tak ada Foto mu di Galeri ku?" ketus Alara.

"Iri? Haha, untuk apa? Aku bisa langsung berfoto riang di ponselmu!" cetusnya.

"Nanti ku hapus lagi, gampang!"

Dari pada terus berdebat di tengah kegelapan seperti ini; Athar memilih mencari Saklar lampu dan menyalakannya. Seketika semuanya menjadi terang remang-remang, mungkin karena lampunya sudah terlalu lama.

ALARA SECRET : Obsesi Penculikan [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang