Lembayung Nirmala - Penyesalan

2.6K 202 9
                                        

Kedua mata cantik Irene menatap punggung kekasihnya yang berbaring membelakanginya, bibirnya mengerucut dan mendekat ke arah Wonwoo, ia memeluk tubuh pria itu dengan erat. "Kau kenapa Wonwoo?" tanyanya dengan bingung.

Sejak kedatangan Wonwoo ke apartemennya, pria itu hanya diam, jarang bicara dan tak berbicara seperti biasanya. Hanya mengeluarkan suara jika Irene bertanya, tentu membuat sang wanita merasa bingung dengan sikap kekasihnya.

Wonwoo terdiam, ia menundukkan kepalanya, meraih tangan Irene dan mengusapnya pelan. "Tidak apa, aku hanya lelah." jawabnya lalu memejamkan kedua matanya.

Irene menenggelamkan wajahnya di punggung lebar Wonwoo. "Padahal hari ini hari jadi kita, tapi kau malah seperti ini.." gumamnya.

Wonwoo menghela napasnya dengan kasar, ia lalu melepas tangannya yang mengusap tangan Irene dan bangkit duduk. "Aku tidak bisa, aku akan pulang." ucapnya sembari menurunkan kedua kakinya dari tempat tidur Irene.

Wanita itu langsung bangkit dan menahan tangan Wonwoo. "Tunggu, kenapa Wonwoo? Apa aku berbuat salah? Kenapa kau bersikap seperti ini?" tanyanya, pertama kalinya Wonwoo bersikap seperti itu padanya, membuat Irene semakin yakin bahwa ada yang salah dengan kekasihnya.

Pemuda Jeon itu menatap lekat Irene, bukan Irene yang salah, melainkan dirinya. Ia sungguh merasa bersalah telah mengkhianati Irene dan itu membuat hatinya gusar jika ia menatap wajah memelas kekasihnya itu.

Ia menelan ludahnya dengan kasar, lalu mengusap lembut wajah Irene, mendekat dan mengecup lembut bibir tipis wanitanya. "Maafkan aku.. Aku akan pulang." lalu bangkit dan segera keluar dari kamar itu, sekaligus apartemen Irene. Ia menghiraukan rasa sakit pada tubuhnya sendiri.

Wonwoo terus melangkah, turun ke basemen parkir dan masuk ke mobilnya, ia tak segera melaju, melainkan terdiam dengan menundukkan kepalanya, bertumpu pada setir mobil kesayangannya itu.

Ia terus memikirkan kejadian semalam, terutama, berpikir kenapa ia bisa berakhir berhubungan intim dengan Mingyu, padahal keduanya berencana untuk bercerai. Itu benar-benar membuat Wonwoo frustrasi.

Kuda mesin itu terhenti di garasi rumah Mingyu, sang pemilik melangkah turun dengan wajah yang murung. Ia membuka pintu dan mendapati Mingyu duduk di sofa ruang tamu dengan memegang sebuah kertas, sedang bekerja mungkin.

Mata Wonwoo langsung mengerjap saat Mingyu bangkit dari duduknya. Ia menelan ludahnya dengan kasar dan lintasan ingatan kejadian kemarin malam muncul begitu saja, membuat daun telinganya spontan memerah.

Mingyu menatap Wonwoo dengan bingung, ia tidak tahu pemuda itu pulang dari mana karena saat ia kembali dari kantor tadi, ia tak bertemu Wonwoo. "Kau dari mana?" tanya Mingyu, berdiri tak jauh dari Wonwoo yang masih berdiri di depan pintu.

Sang pemuda Jeon itu terdiam kaku, ia langsung mengalihkan pandangannya dari Mingyu. "A-apartemen kekasihku." jawabnya dengan terbata, kepalanya menunduk dan kedua bola matanya bergerak ke sana kemari.

Anggukan kecil Mingyu berikan, ia mendekat lagi ke arah Wonwoo. "Aku ingin berbicara tentang--"

"Besok." Wonwoo terlebih dahulu menyela sang suami, ia tersenyum canggung lalu berjalan mundur dengan pelan melewati Mingyu. "Aku.. akan tidur." lanjutnya lagi dan langsung berbalik, bergegas memasuki kamarnya dan menutup pintu tersebut cukup keras.

Meninggalkan Mingyu yang menghela napasnya dengan kasar karena ia tahu jelas bahwa Wonwoo secara sengaja menghindarinya. Padahal dirinya ingin membicarakan tentang bagaimana hubungannya dengan Wonwoo, mengenai perceraian keduanya.

Ia berjalan ke arah sofa dan kembali mendudukkan diri di sana, meraih kertas tadi dan beberapa kertas yang lain. Ia baca dan pelajari satu persatu. Mingyu bahkan tak memedulikan jam yang sudah menunjukkan pukul sebelas malam, dirinya menyelesaikan pekerjaannya.

Lembayung NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang