(Local story)
Jika ada yang bertanya pada seorang anak laki laki berusia 17 tahun bernama Rega,hal apa yang paling membahagiakan di dalam hidupnya dia akan menjawab ia bahagia karena memiliki Abie sebagai kakaknya.
Rega sangat senang memiliki seorang kakak seperti Abie. Karena Abie juga sangat menyayangi Rega. Bisa dibilang Abie jauh lebih menyayangi adiknya daripada dirinya sendiri. Abie juga tak pernah marah pada Rega.(Abie,kakak kesayangan Rega)
(Rega adik kesayangan Abie)
.
.
.Rega sangat senang jika kemanapun pergi ditemani Abie. Hampir setiap hari,Abie akan ikut mengantar adiknya ke sekolah. Hal kecil seperti itu saja bisa membuat Rega dan Abie bahagia.
Rega saat ini sudah hampir menyelesaikan sekolah menengah atas nya. Si bungsu yang sudah akan menjadi mahasiswa sebentar lagi.
"Dek,ujian nya lancar kan?" Tanya Abie saat menjemput adiknya pulang sekolah
"Lancar lah,bang. Tinggal tunggu pengumuman aja minggu depan" jawab Rega
"Pasti nilai adek besar nanti. Kalo udah lulus adek mau kuliah ya?"
"Iya lah,bang. Adek kan mau jadi arsitek kaya papa. Mending kuliah di sini apa di luar ya bang?" Tanya Rega pada kakaknya
"Hmm.. Memang adek boleh kuliah di luar sama mama?"
"Nggak tau juga,bang. Adek belom ngomong lagi sama mama papa"Sekilas tak ada yang aneh dari percakapan mereka. Tapi,sebenarnya ada perasaan campur aduk yang dirasakan Abie. Ia bahagia karena adiknya sudah dewasa dan akan menjadi mahasiswa. Tapi di sisi lain ia juga sedih, karena ia sendiri tak bisa menjadi seorang mahasiswa dan merasakan apa itu kuliah.
Abie sejak kecil tak bisa berjalan. Kedua otot kakinya lemah. Ia bahkan tak bisa melewati fase merangkak saat masih kecil.
Abie tak pernah merasakan apa itu berjalan dengan kedua kakinya sendiri.
Kadang ada kalanya ia merasa rendah diri. Saat melihat anak anak seumuran nya bisa melakukan banyak hal, sementara ia hanya bisa duduk di atas kursi roda untuk seumur hidupnya.
Tapi,Abie beruntung memiliki orangtua dan adik yang sangat mendukung nya. Selalu mencoba membangun kepercayaan dirinya dan tak pernah malu mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.