#14

388 36 4
                                    

Tidak ada yang saling bicara. Semua menjadi diam dan hanya fokus pada makanan yang ada di depan mereka. Semua menjadi serba canggung saat Agung memutuskan ikut bergabung dan makan bersama Hana dan yang lainnya. Ya. Setelah mengantarkan kedua anaknya--Ayana dan Ayunda--Agung malah diajak ikut makan bersama oleh Bunda Hana. Meski Hana sudah melarang Bundanya. Baginya kehadiran Agung hanya akan menjadikan pertemuan di siang hari ini terasa seperti....ahhh...neraka.

Neraka? Ya, semenjak Agung berniat untuk mendekati Aisyah, Hana merasakan firasat buruk. Terlebih, semenjak kapan Agung begitu peduli dengan Aisyah? Bukankah semenjak lahir anak bungsu mereka itu tidak pernah mendapatkan kasih sayang dari Ayahnya ketimbang kakak-kakaknya?

"Ayo, Gung, ditambah lagi! Nggak enak ya, masakannya?!" Suara Bunda melempar pikiran Hana kembali ke meja makan. Di sebelahnya, Hanif tampak tenang menikmati makanannya. Walau dari guratan wajahnya terlihat ada yang sedang dipikirkannya.

"Eh, iya, Bun." Ringis Agung kikuk. Menatap Hana yang balas menatapnya malas.

Syukurlah momen makan-makan itu berakhir dengan cepat. Begitu semua penghuni meja makan berpindah tempat--ada yang ke kamar, ada yang di taman belakang, ada yang di ruang tamu--Hana bergegas meletakkan piring ke wastafel. Mencucinya. Setelah ini dia akan meminta semua anak-anak untuk masuk ke dalam kamar. Istirahat. Agar Agung tidak punya alasan lagi untuk tinggal lebih lama.

Ini bukan tempatnya!

"Kamu nggak boleh begitu, Han!" Tahu-tahu suara Bunda sudah menyapa gendang telinga Hana. "Sikapmu itu arogan sekali dengan mantan suamimu!"

Hana bergeming. Dia terus menyabuni piring. "Sudah bertahun-tahun, seharusnya kamu bisa memaafkan--"

"Bunda nggak ngerti!" Tangan Hana berhenti dari menyabuni piring. Menatap bundanya. Seperti ingin menjelaskan sesuatu. Tapi...ahh, sudahlah. Kalau dibicarakan lagi kepala Hana rasanya ingin meledak.

"Bunda nggak ngerti maksud kamu itu, gimana?"

Hana tetap diam. "Hanif nggak suka Agung?"

"Bukan! Untuk urusan itu Hanif nggak pernah keberatan."

"Lalu?" Hana menghela napas pelan. Menyelesaikan pekerjaan mencuci piringnya, sebelum akhirnya berkata,

"Dua minggu yang lalu, Hana mendapat telpon dari wali kelas Aisyah. Beliau mengatakan kalau Agung ingin bertemu Aisyah dan berniat untuk menjemputnya..."

"Dia ayahnya, kan?" Potong Bunda.

"Iya, dia memang Ayahnya, bun! Tapi setelah delapan tahun?! Kenapa baru sekarang? Kenapa tidak dari dulu-dulu saat Aisyah baru lahir?" Hana mencengkram tepian wastafel.

"Itu karena dia sadarnya baru sekarang, Han!"

"Bukan, bu! Agung bukannya sadar. Dia kesepian!" Sentak Hana.

"Kesepian?!" Bunda mengerutkan dahi.

"Dia sudah berpisah dengan Sari. Dan Bunda tahu apa yang lebih tragisnya? Kedua anak mereka dibawa oleh Sari! Tanpa Agung boleh bertemu dengan mereka--"

"Astaghfirullah..." bunda membekap mulutnya. Terdiam.

Hana mengambil lap, lalu membersihkan tangannya. "Itulah kenapa Hana nggak mau Agung mendekati Aisyah! Hana takut...Agung akan merebut Aisyah dari Hana. Sekarang, apa yang tidak mungkin, bun? Sekali jentikan saja semua bisa berubah posisi. Yang awalnya korban bisa jadi tersangka! Hana takut, disaat Agung kembali dekat dengan keluarga ini, dia akan mencari celah--"

"Ya Allah, nak!! Sejauh itu pikiranmu?! Bagaimana bisa dia masuk ke kehidupanmu lagi, jika kamu sudah bersuami?!" Tentang Bunda, tak percaya dengan isi pikiran anak semata wayangnya.

YOU COMPLETE ME ( Sekuel CINTA H2-Life After Married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang