27. Pulau Berhala

149 19 2
                                    


Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Maaf upnya lama man teman

Bantu koreksi jika ada typo ataupun kesalahan tanda baca

Vote and komennya ya teman-teman.

Jangan lupa

Bismillahirrahmanirrahim

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

Reuni, adalah suatu hal yang sebisa mungkin untuk dihindari oleh Zeidan ataupun Sahara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Reuni, adalah suatu hal yang sebisa mungkin untuk dihindari oleh Zeidan ataupun Sahara. Setiap tahun teman satu kelasnya mengadakan reuni secara rutin, dan tahun ini adalah tahun pertama bagi Sahara untuk kembali bernostalgia dan kembali berbaur bersama mereka, orang-orang yang pernah mendaki usia dewasa bersama-sama. Setiap tahunnya Sahara menolak untuk berkumpul dengan berbagai macam alasan, namun kali ini ia memberanikan diri hadir dalam perkumpulan ini.

Lokasi reuni biasanya dipilih melalui voting grup whatshapp. Pilihan terbanyak ditahun ini jatuh kepada Pulau Berhala. Pulau kecil di provinsi jambi, tepatnya berada di kabupaten tanjung jabung timur.

Di pesisir pantai, masing-masing dari mereka mendirikan tenda guna untuk menginap. 1 tenda diisi 2-3 orang, dan tentu saja Zeidan satu tenda dengan istrinya. Reuini tahun ini adalah yang paling terniat dari tahun-tahun sebelumnya.

Mereka juga melaksanakan shalat berjamaah di bibir pantai dengan Zeidan yang menjadi imam. Beralaskan tikar plastik yang disusun rapi. Karena jika mencari masjid terdekat membutuhkan waktu cukup lama, sekitar dua jam berjalan dari bibir pantai.  Namun, Tidak disangka jika ada beberapa pengunjung yang ikut melaksanakan shalat bersama mereka.

Kilauan cahaya baskara pada sore itu tampak sangat menyatu dengan suara merdu Zeidan kala mengimami shalat maghrib, ditambah gemercik riak yang mengikis bibir pantai menjadi momen mahal yang entah kapan lagi bisa mereka ulang.

Semua terhipnotis, entah dengan indahnya langit sore pada hari itu, entah juga dengan riak nyanyian samudra yang menabrak karang atau suara Zeidan yang begitu halus dan menenangkan.

Dibalik indahnya suasana maghrib di Pulau Berhala hari itu, diam-diam di bagian shaf perempuan seseorang menangis tanpa suara. Hatinya rindu dan perih, penyesalan yang begitu menyeruak ketika mendengar samar-samar suara sang imam yang berbaur dengan suara nyanyian samudra. Aletta, wanita itu pernah membayangkan dirinya dalam posisi ini. Zeidan sebagai imam, dan dirinya sebagai jamaah. Tapi bukan sebagai orang asing seperti sekarang, melainkan sebagi pasangan suami istri.

Shalatnya tidak khusyuk, dadanya sesak dihujam dengan rasa penyesalan. Laki-laki seperti ini ia tinggalkan hanya karena sebuah ambisi yang tidak akan bisa terpenuhi. Aletta terlalu naif kala itu. Jika boleh jujur, ia masih menginginkan posisi Sahara sampai saat ini, terkadang juga ia masih bertanya-tanya, apakah masih ada ruang untuknya dihati Zeidan?

Al Zeidan (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang