"Disini?"
Lisa terdiam sebelum mengangguk pelan. Baru saja ia berkedip, kini mereka berdua sudah berada di parking area apartmentnya.
Jaemin membuka balutan sabuk pengaman yang memeluk Lisa. Pun lelaki itu menatap pemandangan di luar jendela sebelum beralih pada wanita di sampingnya, "Unit berapa?"
Lisa, mulai menggapai kesadarannya. Seseorang seakan baru saja melepaskan mantra yang mengikat lehernya, "Memangnya kau harus tahu?"
"Harus." Ucap lelaki itu kemudian. Kalimat Jaemin terdengar tegas namun juga lembut diwaktu yang bersamaan. Seperti sensasi yang kau rasa saat melahap sebuah choux yang sudah berbaur dengan suhu ruangan.
Ah, sial. Mobilku masih di kantor.
Satu-persatu, ingatan Lisa seakan menamparnya pelan, "Terima kasih untuk tumpangannya." Ujarnya dengan tergesa sembari meraih handle pintu, hendak keluar.
Namun lihatlah, kerut pada dahi wanita itu mendadak muncul saat berulang kali terlihat menarik handle pintu yang tak kunjung terbuka dengan kasar. Jaemin masih belum membuka central lock doornya. Lelaki itu tak membiarkan Lisa untuk keluar.
Wanita bersurai ash grey itu menoleh, tangannya masih bertaut dengan handle pintu dan matanya berkilat kesal, "Buka."
"Jika aku membukanya, aku akan mengikutimu."
"Maka aku akan menendang tulang keringmu sampai–" kalimat Lisa terpotong. Ingatannya kembali terusik dengan kalimat Yeji dan Winter yang bertentangan. Apakah ia harus bertanya langsung kepada lelaki disampingnya ini?
Tapi setelah semua yang terjadi, bukankah seharusnya Lisa tak mempercayai Na Jaemin sama sekali?
"Kau mau mampir?" Ujar Lisa yang kembali terlihat tenang. Jaemin mengangkat alisnya. Bahkan mulutnya sedikit terbuka memikirkan bagaimana wanita disampingnya ini cepat sekali berubah seakan memiliki kepribadian yang berbeda.
"Boleh?"
"Asal kau tidak macam-macam."
Jaemin tersenyum, "Memang apa yang kau pikirkan?"
Lisa mengalihkan pandangan dan memilih untuk menatap pintu yang masih enggan terbuka, "Ada hal yang harus kutanyakan."
"Memangnya pertanyaan jenis apa yang harus kujawab hingga kau mengundangku masuk ke kediamanmu?"
Lisa mendelik. Mendelik hebat.
Kalau dipikir-pikir, kalimat Jaemin ada benarnya. Kenapa Lisa harus repot-repot mengundang lelaki itu ke wilayah teritorialnya yang aman? Apakah dirinya sudah kehilangan akal sehat?!
Dan lagi, Lisa tak ingin Jaemin salah mengartikan undangannya itu!
"Tidak jadi! Baiklah aku akan bertanya disini sa–"
Cklek.
Dasar kurang ajar. Lisa hampir saja tersungkur karena pintunya mendadak terbuka –tangan wanita masih memegang handle pintu disana. Dan Jaemin pun sudah terlihat turun dari kemudinya, berjalan ke arah Lisa, melebarkan pintunya dan menunduk, "Aku akan mengambil tawaran yang pertama. Pertanyaanmu akan kujawab saat kita sudah berada ditempatmu saja."
Kali ini, Lisa memaki dirinya dengan keras di dalam hati. Menyesali kebodohan mulutnya yang merugikan dirinya sendiri.
Yah, lagipula tak ada salahnya membiarkan ia mampir. Aku harus tahu pihak mana yang harus kupercaya. Yeji.. atau Winter?
Ah, meski belum pasti, hanya dengan memikirkan Yeji tak lagi menjadi sekutunya saja membuat Lisa sakit kepala. Walaupun usia pertemanan mereka terhitung baru berusia dua bulan lebih sedikit, namun ia merasa hubungan mereka sudah cukup dekat untuk disebut sebagai kompanyon. Lantas apakah semua itu akan berakhir? Ia berharap tidak demikian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wonderwall
AventuraLisa, baru saja ditolak oleh seorang lelaki yang sering berkunjung pada tempatnya bekerja sambilan. Alasan yang diberi lelaki itupun begitu mencengangkan hingga ia memutuskan untuk melarikan diri pada detik berikutnya. Apa boleh buat, sang dewi kes...