#8

497 59 4
                                    

Tidak pernah terbayangkan oleh Hanif, bahkan di dalam mimpi sekali pun, bahwa sekarang dia sedang duduk berhadap-hadapan dengan seseorang dari masa lalunya dulu--lima belas tahun yang lalu--di kedai kopi yang tidak jauh dari kampus tempatnya mengajar.

Pramusaji telah lama menghidangkan pesanan mereka di atas meja. Namun tak satu pun yang berniat menyentuh hidangan itu. Mereka berdua terbebat oleh keheningan. Tak saling bicara, namun saling menatap penuh arti. Seakan dalam diamnya mereka ada percakapan yang terjadi.

Lima menit...
Sepuluh menit...
Lima belas menit....

"Jangan pernah memperlihatkan wajah kamu lagi di depan Nadia!" Ucap Hanif dalam nada yang penuh tekanan. Matanya tajam menghujam lelaki di depannya, seakan ingin menguliti tubuhnya habis-habisan.

Dia...laki-laki ini. Dia, yang telah merusak hidup seorang perempuan, melarikan diri tanpa mau bertanggung jawab. Dan sangat tidak manusiawinya, melalui rencana busuknya yang matang, malah menjebak Hanif dalam perbuatan busuknya itu.

Mama Nadia hamil. Dan Hanif yang dipaksa bertanggung jawab!

"Seberapa hebat kamu menghalangi, menyangkal, Nadia tetap darah dagingku. Aku adalah Ayah kandungnya. Bahkan--" seringai tipisnya mengejek Hanif. "Jika Nadia menikah nanti, akulah yang akan menjadi walinya! Camkan itu!"

Rahang Hanif mengerasa, bersamaan dengan buku-buku tangannya yang memutih menahan gejolak amarah yang tak kuasa dibendungnya.

"Brengsek!!" Desis Hanif, membuat seringai itu semakin lebar dan akhirnya memuntahkan tawa besar.

"Ternyata kamu masih punya amarah juga, ya? Setelah sekian tahun tidak bertemu? Oh, maaf, aku rasa kita benar-benar belum bertemu dengan baik saat itu!" Ejeknya.

"Pengecut!" Desis Hanif lagi.

Dia tertawa lagi. "Ya, aku memang pengecut! Memberikan tanggung jawab yang tidak seharusnya kamu tanggung! Oleh karena itulah, aku ingin mengambil alih tanggung jawab itu sekarang. Agar kamu tidak perlu repot-repot lagi mengurus Nadia. Tenang, aku akan mengganti semua biaya yang sudah kamu keluarkan untuk mengurus Nadia! Berapa pun yang kamu minta, akan aku tunaikan!"

"Kurang ajar!" Entah mengapa, hanya sumpah serapah saja yang keluar dari mulut Hanif. Bukan, bukan karena pengecut. Tapi Hanif masih berusaha menjaga agar tangannya tidak melayangkan bogem mentah ke wajah laki-laki di depannya itu. Jadi, satu-satunya yang bisa Hanif lakukan adalah mengumpat laki-laki ini.

Ah, kalau saja Hana mendengar apa yang keluar dari mulutnya, pastilah Hana akan mengomelinya habis-habisan. Hana begitu antipati dengan laki-laki yang hobinya mengumpat. Tapi, laki-laki ini pantas menerimanya.

"Tak perlu sering-sering mengumpat, Nif! Tanpa kamu bilang, aku sudah tahu kalau aku ini kurang ajar! Makanya aku sekarang sudah bertobat dan ingin mengambil alih Nadia! Dan ya, kehilangan satu anak, rasanya tidak akan membuat hidupmu kesepian, bukan? Kudengar, kamu sudah menikah dengan teman masa kuliahmu dulu, dan sudah memilik tiga orang anak perempuan. So?" Seakan kehilangan satu anak adalah hal yang lumrah untuknya. Dan dia mengatakan itu tanpa ada beban sedikitpun.

"Jangan harap! Sampai kapanpun, aku tidak akan menyerahkan Nadia ke tanganmu! Ingat itu!" Tunjuk Hanif.

Laki-laki itu mengangkat bahunya, mengejek. "Well, kalau begitu aku akan menuntutmu melalui meja hijau!" Ucapnya pelan. Percaya diri sekali.

Dua alis Hanif menyatu. Seperti mendapat kepercayaan diri entah dari mana, Hanif menantang laki-laki itu. "Silakan. Aku tidak takut dengan ancaman bodohmu itu. Bahkan jika kalah, dan kamu naik banding sekali pun, aku tidsk takut!"

Hanif bergegas bangkit dari duduknya. Dengan santai, tangannya mengambil dompet dan mengeluarkan lembaran uang dari sana. Meletakkannya di atas meja.

YOU COMPLETE ME ( Sekuel CINTA H2-Life After Married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang