VOYAGE ; 3.5

249 33 7
                                    

Elnora tidak percaya dengan apa yang sudah dirinya lakukan. Bagaimana bisa dia bertinngkah selayaknya perempuan murahan? Dia tidak tahu kenapa bisa dengan mudahnya memberikan akses pada Nusa untuk menyentuhnya. Nusa hanya menciumnya, lalu kegiatan mereka menjadi melebar kemana-mana. Begitu seks itu selesai, Elnora tidak bisa tidur sama sekali. Pertanyaan mengenai mengapa dirinya mau-mau saja melakukannya dengan Nusa menjadi hal paling besar yang membuatnya berpikiran buruk. 

Apa yang kamu lakuin, Ra? Kenapa lakuin itu sama Nusa? 

Nora tidak memiliki ingatan apa pun mengenai kegiatan fisik dengan Nusa. Namun, tubuhnya seperti memiliki respon-respon cepat tersendiri yang luar biasa. Dirinya masih meragu untuk menjadikan hubungan mereka lebih dari sekadar sahabat, tapi dengan bodohnya dia tidak mampu mengendalikan diri dengan sentuhan Nusa. 

Selain itu, Nora baru menyadari bahwa kakinya kembali lemas. Dia digendong oleh Nusa ke kamar pria itu dan menggunakan ranjang yang sama untuk tidur malam ini. Pakaian yang Nora gunakan saat ini juga milik Nusa. Tidak ada dalaman apa pun yang membalut selain kaus kebesaran warna hitam yang aromanya mengingatkan Nora akan aroma pria itu.  

Kegugupan melanda dirinya ditengah malam seperti ini. Nora tidak bisa tenang dengan semua pemikiran di dalam kepalanya sendiri. Saat itu pula, tangannya tanpa sengaja mengusap bagian perut bawahnya yang terdapat garis bekas jahitan. Sesekali bagian itu membuatnya meringis karena nyeri tanpa sadar, juga membuatnya ngilu jika ada sesuatu menempel di sana tanpa dirinya mengerti. 

Saat kepalanya terus bekerja, sebuah tangan ikut memeluk perut Nora. Membuat perempuan itu menoleh pada si pelaku.

"Kamu belum tidur?" tanya Nusa. 

Mungkin Nora bisa membagi kebingungan ini pada Nusa. Bukan bagian kenapa Nora bisa sangat murahan di depan pria itu. Namun, membahas mengenai luka jahit di perut bawahnya. 

"Sa, coba pegang perut aku, deh."

Nora menggerakan tangan Nusa untuk menyentuh bekas jahitan itu. Meski samar, tetap terasa berbeda dari kulit yang lain. 

"Apaan?" tanya pria itu.

"Kamu kerasa, kan? bekas jahitannya bikin aku suka ngerasa ngilu gitu, Sa. Kadang malah kerasa sakit, tapi nggak ngerti kenapa."

Setelah mendengar kalimat itu, Nusa langsung terperanjat dan melepaskan tangannya dari sana. 

"Kenapa, Sa? Kamu, kok, kayak kaget gitu?" tanya Nora dengan bingung.

Pertanyaan Nora seperti bom yang meledakkan isi kepala Nusa. Tidak ada jawaban yang bisa diberikan pria itu karena semuanya akan berujung pada bayi yang hilang karena kesalahan Nusa. 

"Aku ... aku ngerasa bersalah kalo liat bekas jahitan atau luka kamu, Ra."

"Kok, gitu? Aku kecelakaan karena ulah ayahku yang bikin masalah. Kamu udah melindungi aku dan membuat aku selamat, Sa."

Kamu nggak tahu yang sebenarnya, Ra. Nusa menatap perempuan itu yang terlihat sangat percaya dan kagum padanya. Tatapan itu justru membuat Nusa terbakar karena rasa bersalah yang semakin menumpuk di hatinya. 

Nusa memutuskan bangun dari ranjang. "Kamu mau ke mana, Sa?"

"Mau bikinin kamu makanan. Kamu tadi nggak jadi masak mie, kan? Kamu juga udah kecapekan setelah kita bercinta. Mungkin kamu nggak bisa tidur karena lapar, biar aku bikin mie buat kita berdua biar nanti bisa tidur nyenyak."

Nora langsung  memasang senyuman bahagia. Diperhatikan hingga sedemikian rupa membuat perempuan itu bahagia hingga dia semakin menanamkan kekaguman pada diri Nusa. "Makasih, ya, Sa."

Nusa mengecup bibir Nora untuk menjawab ucapan terima kasih perempuan itu. Langkah kaki pria itu cepat menuju dapur. Rasa kantuknya secara otomatis langsung hilang. Nusa tadinya membayangkan memeluk Nora dan bisa membuat perempuan itu langsung tertidur dengan pelukan itu. Namun, Nusa tidak menyangka akan mendapatkan serangan telak dengan diminta menyentuh permukaan perut bagian bawah perempuan itu. 

Selama menggerakan dirinya, Nusa seperti tidak berada di dunia yang sebenarnya. Dia bisa mengingat sensasi bekas jahitan itu. Dia merasakan dadanya sesak mengingat bahwa bekas jahitan itu adalah bukti seorang bayi pernah terpaksa dikeluarkan karena tidak lagi bernyawa di dalam perut ibunya.

Ditambah dengan ucapan terima kasih yang dirinya dapatkan dari Nora, itu hanya membuat Nusa mendapatkan dorongan rasa bersalah yang sangat kuat. Selama membuatkan mie instan untuk Nora, dia tidak bisa memikirkan apa pun lagi selain wajah penuh bangga perempuan itu. 

"Apa yang bakal gue lakuin kalo dia inget semuanya?" gumam Nusa. "Tapi gue berharap selamanya ingatan buruk itu nggak balik." 

Semua gumaman itu terus menemani Nusa hingga mie goreng yang dia masak dua porsi matang dan bisa dinikmati. Sebelum membawakannya untuk Nora, dia menyiapkan diri lebih dulu. Semoga saja perempuan itu tidak lagi meminta Nusa untuk menyentuh bekas jahitan cesar anak mereka yang sudah tiada. 

Setelah semua ini, Nusa akan memastikan perempuan itu bahagia dan tidak berniat pergi darinya apa pun yang terjadi.

Voyage#2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang