Lembayung Nirmala - Pilihan

2.4K 198 4
                                        

Kepalanya menunduk, kedua kakinya tertutup rapat dan matanya menatap sebuah dokumen yang telah ia persiapkan untuk mengambil cuti. Wonwoo berada di kampus sekarang, beberapa hari sebelum ajaran semester baru di mulai.

Ia beberapa kali menelan ludahnya dengan kasar, merasa gugup pada keputusan yang telah ia ambil. Mempertahankan janin di dalam perutnya dan merelakan kuliahnya di hentikan selama dua semester.

Awal niat untuk menggugurkan, Wonwoo bimbang. Yang akan ia gugurkan bukanlah suatu barang yang bisa di beli dan tak berharga. Tapi nyawa yang akan menjadi seseorang yang entah bagaimana kelak. Seorang nyawa yang akan menjadi anaknya.

Memang, Wonwoo masih terlalu muda, dia baru berumur dua puluh tahun tapi sudah di hadapi dengan hal tersebut. Normal jika dirinya perempuan, tapi, ia adalah seorang pria. Entah bagaimana kesehatan mentalnya jika ia tak mengambil cuti. Wonwoo tak siap dengan itu.

Setelah sekitar jam sembilan pagi tiba, Wonwoo bangkit dari duduknya, ia pergi ke ruangan khusus akdemik, dimana yang selalu buka meskipun tengah libur semester. Ia mengajukan surat permohonan cuti selama dua semester.

Wonwoo menunggu selama hampir dua puluh menit hingga akhirnya selesai dan ia mendapat persetujuan bahwa dirinya akan cuti selama dua semester. Ia keluar dari gedung utama menuju mobilnya yang terparkir, masuk dan mulai melajukannya.

Dirinya ingin langsung pulang dan istirahat, entah karena apa, ia merasa lelah beberapa hari ini, bahkan ia menghindari kekasihnya sendiri. Tak membalas pesan atau menerima panggilannya. Wonwoo sadar jika ia semakin jauh dengan Irene.

Tapi tentu perasaannya masih ada, ia masih sangat percaya bahwa ia mencintai wanita cantik itu. Perasaannya tulus dan Wonwoo akan bertahan sampai dirinya bercerai dengan Mingyu.

Sampai di rumah, ia turun dari mobil setelah memarkirkannya di garasi. Kedua kakinya melangkah memasuki rumah dan betapa terkejutnya ia saat melihat Jeonghan duduk di ruang tamu. Seperti pemilik rumah itu. "Jeonghan hyung.." panggil Wonwoo dengan lirih.

Pria Yoon itu tersenyum lebar seperti biasanya, ia menepuk sofa sampingnya untuk mengajak Wonwoo duduk dan pemuda itu menurut. "Kau dari mana?" tanyanya.

"Kampus.." jawab Wonwoo lalu ia menundukkan kepalanya.

Dahi yang lebih tua mengernyit bingung, ia menepuk pundak Wonwoo dan membuat pemuda itu menoleh. "Mingyu bilang kau mengambil cuti." ucapnya dan Wonwoo mengangguk untuk menanggapi. "Permintaan Mingyu atau kau sendiri?"

"Aku.." ia menunduk lagi, menatap perutnya sendiri yang masih rata. Tangan kanannya bergerak menyentuhnya. "Aku tidak tahu akan seperti apa jika aku tidak mengambil cuti." lanjutnya.

Jeonghan mengangguk paham. "Aku tadinya sungguh bingung, aku kira kau dan Mingyu mengerjaiku tapi.. Mingyu sudah bercerita semuanya Wonwoo." ia menatap lekat yang lebih muda. "Aku sangat bersyukur bahwa kau mengiyakan permintaan Mingyu untuk mempertahankan calon bayi kalian." lanjutnya sembari tersenyum.

Wonwoo menolehkan kepalanya. "Jeonghan hyung tidak merasa aneh padaku?" tanyanya bingung.

Jeonghan menggeleng pelan dan terkekeh kecil, ia menundukkan kepalanya. "Aku malah ingin seperti dirimu, kau tahu bahwa kekasihku seorang pria bukan?"

"Hyung.. gay?" tanya Wonwoo.

"Kau baru tahu?" Wonwoo mengangguk kecil. Saat mendengar Jeonghan datang dengan menangis dan bilang bahwa kekasihnya selingkuh dengan pria lain, ia pikir kekasihnya adalah perempuan.

"Jadi.. Kenapa hyung ingin sepertiku?" tanya Wonwoo lagi, padahal dirinya pikir bahwa tak ada laki-laki yang mau seperti dirinya. Memiliki rahim dan bisa hamil.

Lembayung NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang