"Nggak mau,Ma. Kookie nggak mau berangkat bareng dia!!!" jerit seorang anak laki laki dengan seragam sekolahnya.
"Kookie... Ya udah kalo nggak mau bareng kakak, naik taxi aja" jawab seorang wanita usia 40an
"Jangan,Ma. Biar Kookie dianter pak Kang aja." kali ini yang menjawab adalah anak laki laki lain yang terlihat lebih dewasa dan tenang
"Terus kakak berangkat nya gimana"
"Gampang,Ma. Kakak nggak ada kuliah pagi kok. Nanti agak siang, bisa bareng Yoongi"
"Cari muka aja terosss!!"Perdebatan yang hampir tiap hari terjadi setiap pagi di keluarga Jeon. Si bungsu Jungkook selalu mencari keributan dengan mempermasalahkan hal kecil. Jungkook sangat membenci kakak laki lakinya Seokjin.
Jungkook dulu bukanlah pribadi yang seperti ini. Ia dulu sangat dekat dengan kakaknya. Tapi, sebuah kejadian merubah segalanya. Saat usianya 14 tahun Jungkook dan Seokjin mengalami kecelakaan. Lebih tepatnya Seokjin menyelamatkan adiknya dari kecelakaan mengerikan itu.
Tubuh Seokjin dihantam motor yang sedang melaju kencang, karena ia melindungi adiknya.
Jungkook hanya mengalami luka ringan, sementara Seokjin hampir kehilangan nafas nya. Seokjin sempat koma selama beberapa minggu, dan ketika ia sadar kaki dan tangan nya sulit di gerak kan. Ia harus menjalani terapi selama hampir setahun untuk mengembalikan fungsi tangan dan kakinya. Tapi ternyata kaki nya sudah tak merespon terapi lagi. Jadi, Seokjin harus hidup dengan 'perbedaan' selamanya.Bukan kah harusnya Jungkook berterima kasih? Ya.. Awalnya begitu. Tapi, karena semua orang mengatakan jika ini adalah karena Jungkook, ia jadi sangat membenci kakaknya. Apapun yang dilakukan Seokjin akan salah di mata Jungkook.
Walaupun Seokjin selalu bilang ia baik baik saja terhadap sikap adiknya itu,tapi matanya tak bisa berbohong. Ada kesedihan yang terlihat jelas di sana.
"Kakak baik baik aja kok,Ma. Jangan khawatir" ucap Seokjin setiap adiknya itu mulai berulah.
.
.
Seokjin sangat menyayangi adiknya. Ia tak pernah sekalipun marah saat Jungkook berkata kasar atau bahkan bermain fisik dengan nya. Terjatuh,terantuk ujung meja,dan lain nya sudah Seokjin rasakan. Tapi ia tak pernah berniat membalas atau memberi tahu orangtua nya. Ia tau,Jungkook sangat kecewa pada keadaan ini. Dimana ia selalu disalahkan. Karena itu,Seokjin sebisa mungkin tak menambah rasa kecewa adiknya. Ia mencoba mengerti posisi Jungkook.Tapi terkadang Jungkook memang keterlaluan. Ia tau jika kakaknya tak bisa berjalan dengan baik tanpa bantuan, namun dengan sengaja ia menendang nya menjauh dari tubuh kakaknya. Jadilah Seokjin harus sedikit merangkak untuk mengambil tongkat nya.
"Lo fikir gue bakal iba? Nggak.. Gue terlalu sakit hati!!" ucap Jungkook saat melihat kakaknya merangkak di depan matanya
"M..maafin kakak,Koo"
.
.
Di luar rumah pun Jungkook berlaku seperti tak mengenali Seokjin. Ia acuh dan tak peduli sama sekali. Teman teman nya tak semua tau jika mereka bersaudara. Karena Jungkook selalu mengatakan jika ia adalah anak tunggal."Kak.. Itu bukan nya Jungkook ya?" tanya Yoongi sahabat Seokjin
"Iya.." jawab Seokjin singkat
"Ngapain tu anak jam segini keluyuran? Bukan nya masih jam sekolah? Samperin aja Kak.. Bolos tu anak pasti"
"Jangan,Yoon.. Biar aja.. Anggap aja kita nggak lihat" jawab Seokjin sambil berjalan menjauh
"Yaaaaak... Tungguin kak!"
.
.
Dari dulu Seokjin adalah anak yang pendiam. Ia tak terlalu banyak bicara. Dan ditambah lagi sekarang keadaan nya yang berbeda,membuat nya makin irit bicara. Ia hanya akan bicara saat ditanya,selebihnya ia akan diam dan menunduk kan kepala nya.
Terkadang, Yoongi kesal melihat nya. Ia hanya diam..diam.. Dan diam saat ada yang mengejek dan membully nya."Lo nggak punya mulut apa gimana sih,kak. Kenapa diem aja kalo ada yang ngejekin lo!"
"Biarin aja Yoon. Lagian yang mereka bilang itu kenyataan nya, kan? Jeon Seokjin itu cacat" jawab Seokjin pelanBohong jika Seokjin bilang ia baik baik saja saat ada yang mengejek dan membully nya. Hatinya sakit, sangat sakit. Tapi ia bisa apa? Kenyataan nya memang begitu.