he was her faraway sea

1K 241 55
                                    

Seorang gadis berwajah pucat terlihat lemah pada tempatnya.

Raut wajah yang ditampilkan pun nampak kontras dengan kakinya yang gemetar hebat.

"Lihatlah. Meski sudah kami berikan sedikit pelajaran, bocah itu masih mempertontonkan wajah angkuhnya. Memuakkan, bukan?" Ucap gadis dengan jaket kulit yang sedang terkekeh di samping Lisa.

Alis Lisa bertaut. Perutnya seakan melilit dengan pemandangan yang ada di hadapannya saat ini.

Winter tengah diikat pada kursi kayu pada sudut ruangan. Wajahnya sedikit lebam seakan sudah menerima beberapa pukulan. Bahkan dari jarak empat meter pun Lisa dapat melihat setitik darah segar yang muncul di ujung bibir gadis itu.

Nafas Lisa naik turun. Tangannya pun mengepal.

Ia memang pernah menjadi korban perundungan dari sekelompok pembully amatir. Namun kali ini, para pemain nampak lebih ahli dalam bidangnya. Dan lagi, ia bukanlah korban yang sedang terduduk pada kursi itu.

"Unnie, kami melakukan ini untukmu. Bukankah menyebalkan melihat gadis ini kembali dan seenaknya mengganggu hubunganmu dan Jaemin?"

"...."

"Aku pernah satu sekolah dengannya. Ia memang selalu menempel kepada Na Jaemin seperti sebuah benalu."

Winter mengangkat kepalanya. Pandangan Lisa dan gadis pucat itupun bertemu. Meski dalam keadaan demikian, Winter masih menatap Lisa tajam seakan dirinya adalah tamu yang tak diundang di sebuah pesta.

"Kenapa kalian melakukan ini?" Ucap Lisa sembari menatap tajam gadis berjaket kulit di sebelahnya.

Manusia yang ditatap itu nampak tak gentar barang sekelebat pun meski ia melihat rahang Lisa mengeras, "Sudah kukatakan, aku melakukannya untukmu, Unnie."

"Apa aku pernah memintanya?"

Gadis berjaket kulit itu tertawa keras. Disusul oleh bahak dari kawan-kawannya yang setidaknya berjumlah empat orang.

"Aku tahu Unnie juga kesal dengan kehadirannya. Unnie tak perlu berbohong padaku karena aku sudah memperhatikan kalian. Unnie sedang bertengkar dengan Jaemin karena jalang ini, kan?"

"..."

"Lihat. Unnie bahkan tidak mengelak. Sudahlah. Lebih baik kita beri pelajaran pada jalang ini." Gadis berjaket kulit itu menyerahkan sekantung telur yang nampak busuk di hadapan Lisa.

Telur busuk lagi??? Apakah telur busuk merupakan ritual wajib pada setiap perundungan?!

"..apa yang harus kulakukan dengan telur ini?" Lisa memiringkan kepalanya. Menampilkan wajah bingung sepolos mungkin.

Gadis berjaket kulit itu terkekeh, "Unnie hanya harus bermain dengan telur-telur ini." Ucapnya sembari melempar sebutir telur ke arah Winter dan mengenai pundak gadis itu.

"Hmm?? Apa aku harus melempar tanpa mengenai wajahnya?"

Kalimat Lisa berhasil membuat semua yang ada disana tertawa kecuali Winter yang masih juga menatapnya tajam.

"Tentu saja Unnie tidak perlu berhati-hati apalagi untuk orang seperti ini." Gadis berjaket kulit itupun kembali mengambil beberapa butir dan kali ini dilemparkan tepat di wajah Winter.

CKLEK.

Sebuah suara berhasil membuat suasana disana hening seketika.

"Ah, seharusnya aku tidak memotret, ya? Sebentar aku akan merubahnya dalam format video." Lisa terlihat sudah menenteng ponselnya disana, "Tolong di lanjutkan, bukankah kau ingin mengajariku?"

WonderwallTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang