Di sebuah ruangan yang begitu besar kini terdapat seorang pria yang begitu tampan dan elegan, Siapa lagi jika bukan Zee Pruk Panich. Zee, ia terus-terusan menghela nafasnya melihat dokumen yang begitu menumpuk di atas mejanya. "Huhf, mereka pikir tanganku robot?, hingga harus memberikanku begitu banyak dokumen yang harus aku tanda tangani? Sungguh melelahkan!" gerutunya dengan wajah kesal.
Ceklekkk...
Zee menoleh saat pintu ruangannya di buka oleh seseorang. Orang itu, tersenyum dengan begitu ramah entah di buat-buat atau memang begitu adanya, "P'zee, aku merindukanmu" ucapnya, sambil melangkah mendekat ke arah zee.
Wajah yang begitu cantik, jalan yang begitu elegan, ucapan yang begitu manja, sikap yang begitu elegan. Itulah, kata yang mendeskripsikan untuk seseorang yang sangat spesial di hati tuan zee. Pria mana yang tidak menyukai wanita secantik dan seanggun Janistar phomphadungchepp?. Bagi zee jani adalah sosok yang selalu membuat dirinya bahagia, ketika dirinya lelah jani selalu ada untuknya hanya sekedar memeluknya dan menciumnya membuat zee sangat tenang sekaligus nyaman.
"Aku begitu merindukanmu, p'zee" ucap jani lagi, memeluk tubuh kekar sang kekasih dengan manja, ketahuilah posisi mereka saat ini begitu intim dengan posisi zee yang duduk di kursi kantornya dan jani yang duduk di atas pangkuan zee.
Zee membalas pelukan sang kekasih dengan erat, dan tersenyum ke arah jani. "aku juga" balas zee singkat namun pandangannya tidak lepas dari mata jani, hingga tangan zee membelai paha mulus jani yang hanya menggunakan rok pendek dan ketat berwarna merah yang begitu sangat menggoda.
"Hari ini kau sangat cantik, apakah kau sedang ingin menggodaku?" tanya zee dengan tatapan jahilnya.
"Tidak sama sekali, tapi jika kau tergoda aku akan melayanimu tuan zee tercinta" balas jani.
Dengan tatapan merayunya, jani terus membelai paha zee dengan tangan putihnya hingga tepat di atas gundukan yang sudah sedari tadi mengeras, "phi, kau begitu tegang. apakah kau tergoda sungguhan dengan ku?" tanya jani dengan ekspresi yang sedikit terkejut.
Zee, ia langsung menarik pinggang jani untuk lebih dekat dengannya hingga bibir mereka menempel satu sama lain. lumatan yang begitu di kelilingi oleh hawa nafsu membuat adegan ciuman zee dan jani sangat panas, seperti hati seseorang yang kini sedang menyaksikan adegan itu dengan kedua matanya.
Yah, seseorang yang kini berada di ambang pintu dari 15 menit yang lalu hanya bisa membeku di tempatnya, hatinya bagai di tusuk oleh ribuan belati. Sakit sekali, hingga dirinya lupa bagaimana caranya bernafas dan menetralkan detak jantungnya.
"Hia" lirihnya, hanya satu kata itu yang dirinya mampu ucapkan. Hatinya dan pikirannya sudah tak lagi bisa di cerna oleh akal sehatnya, Ah bahkan otaknya saja seperti sudah tak bisa lagi berpikir. Ya tuhan, apa yang terjadi?.
Dear DIARY
KAMU SEDANG MEMBACA
ZEENUNEW: BayanganMu!
FanfictionLAUT, Haruskah aku tenggelam di dalammu? agar aku tahu bagaimana rasanya menghilang dan melupakan! Aku hanya ingin melupakan, tanpa terus mengingat. Aku hanya ingin dipercaya, tanpa harus terus percaya. Aku hanya ingin menghilang, tanpa adanya jejak...