VOYAGE ; 4.2

246 25 3
                                    

Hubungan Nusa dan Nora berkembang dari hari ke hari. Mereka memiliki banyak waktu untuk saling memahami perasaan satu sama lain. Pilihan Nusa membawa perempuan itu di vila miliknya itu sudah tepat. Mereka bisa melakukan apa pun yang mereka suka dan mau. Dengan ingatan Nora yang kembali pada kejadian yang sangat lama, Nusa tentu saja tak mau banyak bicara mengenai masa lalu. Dia tak mau menjadi pihak yang membocorkan apa yang telah terjadi sendiri. Nusa tak mau kelepasan untuk bicara. Jadi, lebih baik untuk fokus pada masa depan mereka bersama saja.

"Apa yang bakal mama kamu katakan, Sa?" tanya Nora dalam pelukan pria itu.

Nusa mengecup kening perempuan itu dengan dalam. Dia suka kedekatan fisik seperti ini.

"Kenapa sama mama? Apa yang kamu takutkan?"

"Banyak," ucap Nora.

Nusa bisa memahami pergulatan hati perempuan itu. Memang kedekatan mereka terbilang cepat bagi Nora yang hanya mengingat awal dari persahabatan mereka yang kuat terbentuk. Jatuh cinta pada sahabat sendiri pasti berat rasanya, terlebih lagi ada kesenjangan sosial diantara mereka. Ditambah dengan Nora yang berpikir bahwa ayahnya akan menganggu hubungan mereka nantinya. Padahal pria tak berguna itu sudah tiada.

"Lihat aku." Nusa menyentuh dagu Nora.

Tatapan mereka bertemu dan Nusa bicara di depan bibir perempuan itu, sangat dekat.

"Nggak ada yang perlu kamu cemaskan. Aku punya kamu, dan kamu punya aku. Kita bisa saling menjaga, Ra. I want you to be mine, Ra."

Nora terbelalak tak percaya. "Apa maksud kamu? Aku udah jadi milik kamu dengan melakukan semua ini, Sa. Aku kekasih kamu—"

"Aku ingin kamu menjadi milikku, benar-benar milikku, Ra. Aku udah pernah bilang kalo aku ingin menikah dengan kamu, kan? Sebenarnya aku agak keberatan karena harus menghabiskan waktu lebih lama lagi sebagai kekasih sama kamu. Aku mau sepenuhnya memiliki kamu, Elnora."

Permintaan Nora untuk berpacaran lebih dulu karena merasa pernikahan terlalu cepat memang tidak salah. Namun, Nusa tak mau menyiakan-nyiakan waktu. Dia ingin mengikat Nora supaya tidak bisa pergi darinya. Pernikahan adalah salah satunya. Sebab pernikahan tidak seperti berpacaran yang bisa putus kapan saja.

Nora mengusap pipi Nusa, memberikan senyuman kepada pria itu. "Mungkin aku bisa mempertimbangkan pernikahan kalo aku tahu gimana respon keluarga kamu lebih dulu."

Nusa menghela napas beratnya. Dia tak menutupi reaksi keberatannya. Jika menunggu respon keluarganya, maka besar kemungkinan Nusa dalam masalah. Meski seluruh keluarga berusaha menutupi kejadian yang dilupakan Nora, tapi mereka tidak akan dengan mudah mengiyakan pernikahan. Respon keluarga Nusa akan sangat jauh berbeda, apalagi Nora tidak sedang hamil saat ini.

"Sa, aku nggak mau kamu salah mengambil langkah. Aku nggak mau kamu nantinya menyesali keputusan menikahi aku."

Justru Nusa yang takut jika nantinya Nora menyesal telah menikah dengannya. Apa yang akan terjadi disaat seperti itu? Mungkin Nora akan marah, tapi setidaknya Nusa memiliki kuasa untuk tetap membuat perempuan itu menjadi istrinya.

"Berapa kali aku harus bilang, kalo aku nggak akan menyesali apa pun selama itu bersama kamu? Apa kamu nggak cukup percaya dengan apa yang aku katakan, Ra?"

Nusa cemas jika semua pertimbangan Nora asalnya adalah dari perasaan tak nyaman dari ingatannya yang hilang. Mungkin kepalanya tak ingat, tapi perasaan itu rupanya mampu menahan Nora untuk mengambil langkah untuk hidup bersama Nusa.

"Maafin aku, Sa. Aku nggak bermaksud menyakiti kamu. Aku percaya sama kamu. Oke, aku akan menikah dengan kamu."

Nusa menatap kekasihnya itu dengan cepat. "Apa? Beneran? Kamu serius?"

Nora mengangguk dengan tersenyum. Dia senang melihat respon pria yang disayanginya itu.

"I love you, Ra! Kamu nggak akan bisa ngerti betapa bahagianya aku sekarang! Terima kasih, Ra. Terima kasih."

Nora tertawa mendapati kebahagiaan Nusa itu. Dia dengan segera mendapatkan kecupan di seluruh wajah. Meski tak sepenuhnya nyaman, tapi cinta membuat Nora tak keberatan sama sekali.

Nusa menggiring kecupan itu menuju leher hingga dada sang kekasih. Beberapa menit lalu mereka baru selesai bercinta, dan tampaknya Nusa akan melakukannya lagi melihat kecupan tak biasanya di dada Nora.

"Hhh, Sa ... Danusa."

Desahan Nora mengisi telinga pria itu lagi. Sebelumnya tak pernah Nusa amati dengan benar bagaimana Nora bisa membuatnya nyaman di ranjang. Dulu dia terlalu fokus pada Geografi sebagai seseorang yang menarik hatinya. Namun, sekarang Nusa bisa lebih menghargai keberadaan Nora. Rupanya sahabat yang selama ini tidur dengannya sudah menarik perhatiannya bahkan membuat Nusa tak tertarik tidur dengan perempuan lain lagi.

Kepala Nusa semakin turun, memanjakan Nora di bawah sana. Dia yakin bahwa semua ini mampu membuat Nora semakin mencintainya. Jika cinta itu semakin besar dan dalam, akan semakin sulit Nora terlepas dari Nusa. Ya, begitulah yang memang harus dilakukan.

"Boleh aku sentuh bagian ini, Nora?" tanya Nusa mengaburkan konsentrasi perempuan itu.

"Dari tadi kamu sentuh semua bagian tubuhku, Sa. Kenapa tanya lagi?"

Nusa tertawa, dia mengecup kulit bersih nan berbulu Nora di bawah sana. Semakin Nusa bergerak semakin menggeliat parah tubuh perempuan itu. Pemandangan ini sungguh luar biasa, Nusa tak ingin kehilangannya. Apa pun akan Nusa lakukan untuk tetap bisa bersama Nora. Mempertahankan perempuan itu meski ada banyak pertentangan menyapa.

Voyage#2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang