Chapter 9: Maafkan Aku!

1.1K 111 15
                                    

Zee, terus memandang langit-langit atap diruangan kantornya. Setiap detik, menit, jam, bahkan semua waktu dirinya habiskan hanya untuk melamun. "Dimana kamu, nunew?" gumam zee, pelan.

Ceklekkk...

"Phii ZEEE!"

Janistar, gadis itu berteriak histeris saat memasuki ruangan milik zee. Namun, saat janistar kini sudah berdiri tepat di hadapan zee. gadis itu seketika terdiam, Apa yang dirinya lihat?. Zee, kekasih tercintanya itu masih terdiam tidak menyadari akan kehadirannya, jangankan merespon melihatnya saja tidak.

"Phi zee?" panggil jani, kepada zee yang masih bersender dikursinya dengan wajah yang menatap ke atas, dan jangan lupakan tatapan kosongnya itu yang kini terpancar dimata zee.

Seketika, jani memasang wajah sedihnya saat melihat kekasihnya itu lagi-lagi tidak meresponnya. Gadis itu, dirinya kecewa saat akhir-akhir ini zee sering mengabaikannya. Ada apa?, kenapa zee berubah?. Pikirnya.

"Phi zee, mengapa kau terus mengabaikanku? apa salahku?" tanya jani, yang masih tidak di respon oleh zee.

Entah mengapa, zee sekarang seakan menjadi seperti robot yang rusak. Dirinya, bahkan tidak peduli lagi dengan urusan kantor, pekerjaan yang menumpuk, bahkan pola makannya saja zee tidak lagi bisa di jaga. Keadaannya, akhir-akhir ini semakin drop dan sering jatuh sakit, Apa mungkin semua ini ada hubungannya dengan nunew?.

"Aku benci sama phi!" ucap jani dengan kesalnya ia meninggalkan ruangan zee dengan air mata yang sudah membanjiri pelupuk matanya.

Namun, sebelum janistar pergi dirinya sempat berpapasan dengan max yang baru saja datang untuk masuk ke dalam ruangan zee. Max, pria itu sempat bingung dan terkejut saat dirinya melihat wajah gadis itu yang dipenuhi air mata.
"Dia kenapa?" Batin Max, heran.

Ceklekk...

"Zee, kau apakan di~...

Ucapan max berhenti saat dirinya masuk kedalam ruangan zee, max sempat terdegun dan merasa iba kepada sahabatnya itu sebab bukan hari ini saja sikap zee berubah melainkan sudah berhari-hari zee bersikap seperti ini, Diam, termenung, melamun, ekspresi macam apa itu? Pikir max. Lebih baik manusia itu marah-marah dari pada harus terdiam seperti robot.

"Zee, kau tidak akan gila kan? berhentilah dengan sikap konyolmu itu" Ucap max, sedikit kesal.

Zee menegakkan kepalanya, lalu menatap max dengan sorot mata yang seperti putus asa. Max yang melihat zee seperti itu membuat dirinya langsung duduk di hadapan zee. "Apa yang terjadi?" tanya max, yang sudah mulai pusing dan khawatir.

"Nunew, nunew...Nunew, max" racau zee, frustrasi.

Max yang tidak mengerti hanya bisa memasang wajah bingungnya, "Nunew? memangnya dia kenapa?" tanya max lagi untuk sekian kalinya.

"Satu minggu yang lalu, aku mengunjungi rumah sakit dimana nunew di rawat saat dirinya mengalami kecelakaan. Awalnya, aku sangat bahagia saat tahu jika dokter ingin mengantarkanku menemui nunew. Namun, semua harapanku salah besar...dokter itu membawaku ke sebuah pemakaman yang berada di belakang rumah sakitnya. Dan, saat itu pula perasaanku sudah mulai tidak enak...dan benar saja, dokter itu menunjukkan salah satu gundukan tanah yang masih terlihat baru. Hiks...dan kau tahu siapa nama yang berada di batu nisan tersebut? nama itu adalah, Nunew Chawarin"

DEGG!

Max dibuat terkejut atas penjelasan yang zee lontarkan pada dirinya. "Maksudmu, nunew sudah meninggal?" tanya max lagi, memastikan. Dan, pertanyaan max hanya di angguki oleh zee.

"Bagaimana mungkin?" ucap max tidak percaya.

"Akupun juga bingung, apakah aku percaya atu tidak. Tapi, jika aku tidak percaya dengan apa yang aku ketahui semua bukti sudah aku lihat. Namun, jika aku percaya dengan kematian nunew entah kenapa hatiku mengatakan jika itu tidak benar. Aku bingung, apakah aku harus percaya atau tidak" jelas zee, yang sudah mulai frustrasi dengan akal sehatnya.

ZEENUNEW: BayanganMu!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang