Lembayung Nirmala - Hujan Badai

2.8K 223 2
                                    

Tangan kanan Wonwoo yang senantiasa masih menarik tangan kiri Mingyu terlepas begitu saja ketika keduanya berdiri cukup jauh dari meja makan yang ada di halaman belakang kediaman keluarga Kim.

Dengan tatapan tajam nan mematikannya, pemuda Jeon itu menatap pria yang sepertinya lebih tua di banding dirinya. Ia benar-benar merasa terheran kenapa Mingyu dengan mudahnya menerima perjodohan kuno yang di lakukan oleh kedua orang tua mereka.

Wonwoo berusaha mengendalikan amarahnya, ia mengacak rambutnya dengan frustrasi lalu menatap Mingyu yang hanya menampilkan wajah datarnya saja. "Kau gila Mingyu-ssi? Bagaimana bisa kau menerima perjodohan bodoh itu begitu saja?" tanyanya dengan kesal.

"Saya tidak punya alasan untuk menolaknya." jawab Mingyu dengan santai. Ia menunggu Wonwoo untuk mengatakan kalimat yang lain.

"Tapi aku punya alasan untuk menolaknya!" tegas Wonwoo sembari menunjukkan wajah marahnya. "Pernikahan itu ada berdasarkan cinta Mingyu-ssi, kita bahkan baru bertemu hari ini dan kau langsung mengiyakan perjodohan ini!" lanjutnya.

Mingyu menghela napasnya dengan pelan, ia lalu memundurkan langkahnya untuk sedikit menjauhi Wonwoo. "Kalau begitu anda bisa mengatakannya pada keluarga anda, jika anda tidak mau melakukan perjodohan ini." timpal Mingyu.

Wonwoo mengernyitkan dahinya dengan bingung. "Apa maksudmu?" Wonwoo hanya berpikir karena yang dijodohkan adalah dirinya dan Mingyu, maka jika salah satu menolak, maka keduanya harus menolak dan tak menikah.

"Saya tidak peduli akan dinikahkan dengan siapa, jika anda tidak mau, anda bisa mengatakannya." jawabnya lagi, dengan santai dan membuat Wonwoo semakin kesal.

Pagi tadi Wonwoo sudah di buat kesal dengan pria di hadapannya itu, kini ia bertambah kesal lagi dengan sifat Mingyu yang benar-benar membuatnya muak dan serasa ingin menghantap pria itu. "Perjodohan ini tidak benar Mingyu-ssi." tegasnya sekali lagi.

Pria tinggi itu menatap Wonwoo dengan wajah kesalnya, ia tak berekspresi apapun dan hanya menjawab, "lalu apakah salah jika di lakukan?" dengan datarnya dan membuat Wonwoo semakin naik pitam.

Wajahnya bahkan sampai memerah, tapi dirinya tak bisa menjawab apapun dan hanya bisa terdiam di tempatnya dengan amarah yang membuncah. Perjodohan itu memang tak benar juga tak salah, siapapun bisa melakukannya tapi itu bukan Wonwoo, ia sungguh tidak mau karena dirinya juga sudah memiliki kekasih.

Karena tak mendapat jawaban dari pemuda itu, Mingyu berjalan meninggalkan Wonwoo yang mengerjap bingung. Pemuda itu menatap Mingyu dengan tatapan terheran, bagaimana bisa ada orang yang tidak peduli dengan siapa yang dinikahi, benar-benar aneh.

Ia menghela napasnya dengan kasar, mengacak rambutnya lalu kedua kakinya itu melangkah untuk mendekati meja makan di taman belakang. Ia bawa tubuhnya duduk di tempatnya semula, menatap orang tuanya juga dengan keluarga Kim yang memang menunggu pemuda itu untuk memberikan jawaban.

"Bagaimana nak Wonwoo?" tanya nyonya Kim, kedua matanya menatap lekat Wonwoo yang sedang berusaha untuk menenangkan diri.

Putra Jeon itu menghela napasnya pelan. "Maaf, tapi saya butuh waktu untuk memikirkannya." jawabnya. Menurutnya, semua ini begitu tiba-tiba, ia ingin membicarakan hal tersebut secara pribadi dengan kedua orang tuanya nanti di kediaman mereka sendiri.

Tuan Kim tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. "Tidak apa, kau bisa memikirkannya terlebih dahulu nak.." timpalnya dan di tanggapi hanya dengan anggukan oleh Wonwoo.

Dua keluarga tersebut meneruskan acara makan malam mereka dengan menghabiskan puding yang telah habis separuh. Tapi selera Wonwoo benar-benar hilang, di tambah lagi dengan bagaimana raut wajah pria yang duduk di seberangnya itu, terlihat begitu santai, memakan puding itu tanpa beban. Ia hanya bisa mendengus kesal sembari menatap tidak suka Mingyu.

Lembayung NirmalaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang