VOYAGE : 4.1

199 21 1
                                    

[Aku update lagi. Anyway, chapter 5 full sudah aku upload di Karyakarsa freelancerauthor. Teruntuk kalian yang lebih suka baca cepat bisa langsung kesana, dan harus dilihat peringatan untuk chapter 5, ya. Mature content!]

Seharusnya cinta tak pernah mengikat hati seseorang dengan sembarangan, kan? Pasti selalu ada alasan dibalik rasa cinta yang disematkan oleh Tuhan. Hati yang terbolak balik dengan cepat, semua itu memiliki makna. Maka Nora juga percaya demikian. Dia tidak merasa memerlukan alasan yang kuat untuk mendebat perasaannya pada Nusa. Satu yang dirinya tahu, bahwa perasaan ini tak bisa dilawan meski sadar strata mereka jauh berbeda.

"Jangan dilihatin doang, dong. Aku bikinin mie buat kamu supaya kamu nggak kelaparan, apalagi kita habis—"

"Ssstt! Stop, oke?" Nora menghentikan ucapan yang bisa ditebak akan keluar dari Nusa.

Pipi Nora yang memerah membuat pria yang membuatkan mie itu tersenyum penuh kemenangan. Dia akhirnya bisa melihat sisi Nora yang seperti ini. Setelah  kecelakaan dan kehilangan, serta sikap Nora yang terlalu membatasi diri. Akhirnya perempuan itu bisa juga membebaskan diri dan menunjukkan perasaannya saat ini.

"Aku suka kamu yang tersipu malu," ucap Nusa.

"Ya, ampun! Aku, kan, udah bilang stop. Kamu, tuh, emang jahilnya nggak ada obat."

"Siapa bilang nggak ada obatnya?" balas Nusa.

Tanpa bisa menahan diri, Nora mengernyit karena tak paham dengan balasan Nusa. "Emang jahilnya kamu obatnya apa?"

"Kamu obatnya aku, Ra."

Dengan seluruh rasa gugupnya, Nora tersedak dengan ludahnya sendiri. Dia juga tak bisa mengalihkan diri ketika Nusa terus menatapnya dengan senyuman. Semua yang dilakukan Nusa saat ini hanya membuat perempuan itu salah tingkah secara brutal. Dan sudah jelas, keinginan terbesar Nusa memang membuat Nora tidak bisa menyembunyikan rona pipinya yang indah.

"Stop lihat aku begitu!"

"Kenapa kamu selalu sibuk nyuruh aku berhenti, sih? Banyak perempuan yang mau aku tatap begini. Kamu malah minta aku berhenti."

Ketika kalimat itu muncul, Nora seolah kembali diingatkan bahwa memang pria yang memperlakukannya dengan sangat baik ini adalah seorang primadona. Banyak perempuan yang suka pada Nusa. Bahkan berjalan di pusat perbelanjaan, pria itu akan menjadi pusat perhatian tanpa melakukan hal yang berarti.

"Kok, diem?" ucap Nusa.

Sadar bahwa menyinggung mengenai banyaknya perempuan yang tertarik pada dirinya sendiri, membuat Nusa langsung meletakkan nampan berisi mie buatannya di nakas. Dia buru-buru duduk di samping ranjang Nora dan mengusap wajah perempuan itu dengan sayang.

"Hei. Aku cuma bercanda, Ra. Meskipun banyak perempuan yang suka aku, tapi yang aku mau hanya kamu."

Jika ini dikatakan saat Nora mengingat segalanya, perempuan itu pasti tak akan percaya. Yang diinginkan Nusa bukanlah Nora saat itu. Ada sosok perempuan lain yang membuat Nusa tergila-gila hingga tak terhitung berapa kali rencananya dilaksanakan hanya demi melihat sosok tersebut dalam sesi pemotretan.

"Sorry, Sa. Aku cuma terlalu cemas. Rasanya aku masih belum bisa percaya dengan semua ini. Aku nggak nyangka kamu punya perasaan yang dalam untukku. Aku nggak marah kalo banyak perempuan yang suka sama kamu, itu wajar. Kamu punya potensi kuat untuk bisa membuat banyak perempuan bertekuk lutut sama kamu."

Kenyataannya nggak, Ra. Nggak semua perempuan bertekuk lutut kepadaku.

Nusa tak bisa menjawab demikian, dia hanya tersenyum dan kembali mengajak Nora menikmati mie instan di malam hari. Mereka harus menyudahi pembicaraan tak bermanfaat itu supaya Nusa tak menyeletuk lebih banyak lagi.

***

Daniyara merasa sangat cemas. Dia hanya bisa menunggu dan menunggu. Sendirian dia mengurus anak-anaknya yang selalu saja membuat drama. Ya, sendiri. Sebab sang suami sudah sibuk mengurus pekerjaannya. Orang kaya yang tak ternilai jumlah hartanya memang memiliki tingkatan berbeda jika membicarakan hubungan keluarga. Harmonis yang menjadi definisi diluar sana tak ada di dalam kediaman Roedjati. Harmonis di rumah itu adalah suami pekerja keras dan istri yang benar-benar hanya sibuk mengurus rumah dan anak-anak.

"Selamat siang, Nyonya Daniyara."

Daniyara menatap orang suruhannya dengan antusias. "Gimana? Kamu mendapatkan lokasi Danusa?"

Orang tersebut mengangguk. "Mereka ada di salah satu vila pribadi milik Tuan Danusa."

Daniyara tahu dirinya akan selalu bisa melacak keberadaan anak-anaknya. Namun, masalahnya dia tak bisa terlalu jauh ikut campur. Seberapa besar pun dia ingin meminimalisir masalah dalam keluarga, tetap saja segalanya berada diluar kendali.

"Anak itu! Nggak ada habis-habisnya bikin masalah!" geram Daniyara.

"Apa yang Nyonya ingin saya lakukan setelah ini?"

Sejujurnya Daniyara tidak tahu, tapi dia harus menentukan pilihan. Dia adalah ratu di dalam istana Roedjati. Sebagai seorang ratu, dirinya tak bisa melepaskan tanggung jawab begitu saja.

"Yang perlu kamu lakukan adalah mengawasi mereka. Pastikan tidak ada hal yang membahayakan terjadi pada Elnora. Jaga perempuan itu."

Daniyara sudah menyayangi Elnora seperti putrinya sendiri. Lima tahun persahabatan antara perempuan itu dan Nusa membuat siapa pun paham bahwa perasaan Nora bertepuk sebelah tangan.

"Bagaimana dengan Tuan Danusa, Nyonya?"

"Biarkan saja. Terserah dia mau melakukan apa, kamu hanya perlu mengawasinya saja."

Instruksi Daniyara sudah sangat jelas. Dia tak ingin terlalu ikut campur, meski ingin melindungi Nora dengan baik. Wanita dari empat anak itu hanya bisa berdoa bahwa tak ada masalah berat yang harus dilalui Nora lagi.

Voyage#2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang