Bab 37

3K 292 0
                                    

Udara dingin dengan semerbak aroma kopi langsung menyambut ketika Sasa dan Rani memasuki sebuah kafe baru di sekitar pabrik tempat mereka bekerja. Kedua perempuan itu kemudian memilih bangku di dekat kaca besar, jadi mereka bisa melihat kendaraan lalu-lalang di jalan.

"Tempatnya enak, ya, Sa. Kenapa owner-nya enggak buka kafe di sini dari dulu, sih. Kan, kita bisa sering-sering nongkrong dekat pabrik," ucap Rani, sembari mengeluarkan dompet dari dalam tas.

Sasa mengangguk setuju. "Pesen dulu, yuk."

Dua perempuan itu meninggalkan tas mereka di bangku, lalu berjalan ke kasir. Namun, baru melangkah beberapa meter dari tempat duduk, Rani dan Sasa saling toleh. Sesosok familier berdiri di tujuan yang sama dengan mereka.

"Pak Jody?" sapa mereka bersamaan.

Pria yang disapa menoleh, lalu tersenyum. "Loh, Sasa dan Rani lagi nongkrong?"

"Iya," jawab Rani. Perempuan itu kemudian memiringkan kepala menatap ke arah meja kasir. Sontak saja, Jody jadi sedikit bergeser ke kiri. "Silakan pesan duluan."

"Permisi, Pak," ucap Rani, mendekat meja kasir setelah diberi ruang oleh Jody.

"Tagihannya jadikan satu dengan punya saya, Mbak," pinta Jody kepada perempuan di balik meja kasir.

"Pak Jody enggak perlu repot-repot," ucap Sasa, sambil menarik baju Rani dari belakang.

"Iya, Pak. Enggak usah repot-repot bayarin kami segala." Rani membalik badan, menatap Jody dan Sasa yang kini malah pandang-pandangan.

"Enggak apa-apa. Saya memang lagi pingin traktir."

Sasa berdeham, lalu sontak memalingkan muka ke Rani yang mengerutkan dahi sambil menatapnya dan Jody berganti-gantian. "Ran, kamu pesan apa?"

"Ha? Oh, es kopi gula aren. Kamu mau apa, Sa?" Ucapan Rani tergagap, sampai-sampai Sasa mesti mendekat kepadanya, lalu membalik badan perempuan itu membelakangi Jody.

"Aku juga es kopi gula aren."

"Americano satu, Mbak." Jody mengulurkan kartu miliknya kepada petugas kasir, dari belakang Sasa dan Rani.

Sasa membalik-balik buku menu di depan kasir, ketika Rani menyenggol lengannya dengan siku. Namun, perempuan itu malah bergeming. Ia tetap melihat-lihat menu makanan yang ditawarkan kafe.

"Es kopi gula aren dua, es americano satu. Ada tambahan lain?" tanya petugas kasir.

"Mau tambah camilan atau makan sekalian?" tanya Jody.

Sontak, Sasa menoleh lagi ke pria itu. "Enggak, Pak. Es kopi saja, terima kasih."

"Mau diminum di sini atau di bawa pulang?" tanya petugas itu lagi.

"Americano dibawa pulang, ya, Mbak."

Sasa dan Rani kompak menoleh ke arah Jody. Sepintas, Rani menoleh ke arah meja mereka. "Pak Jody enggak mau gabung sama kami?"

Lesung pipi pria itu muncul lagi. "Pingin, tapi saya mesti buru-buru ke rumah sakit."

"Rumah sakit?" tanya Rani.

"Mama saya sedang dirawat di sana. Habis ini saya tugas sif jaga Mama."

"Permisi, silakan pin-nya, Kak," ucap petugas kasir memecah pembicaraan singkat mereka.

Jody mendekat ke meja kasir, tepat di samping Sasa. Begitu pria itu menekan tombol angka di mesin EDC biru, Sasa mengalihkan pandangan ke arah meja di mana ia meletakkan tasnya.

"Ini setruk dan nomor pesanannya." Sebuah mika dengan nomor juga bukti pembayaran diterima Jody.

Sambil menunggu pesanan mereka siap, ketiga orang itu duduk bersama di bangku yang tadi Sasa dan Rani tinggalkan. Mereka memecah kekakuan dengan membicarakan soal adaptasi Jody, juga soal riwayat kerjanya terdahulu. Namun, pembicaraan mereka tidak lama, sebab pesanan sudah tersaji, kemudian Jody cepat-cepat pergi meninggalkan dua perempuan itu.

Approve (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang