VOYAGE ; 3.2

244 42 2
                                    

Tidak ada yang berani untuk bicara. Kondisi vila yang sudah sepi, semakin hening karena dua orang yang ada di sana memilih untuk saling menghindar. Mereka sudah dewasa, tapi dalam kondisi semacam ini tidak ada yang bisa bersikap dewasa. Usia mereka yang akan menginjak kepala tiga tidak mempan untuk mengatasi yang namanya mengakui isi hati. Keduanya tahu apa yang diinginkan, tapi terlalu banyak berpikir. Harusnya mereka bisa membuat keputusan tegas, tapi nyatanya mereka sibuk menjadi lemah satu sama lain. 

Mungkin keduanya akan sadar dan saling mengejar setelah sibuk saling menyangkal. Ya, keduanya memang masih menyangkal. Nora yang sudah jelas tidak memiliki ingatan yang bagus merasa sangat tertekan dengan pengakuan hati Nusa. Dan bagi Nusa, dia masih menganggap apa yang dilakukannya ini adalah bentuk penebusan rasa bersalah. 

Yang namanya cinta memang bisa membuat manusia menjadi bodoh. Danusa yang memiliki production house, yang pandai mencari peluan pasar, tidak bisa menggunakan otaknya dengan baik untuk menyadari bahwa sejak awal dia memang jatuh hati pada sahabatnya sendiri hingga membuat kehamilan itu terjadi. Sedangkan Elnora sudah begitu bodoh karena menyerahkan segalanya pada pria yang tak mau bertanggung jawab ata perbuatannya. 

Kini, di sinilah mereka berada dan langsung kikuk begitu sama-sama ingin menggunakan dapur. 

"Eh ... aku--aku cuma sebentar." Nora mengatakan hal yang tidak jelas.

"Aku juga cuma mau sebentar aja. Kalo gitu kamu duluan aja pake dapurnya."

Karena terlalu gugup, Nusa buru-buru untuk pergi. Dia lupa bahwa Nora tidak bisa menggunakan kedua kakinya untuk beraktivitas normal. Mendapati perempuan itu di dapur sudah pasti menjadi hal yang mengerikan, karena bisa saja bahaya menghampiri Nora karena tidak bisa leluasa bergerak. Sedangkan Nora malah sibuk mendesah napas tak tahu harus melakukan apa. 

Kepala Nora yang sejajar dengan meja dapur sengaja disandarkan di sana. Melihat betapa Nusa sibuk menghindarinya membuat perempuan itu merasa sangat sedih. Tangisannya luruh dan dia lupa sedang menyalakan kompor dan sedang memasak air untuk mie instan yang ingin dirinya makan. 

Begitu mendengar sesuatu yang berdesis, Nora langsung tersadar dengan keadaan sekitar. 

"Airnya!" seru perempuan itu dengan panik. 

Nora dengan refleks berniat berdiri, dia lupa dengan kondisinya sendiri hingga tubuhnya yang jatuh menyenggol panci berisi air panas hingga ikut terjatuh. 

"AKH!"

 ***

Nusa yang baru saja duduk beberapa saat dengan memainkan ponsel langsung terperanjat begitu mendengar teriakan dari arah dapur. Kepanikan menyapa dirinya dan bayangan buruk menghinggap di kepalanya. 

Langkah kaki Nusa berubah menjadi lari dan saat mendapati Nora berada di lantai dengan ekspresi kesakitan, pria itu tidak bisa berdiam diri dan langsung menggendongnya menuju sofa di ruangan santai. 

Nora menangis karena kesakitan. Namun, Nusa tidak tahu bukan hanya fisiknya yang merasakan sakit, melainkan hati perempuan itu juga ikut sakit hingga menangis dengan rintihan. 

Nusa lebih dulu berlari ke dapur karena sempat melihat kompor yang masih menyala. Tak lupa Nusa berbelok untuk mengambil P3K. Begitu dia kembali, Nora semakin keras menangis. 

"Mana yang sakit?" tanya Nusa. 

Nora menunjukkan pergelangan tangannya yang panas akibat air yang direbusnya tadi. 

"Temenku dulu ada yang punya luka bakar. Luka begini nggak dianjurkan disiram air, karena takutnya jadi bengkak dengan cairan. Aku akan kasih gel buat meredakan panasnya, ya."

Nora tidak butuh penjelasan pria itu mengenai penanganan luka bakar itu. Nora menangis karena dia tidak bisa mengatur emosinya sendiri. Pikiran Nora mulai berlarian dan melihat betapa perhatiannya Nusa pada diri perempuan itu membuat hati Nora semakin sakit.

"Sa," panggil Nora dengan suara yang tersendat-sendat karena tangis.

"Iya, kenapa?"

"Apa kamu ... beneran suka sama aku?"

Pertanyaan itu menghentikan kegiatan Nusa untuk sejenak. Pria itu tidak tahu apa yang harus dikatakan, ketika membayangkan Nora akan menolaknya, gejolak rasa tak terima Nusa kembali datang.

"Kita bahas itu nanti--"

"Aku maunya bahas itu sekarang, Sa!"

Tidak ada yang bisa Nusa lakukan untuk mengalihkan topik pembicaraan sekarang. Mau tak mau dia harus menghadapi ini. 

"Perasaan lebih dari sahabat yang aku punya nggak bisa aku jelaskan untuk mempertahankan persahabatan ini, Ra. Aku ingin lebih dari sahabat, dan aku tahu tindakanku tadi pagi akan membuat kita berjarak. Maafin aku."

Nora berusaha menghentikan tangisannya dan bicara dengan benar pada Nusa. "Aku nggak ingin membuat persahabatan kita hancur karena perasaan lebih dari teman yang kita punya."

Nusa menatap perempuan itu dengan bingung. "Kita? Jadi, kamu juga?"

Nora menelan ludahnya yang terasa keras sekali. Dia menundukan wajah dan menjawab, "Aku udah dari dulu suka sama kamu. Tapi nggak berani buat bilang. Aku nggak mau kamu menjauhi aku karena itu."

Nusa menyelesaikan tugasnya lebih cepat dan buru-buru menaruh kembali gel di dalam kotak P3K. 

Nusa menaikkan pandangan Nora dengan meraih dagu perempuan itu tanpa mengatakan apa-apa. Yang bisa pria itu lakukan adalah mendekatkan wajah mereka dan berusaha mencium bibir Nora. Dia akan memastikan apa perempuan itu akan menerimanya atau tidak. Jika iya, mereka mungkin akan melanjutkan ke tahap selanjutnya. Jika tidak, maka Nusa harus lebih bersabar dan memastikan lebih dulu Nora tidak meninggalkannya. 

Maafin aku, Ra. Aku nggak mau kamu meninggalkan aku. Aku mungkin jahat karena berharap kamu nggak akan mengingat kejadian lalu dimana kita kehilangan bayi di dalam perut kamu.

Voyage#2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang