Bab 2

6.7K 477 9
                                    

Selamat tahun baru 2023, teman-teman.

Semoga di tahun yang baru ini, kita diberkati dengan kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, kesuksesan atas pekerjaan dan rencana-rencana baik yang sudah kita rancang.

Aku naikkan satu bab, ya, buat temen liburan.

Selamat membaca.

^^



Di antara beragam deret tugas yang mesti ia kerjakan, Sasa tahu benar bahwa meeting dengan aplikator atau kunjungan ke customer adalah hal yang krusial, makanya ia terbiasa mempersiapkannya sebaik mungkin mulai dari data sampai penampilan dirinya. Blus warna kadru lengan panjang berbahan satin yang dipadukan rok span di bawah lutut warna hitam yang mengikuti lekuk tubuhnya jadi pilihan busananya hari ini. Sasa juga mestinya berterima kasih kepada Kiki, lantaran memilihkan lipstik warna nude yang sama sekali tak membuatnya tampak pucat. Rambutnya sudah berkilau, dan tertata rapi efek blow sejak pagi-pagi.

Sasa selalu berusaha tampil sebaik dan serapi yang ia bisa, saat akan bertemu customer atau aplikator yang bekerja sama dengan perusahaannya. Katanya, kalau ia berpenampilan baik, artinya ia menghargai dan menghormati orang yang hendak ia temui. Lagi pula, marketing adalah garda depan perusahaan. Ia ingin menampilkan perusahaan yang profesional lewat penampilannya, sebelum mereka menilai kinerjanya.

Akan tetapi kalau tidak ada agenda pergi menemui aplikator, ia akan memilih pakaian yang menunjang kelincahannya mondar-mandir dari ruangannya ke area produksi atau ruangan departemen lain. Dengan celana bahan, kemeja lengan panjang dan sepatu kets, misalnya.

"Sudah cantik banget, Sa," ujar Rani, salah satu staf admin, yang memiringkan kepala melihat Sasa yang tak kunjung usai mematut diri di cermin panjang.

Sasa tersenyum, kemudian membalik tubuhnya menghadap Rani.

"Ke Surabaya sama Pak Erwin?" tanya Rani.

Sasa mengangguk, kemudian berjalan beriringan dengan Rani kembali ke ruangan mereka. "Sama Pak Dinar juga."

Ketika sampai di koridor di antara ruangan marketing dengan ruangan direktur, Sasa dan Rani kompak menghentikan langkahnya. Memberi kesempatan dua orang pria lewat lebih dulu.

"Pagi, Pak Raga, Pak Dinar," sapa Rani.

Sasa terpaku kala pandangannya dan Raga bertemu. Sorot mata pria itu seperti magnet yang membuat bola mata Sasa mengikuti ke mana pun langkahnya.

"Pagi," balas Raga, sembari menyunggingkan senyuman samar.

Lengkung tipis di bibir pria itu-meski sangat tipis-rasanya seperti nyala api unggun tepat di sebelahnya. Membikin gerah.

Ia dan Rani kembali berjalan, menuju ruangan mereka, dengan bayangan Raga yang tersenyum tadi masih menggelayuti diri.

Sasa duduk di bangku meja kerjanya, menumpukan kepala di kedua tangan. Pikirannya melayang ke waktu saat Raga diperkenalkan kepada seluruh staf oleh Indira, manajer HRD mereka.

Ia ingat betul kala mereka berjabat tangan dan saling menyebutkan nama. Sasa menggigit bibir kala ia menyadari kebodohan yang terjadi. Kiki benar, ia sampai terbengong menatap Raga waktu itu. Hanya saja, siapa yang tidak akan terkesima kalau ada orang seperti Raga datang untuk bekerja di perusahaan ini?

Penampilannya rapi, dengan kemeja yang tergulung hingga siku. Bercelana kain klimis tapi mengenakan sepatu kets warna putih dengan logo jenama kenamaan. Pria itu berperawakan tinggi dengan warna mata cokelat terang. Hidungnya bangir, bibirnya tipis, dadanya bidang, dan tentu saja ... wangi! Kenapa ia tidak jadi model saja, alih-alih bekerja di perusahaan prosesor kaca yang tidak begitu besar seperti IMAG dan STG.

Approve (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang