"Lepasin!!"
Samar-samar, semakin Zeidan mendekat kearah bangunan tua itu suara seorang gadis terdengar ditelinganya. Ia terus memacu langkahnya mulai menapak satu-persatu anak tangga, langkahnya begitu teliti dan hati-hati agar tak ketahuan oleh mereka. Ia merasa familiar pada gadis itu. Semakin ia menuju lantai teratas semakin jelas pula suara itu, hingga sampai pada salah satu ruangan dengan pintu yang sedikit terbuka. Zeidan mengintip dari celah pintu, terlihat gadis tadi mencoba berontak melepaskan cekalan si pereman.
"Tolong!!!" Teriaknya frustasi. Pereman-pereman itu malah tertawa menatap wajah memelas nan cantik itu.
"jangan apa-apain saya bang, kasih saya waktu satu minggu buat ganti hutang-hutang itu. Saya mohon!" pintanya dengan berlinangan air mata. Gadis itu benar-benar takut kehormatan dan kesuciannya direnggut tanpa belas kasihan. Apalagi melihat kedua pereman itu menatapnya penuh nafsu, padahal pakaiannya tertutup saat ini.
"Bacot! Lo terus-terusan minta waktu buat bayar utang kakak lo itu, mending tubuh mulus lo ini sebagai bayarannya," ujarnya diiringi tawa menggema, seolah-olah yang dilakukannya bukanlah apa-apa, seolah gadis didepannya ini tidak ada harganya.
"Jangan bang, saya mohon!" Pinta si gadis dengan buliran bening yang ikut turun di ujung matanya. Ia benar-benar bingung ingin melakukan apa selain memohon.
Zeidan mengepalkan tangannya kuat hingga buku-buku jarinya memutih, urat-urat lehernya tercetak jelas, ia benci sekali melihat perempuan direndahkan.
Dua laki-laki berengsek itu semakin menggila, salah satunya memegang tangan si gadis yang memberontak, satu lagi mulai membuka kancing baju.
"LEPASIN!!!!!! TOLONG!!!" teriak gadis itu masih berusaha memberontak, meronta-ronta berharap kedua preman itu memberinya waktu ataupun sedikit belas kasihan.
Pemandangan itu tak lepas dari seorang yang tengah mengintip dari balik daun pintu.
Kedua pereman itu terbahak melihatnya, kemudian tertawa meremehkan, "sekuat apapun lo teriak ga ada yang bakal denger," ujarnya sambil menghapus air mata yang menetes karena terlalu banyak tertawa.
"Tenang aja cantik, lo tinggal kasih tubuh lo ke kita untuk malam ini, gua pastiin utang kaka lo lunas." Ia tersenyum sambil mencolek dagu gadis yang tampak ketakutan itu. Sontak si gadis memalingkan wajahnya. Kedua manik indahnya telah basah dengan air mata.
"Lagian, kakak lo setuju. Bahkan dia yang nawarin tubuh lo sebagai ganti dari uang yang dia pinjem," kata preman itu lagi.
Ia membeku ditempat, gadis cantik itu tampak semakin kacau mendengar pernyataan yang keluar dari mulut si preman. Bagaimana bisa kakak kandungannya melakukan hal tega seperti ini? Apa uang lebih berharga dibandingkan dengan kesucian dirinya yang notabenya adalah adik kandung?
Zeidan yang sudah tak tahan pun segera menendang pintu dengan kencang, sukses membuat mereka terkaget.
"Lepasin dia!" Suara dingin itu membuat mereka menoleh kearah pintu, pemuda itu berjalan tenang dengan tatapan tajam dan penuh intimidasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Al Zeidan (On Going)
General FictionMengagumimu saja rasanya aku tidak pantas, apalagi menginginkanmu menjadi miliku. Terlalu lancang. Rank #1 in hebat #3 in persahabatan #3 in wattpadreligi #4 in cinta #5 in kehilangan Start: 30 November 2023 Finish:- Jika ada kesamaan nama, alur, a...