Lembayung Nirmala - Ufuk Timur

2.5K 205 9
                                        

"Aku sungguh minta maaf hm?" Wonwoo tengah sibuk membujuk sang kekasih karena siang ini, dirinya tidak bisa menepati janjinya untuk makan siang bersama karena ia harus pergi bersama Mingyu untuk mendaftarkan pernikahan mereka.

Jadilah sekarang Irene yang merajuk, ia memanyunkan bibirnya dengan wajah murungnya yang bagi Wonwoo masih terlihat begitu cantik. Tangan kiri pemuda itu mengusap lembut rambut panjang Irene. "Nanti malam, aku bisa pergi denganmu, aku juga akan menginap di apartemenmu." bujuknya lagi.

Wanita itu yang mendengarnya langsung menoleh, wajahnya yang tadinya murung kini berubah menjadi lebih senang. "Sungguh?" tanyanya antusias dan kekasihnya itu mengangguk dengan senyuman di wajahnya. Irene langsung menghujani wajah Wonwoo dengan kecupan bibirnya.

Wonwoo terkekeh pelan, ia mengecup kening Irene dengan lembut. "Kalau begitu, aku berangkat sekarang, dan nanti aku akan langsung mengunjungimu setelah selesai." ucapnya dan di beri anggukan kecil oleh kekasihnya.

Ia berdiri dari duduknya, sebelum dirinya benar-benar pergi dari ruang kelas tersebut, ia mengecup bibir Irene dengan singkat lalu berjalan keluar dari ruang kelas tersebut. Wonwoo melangkah menuju pintu gerbang setelah ia keluar dari gedung utama.

Dirinya akan menunggu Mingyu karena pria tinggi itu mengatakan akan menjemput Wonwoo di kampus dan akan mengantarnya kembali setelah selesai nanti. Itu sebabnya hari ini dirinya juga tak membawa mobil kesayangannya.

Sudah lewat lima menit Wonwoo berdiri di depan pintu gerbang, ia beberapa kali melihat jam yang melingkar di tangannya, sudah menunjukkan pukul sebelas siang lebih, tapi Mingyu tak kunjung datang. Ia menghela napasnya dengan kasar.

Menunggu dan terus menunggu hingga sebuah mobil hitam berhenti tepat di depan dirinya. Kaca jendela bagian penumpang bergerak turun dan Wonwoo dapat melihat jelas Mingyu yang ada di sana. Ia segera membuka pintu dan masuk. "Kenapa kau selalu saja terlambat Mingyu-ssi." ucapnya sembari memasang sabuk pengamannya.

Mobil tersebut kembali melaju setelah Mingyu menancap pedal gasnya. "Maaf, saya ada rapat penting." jawabnya tanpa menoleh sedikit pun, ia hanya terfokus pada jalanan di depannya.

Wonwoo menghela napasnya pelan, ia terdiam selama beberapa waktu sampai akhirnya sebuah kalimat keluar dari kedua belah bibirnya, "Berhentilah bicara terlalu formal kepadaku, atau orang tua kita akan curiga." selesai mengatakan hal tersebut, Wonwoo langsung menatap keluar jendela.

"Saya sudah terbiasa." terbiasa berbicara formal, mungkin ia tak melakukannya ketika berbicara dengan orang terdekatnya seperti keluarga atau sahabatnya. Selebihnya, Mingyu sudah terbiasa dan sulit untuk menghilangkan kebiasaan itu.

Kepala Wonwoo menoleh ke arah Mingyu, ia menatap pria tinggi itu dengan terheran juga wajah yang kesal. "Kita akan menikah dan tinggal di rumah yang sama, aku juga lebih muda darimu, jadi biasakan." balasnya dengan nada yang cukup kesal. Ia mendengus dan kembali menatap keluar jendela.

Sedangkan Mingyu, ia tidak mau berdebat lebih banyak lagi dengan Wonwoo, jadi, dirinya hanya mengatakan, "baik." sebagai balasan apa yang telah Wonwoo ocehkan mengenai bahasa yang ia gunakan. Benar-benar banyak aturan, tapi selama itu tak menganggu dirinya, Mingyu akan menerimanya begitu saja.

Kuda mesin itu terus melaju tanpa adanya pembicaraan antara Wonwoo dan Mingyu, hanya saling diam untuk memikirkan masalah masing-masing. Padahal waktu pernikahaan mereka akan segera di lakukan tapi keduanya bahkan tak mengenal lebih.

Apa yang perlu di kenal sebenarnya, toh keduanya akan bercerai saat setelah tiga atau empat bulan pernikahan mereka. Mereka tak akan membutuhkan banyak hal yang perlu mereka ketahui satu sama lain. Hanya menikah, bukan menjalin hubungan karena rasa dasar cinta.

Lembayung NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang