this captivating attraction

1.1K 252 20
                                    

'Berani menyentuhnya, kupatahkan lehermu sekarang juga.'

Kalimat tersebut masih menggema di ingatan Lisa. Memutar balik adegan mengesankan yang dilihatnya saat Jaemin membanting salah seorang perundung itu setelah mengatakan kalimat klise bak skenario drama yang kerap ia lihat di televisi.

Yang jadi masalah adalah, kenapa Lisa merasakan perasaan menyebalkan itu lagi?

Apa Lisa bodoh?
Apa Lisa gila?

Hanya karena mengingat aksi Na Jaemin ketika menahan salah satu perundung yang ingin memukulnya kala itu, mengapa membuat darahnya berdesir cepat?

Dimana kemarahan yang beberapa waktu lalu menggerayanginya?

Apa Lisa memang selalu gampangan seperti ini??

PLAK!

Ia pun menampar pipinya dengan begitu keras. Suara yang dihasilkan mampu membuat semua pandangan menatap heran.

Lisa bahkan sudah lupa jika masih berada di dalam kelas. Mengemban ilmu yang membahas seputar manajemen keuangan sesuatu yang sama sekali tak masuk ke dalam otaknya.

Sadar telah menjadi pusat perhatian, Lisa terlihat mengibas sesuatu tak kasat mata yang ada di wajahnya. Bertingkah seakan ada serangga yang mengganggu di sana untuk menetralkan pandangan heran yang menghakiminya.

"Unnie, kenapa?" Ryujin menyenggol ujung siku Lisa dan berbisik pelan.

Tentu saja Lisa hanya mampu menggeleng karena ia pun heran dengan dirinya sendiri, "Serangga." Alihnya.

Pasti! Ini pasti hanya perasaan bingung karena Lisa tak pernah dilindungi oleh lelaki lain selain Lee Haechan.

Ini pasti hanya kekaguman sesaat karena ia tak pernah melihat secara langsung lelaki lain selain Haechan membanting lawannya dengan begitu mudah.

Lisa! Kau harus membuka matamu. Meluruskan jalan otakmu yang kusut, dan berteriak dalam kepalamu, NA JAEMIN ITU SEORANG GAY!!

Itu adalah poin penting yang tak boleh dilupakan.

Bangun Lisa! Kau tak boleh kehilangan arah!!!

Seiring dengan pemikiran yang memenuhi otaknya, kelas hari itupun selesai tanpa terasa. Membuat Lisa yang belum sadarkan diri secara sempurna sedikit terkejut jika bukan karena Ryujin menepuk pundaknya, "Unnie tidak pulang?"

Tentu saja.

Tentu saja ia harus pulang dan menyegarkan pikirannya. Siraman air dingin pun takkan cukup menyadarkan Lisa akan perasaan gila yang sempat muncul beberapa saat lalu.

"Aku duluan, Ryujin." Lisa hendak bergegas, namun Ryujin terlihat menahan lengannya.

"Ayo bersama-sama." Katanya, hingga membuat Lisa mengangkat sebelah alisnya, menunjukkan ekspresi kebingungan disana.

"Bersama-sama bagaimana?" Tentu saja Lisa bertanya. Bukannya apa, tetapi arah pulang mereka jelas berbeda.

"Kemarin Haechan mengundangku untuk main ke rumah kalian." Ryujin menautkan kedua telunjuknya sembari tersipu, "Kyaa!! Unniee!!! Kupikir kita akan sungguh-sungguh menjadi keluarga! bagaimana ini!" Gadis itu, sudah memukul lengan Lisa berulang kali hingga membuatnya mengaduh kesakitan.

"Ah, bagus. Bagus. Itu hal bagus." Jika bukan karena Na Jaemin yang mengacaukan fokus Lisa, tentu saja ia akan turut semangat dengan progress percintaan sang adik dan sang kawan. Tapi hari ini, sudah beda cerita.

"Unnie! Meskipun kau tak tertarik dengan kisahku, tapi kumohon bantu aku! Ayo kita segera pulang kerumahmu! Astaga. Apakah rumahmu akan menjadi rumahku juga suatu saat nanti?? Akh! Rasanya aku ingin berteriak saking girangnya!"

WonderwallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang