VOYAGE ; 2.2

1.1K 173 14
                                    

Danusa tidak pernah berharap pagi segera datang seperti hari ini. Bukan karena tak ingin, tetapi dia tahu bahwa ada kisah baru pada hari ini, karena dia memiliki prestasi baru untuk membawa Nora bersamanya. Melihat jam dinding di kamar yang tidak begitu luas untuknya—sebab seharusnya itu digunakan tamunya, tetapi karena Nora belum sepenuhnya menjadi miliknya maka Nusa membiarkan kamar utama luas di vila itu digunakan Nora— Nusa keluar dari kamar untuk memastikan kondisi Elnora.

Untuk ukuran perempuan yang tinggal bersamanya dan tak bisa melakukan apa-apa sendiri, kondisi ini terlalu sunyi. Danusa tidak menyukai kondisi semacam ini. Maka dari itu dia buru-buru membasuh wajahnya dengan air dingin sebelum membuka pintu kamar Nora tanpa mengetuk.

Yang tidak Danusa tahu adalah kemungkinan Nora sedang berjemur dengan pakaian dalamnya saja. Nusa tidak tahu jika pintu kaca tersebut sangat berguna untuk Nora berjemur melantai seperti itu. Nyatanya, Nora bisa menggeser pintu itu dan berjemur dengan leluasa. Kursi rodanya masih berada di dekat meja rias, dan sepertinya Nora sengaja menjatuhkan diri dari ranjang untuk menyeret tubuhnya menuju pintu itu.

"Kenapa nggak bilang kalo mau berjemur?" Danusa mengatakannya tanpa peduli apa yang akan dipikirkan oleh Nora.

Elnora menoleh dengan terkejut. Dia tidak menyangka akan dilihat sang sahabat dalam kondisi semacam ini. "Sa? Ya, ampun! Kamu ngapain masuk kamarku?!"

Danusa tidak peduli dengan komentar itu. Dengan segala upaya, dia mengambil gaun tidur langsung yang tersedia di lemari. Memakaikan itu pada Nora dan langsung menggendong tubuh Nora yang sangat ringan.

"Harusnya kamu ketuk pintu dulu!" protes Nora meski tetap mengalungkan tangannya pada leher Nusa.

Begitu tubuhnya sudah duduk di kursi roda, Nora tak mau melakukan apa-apa. Terlalu salah tingkah dan enggan terlalu banyak bicara sebelum Nusa menanggapi ucapannya.

"Kita berjemur di dekat kolam renang. Kamu bisa buka gaun tidurnya, aku akan renang dan kamu bisa berjemur."

Nora semakin merasakan hawa panas di kedua pipinya. Nusa sudah mendapatinya—secara tak langsung—bertelanjang diri.

"Resek!" keluh Nora yang dapat didengar Nusa.

Saat sudah berada di dekat kolam, Nusa menghentikan kursi roda di samping kursi panjang di sana. Pria itu berlutut di depan Nora dengan ekpresi serius.

"Aku pernah lihat kamu memakai pakaian renang yang ... lebih tipis talinya dari pakaian dalam kamu tadi. Kamu nggak ingat, ya?"

Sengaja Nusa berpura-pura seolah tidak tahu kondisi ingatan perempuan itu. Nusa mendapatkan gelengan dari Nora, pertanda memang perempuan itu tidak mengingat mengenai apa yang Nusa katakan.

"Apa ... kita sedekat itu, Sa?" tanya Nora.

Danusa mengangguk. "Sebenarnya kita punya satu cerita romantis. Aku yakin hubungan ini bukan hanya sekedar sahabat. Sayangnya kamu lebih dulu kecelakaan, aku jadi nggak bisa mendapatkan kesempatan untuk menjalin hubungan itu sama kamu. Dan mulai sekarang, aku akan membuat kamu merasakan kembali mengenai cerita romantis kita."

Peran Nusa memang nampaknya cocok sekali memerankan tokoh utama dalam dunia sinema, sayang saja dia seorang pemilik PH, bukan artisnya. Nusa tidak gagal sama sekali untuk berakting seperti ini.

"Maafin aku, Sa. Sepertinya aku melupakan banyak hal penting soal kita. Maaf, ya. Aku nggak ngerti apa yang terjadi sama aku."

Danusa mengangguk. "Kamu hanya sedang trauma, aku yakin itu. Kita akan memulai awal yang baru bersama lagi. Apa kamu keberatan?"

"Awal baru yang gimana maksud kamu, Sa?"

Nusa menggenggam tangan Nora. Matanya mengatakan bahwa kesungguhan besar sedang dikomunikasikannya pada perempuan itu.

"Awal yang baru diantara kita, bukan hanya sebagai sahabat tapi juga sebagai pasangan yang saling melindungi satu sama lain, Ra."

Elnora merasa kalimat itu terlalu cepat dinyatakan. Jadi, dia segera melepas genggaman tangannya dari Nusa. Memberikan senyuman tulusnya.

"Kasih aku waktu, Sa. Aku nggak mau kita buru-buru. Ada banyak momen yang aku nggak ingat mengenai kita, selain kamu yang menyelamatkan aku dari ayah. Aku mungkin harus belajar mandiri lebih dulu untuk bisa berjalan dan percaya diri lagi. Setelah itu, mungkin aku baru bisa mempertimbangkan soal perasaan diantara kita."

Untuk kedua kalinya Danusa ditolak secara tak langsung oleh Nora. Semalam, sentuhan di bahu dilepaskan. Lalu, hari ini pernyataan untuk saling dekat juga tak diterima oleh Nora. Perempuan itu bahkan tidak menyadari perasaannya yang dulu begitu perhatian dan menyayangi Nusa meski diabaikan karena kehamilannya.

Apa hilang ingatan juga menghapus perasaan seseorang?

"Sa? Nusa? Kamu malah bengong." Elnora melambaikan tangan di depan wajah Nusa hingga pria itu tersadar.

"Oh, iya. Maaf."

Nora mengangguk. "Jangan bahas yang berat dulu, ya. Aku masih harus memulihkan fisik aku lebih dulu."

Danusa akan bersabar. Dia akan menunggu saat dimana Nora memberikan hatinya lagi untuk Nusa.

"Iya. Aku paham, Ra."

Ada jeda diantara mereka untuk saling diam. Nora yang lebih dulu memutusnya. "Jadi renang? Kalo jadi, tolong bantu aku lebih dulu di kursi itu, ya. Aku mau berjemur."

Nusa bergerak cepat. Demi hubungan baru mereka, demi menebus segala kesalahannya. Danusa akan menjadi sosok baru sebagai pria yang bukan pengecut lagi. Dia akan menunjukkan pada bayi mereka di surga, bahwa dirinya dan Nora bisa menjadi pasangan bahagia demi keluarga baru yang akan terbentuk.

Voyage#2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang