Danusa adalah salah satu pria yang menyukai memuja tubuh perempuan. Baginya, tubuh seorang perempuan adalah seni yang nilainya tidak memiliki perbandingan. Saat dirinya kuliah di jurusan sastra untuk S1, meneliti karya sastra membuka matanya mengenai definisi perempuan. Itulah mengapa dirinya mengambil jurusan sinematografi untuk S2 di Perancis. Dia mendapatkan banyak pandangan mengenai seni, apalagi perempuan. Itu sebabnya dia menyukai perempuan yang seperti Geografi, meski pada akhirnya dia tidak mendapatkan kesempatan untuk melibasnya di ranjang. Setidaknya Nusa sudah memiliki kesempatan untuk memandangi tubuh telanjang perempuan itu saat pemotretan.
Sebagai bentuk keadilan, Nusa membawa Elnora ke ranjangnya. Hanya Nora yang pria itu abadikan dalam setiap detil sentuhan, bukan sekadar pengamatan dari pandangan saja. Saat itu, perasaannya terlalu condong untuk Afi sedangkan Nora adalah seni yang diamati, disentuh, dan dirasakannya sendiri. Nusa sangat menghargai perempuan hingga dirinya tidak sembarangan berhubungan intim dengan siapa saja. Dia memilih Nora secara fisik dan memilih Afi secara perasaan. Setidaknya itu adalah pandangan lama sebelum Nusa menyesali tindakannya yang membuatnya kehilangan nyawa bayi.
"Danusa ...."
Nora meremas rambut pria itu dengan cukup kuat dan membiarkan dirinya masuk dalam kubangan sensasi yang ingin meledak. Sungguh Nora tidak bisa kabur dan justru menginginkan Nusa melanjutkan kegiatannya menyentuh bagian terdalam dari kewanitaannya.
Tangan kanan Nora digunakan untuk menekan bahu Nusa yang memiringkan tubuh hingga saling berhadapan. Nora menggunakan lengan kiri Nusa sebagai bantalan ketika kakinya terbuka begitu lebar. Satu kaki Nora berada di kepala sofa, sedangkan yang satunya berada di bagian bawah. Intuisi yang membawanya membuka kakinya seperti ini. Nusa hanya perlu membuka lutut perempuan itu dan tiba-tiba saja Nora sudah memberikan jalan terbuka bagi pria itu melakukan tugasnya dengan jemari yang hebat sekali membuat Nora membasahi sofa dengan cairannya.
"Kamu udah squirting lima kali," bisik Nusa yang sengaja membangunkan singa dalam diri Nora.
Perempuan itu mungkin tak ingat bahwa selama mereka menghabiskan waktu untuk bercinta dulu, Nora selalu bisa menunjukkan sisi paling berbahaya yang dimiliki. Nora memang terlihat diam dan kalem dari luar, tapi tidak saat bercinta. Apalagi jika tensi seks mereka begitu menyenangkan bagi perempuan itu.
"Kamu ... jago banget, Sa!" racau Nora yang merasakan ledakan yang berbeda kali ini.
Nusa mengecup lembut bibir Nora karena menyadari bahwa perempuan itu sudah mendapatkan klimaknya yang pertama dengan gerakan fingering.
"Udahan, Sa?" tanya perempuan itu.
Nusa tersenyum dan membersihkan jemarinya dengan tisu. "Atur dulu napas kamu. Kamu baru dapet klimaks."
Kini Nora menutup wajahnya karena merasakan malu luar biasa. Napasnya berderu selayaknya orang sehabis berlari. Nusa yang melihat itu hanya bisa tersenyum dan melucuti pakaiannya sendiri untuk masuk dalam tahap yang sebenarnya.
Begitu Nora membuka matanya, dia terkesiap dengan kejantanan pria itu yang sudah tegak. Nusa sangat santai tak terlihat gugup sama sekali untuk menunjukkan tubuh telanjangnya di depan Nora.
Mata Nora terus mengikuti pergerakan Nusa yang tidak lagi mengambil posisi di samping perempuan itu, melainkan menuju ujung sofa di mana kaki Nora berada. Tidak ada yang bisa Nora tebak, dia mengikuti sentuhan yang Nusa berikan saja. Setiap Nusa menyentuh bagian tubuh Nora maka perempuan itu akan memasang posisi yang tidak disadarinya. Sama seperti ketika Nusa menyentuh lutut perempuan itu, maka Nora akan langsung menekuknya dan melebarkan bagian itu. Nora tidak tahu mengapa dirinya bisa melakukan semua itu, tapi dia seperti sudah terbiasa.
Dari yang Nusa lakukan, pria itu juga tak terkejut sama sekali dengan inisiatif Nora. Meski rasa penasaran memenuhi isi kepala, Nora tidak bisa sibuk bertanya pada pria itu karena dia menginginkan kegiatan ini tidak terhenti ditengah jalan.
Nora bisa merasakan dua jemari Nusa menyusup masuk ke dalam, dan ibu jari pria itu mengusap klitoris sang perempuan. Memang tidak lama, tapi Nora bisa merasakan getaran yang membuat tubuhnya geli.
"Aku masukin sekarang, ya." Nusa memberitahu perempuan itu.
"Tunggu!"
Wajah Nusa kembali dipenuhi dengan kebingungan. "Kenapa, Ra?"
"Kamu ... nggak bawa pengaman?" tanya perempuan itu yang langsung membuat Nusa kecewa.
"Nggak, siapa yang memperkirakan ini bakalan terjadi?" Aku mau kamu hamil, Ra.
"Tapi aku ... aku nggak KB apa pun."
Nusa tidak bisa mengatakan bahwa dia mau mengikat perempuan itu agar mengandung benihnya. Nora mungkin akan menghentikan seluruh kegiatan ini jika mendengar alasan semacam itu.
"Aku nggak akan keluar di dalam," ucap Nusa meyakinkan perempuan itu.
Nora tidak bisa sepenuhnya yakin dengan hal itu. Namun, Nusa langsung menunduk untuk mencium bibir perempuan itu dan menelusupkan jemari mereka menjadi satu setelah memasukkan dirinya secara perlahan. Dalam situasi seperti ini, Nora tidak bisa menolak atau berpikir berulang kali lagi. Nusa mendorong dirinya masuk dan menarik keluar dengan cara yang membuat perempuan itu terlena.
Bercinta dengan Nusa memang membuat akal sehat Nora hilang. Begitu tak warasnya, Nora bahkan tidak benar-benar menyadari bahwa kakinya bisa dirinya gerakan pelan-pelan mengikuti ritme bercinta dengan Nusa. Padahal, setiap memaksakan diri menggerakan kakinya pasca kecelakaan, perempuan itu selalu gagal. Namun, dengan bercinta dengan pria yang ia cintai di dalam lubuk hati paling dalam Nora bisa melakukan segalanya dengan baik. Inilah bentuk perasaan paling dalam, yaitu cinta yang memang tidak akan bisa menjadi masuk akal.
![](https://img.wattpad.com/cover/215864709-288-k296676.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Voyage#2
General FictionThey voyage to distant lands that we called;home. Roedjati Klan#2 Danusa Roedjati