"Abang ngapain ke sini?" Tanya Hana, melihat mantan suaminya itu dengan perasaan tidak senang. Semenjak datang mengunjungi sekolah Aisyah beberapa waktu yang lalu, Hana sudah diliputi perasaan was-was, bahwa--entah kapan--Agung pasti akan datang kembali. Dan tebakan Hana benar.
Agung yang tengah memerhatikan anak-anak berseragam merah putih dari kejauhan terkesiap. Tidak menyangkan kalau dia akan kepergok mantan istrinya di sini.
"Jangan bilang Abang mau menemui Aisyah!" Tekan Hana.
"Kenapa? Tidak boleh, ya?" Tanya Agung menatap Hana lurus. Ditatap begitu, Hana membuang pandangannya ke arah halamam sekolah yang luas.
Hana tak menyahut. "Dia anakku juga, kan? Atau di KK sudah berganti jadi anak suami barumu itu?" Ejek Agung, membuat Hana geram.
"Apa perlu Aku ingatkan, bagaimana perlakuan abang pada Aisyah dulu?"
Agung menghela napas. "Oh, ayolah Hana! Itu sudah lama sekali! Kamu masih ingat juga?" Geleng Agung,tersenyum mengejek.
"Karena Aisyah lahir, makanya Abang selingkuh dengan wanita itu, kan?! Abang menginginkan anak laki-laki. Tapi yang lahir anak perempuan!"
Agung terdiam. Diserang karena aib dimasa lalunya itu membuatnya tidak sanggup berkata-kata. Dia menatap Hana kesal. "Jadi apa yang bisa kulakukan agar Aku bisa bertemu Aisyah lagi?"
Hana tertawa sumbang. "Abang nggak serius, kan?! Memangnya kenapa abang harus peduli dengan Aisyah?! Sebelum kita bercerai saja, abang tidak pernah menganggap Aisyah itu ada! Dan sekarang Abang ingin Aisyah?"
Sebenarnya kedatangan Agung ke sekolah ini bukan untuk berdebat. Apalagi dengan Hana. Dia sedang tidak ingin mencari musuh. Terlebih musuh itu adalah jembatannya menuju anak-anaknya.
"Ya sudah kalau kamu tidak mengizinkan! Tapi kamu harus ingat satu hal! Sekeras apapun kamu menolak, dia tetap darah dagingku juga!" Setelah mengucapkan kalimat itu, Agung memilih beranjak dari hadapan Hana. Masih banyak waktu pikirnya. Agung masih bisa menyusun strategi agar Aisyah bisa dekat dengannya.
Melirik ke halaman sekolah sekali lagi, Agung pun melangkah menuju mobilnya.
Hana menatap kepergian Agung dengan perasaan yang sulit digambarkan. Perasaannya tidak nyaman. Seperti ada sesuatu yang besar yang akan terjadi. Dari kejauhan, Hana melihat Aisyah melambai ke arahnya.
****
Minuman di depannya itu terlihat menggoda. Terlebih di cuaca yang sedang panas ini. Tapi, tangannya takut untuk meraihnya. Apalagi, jika dia meminumnya, dia merasa bersalah sekali dengan Papanya.
Diam-diam, tanpa diketahui oleh keluargany, Nadia menghubungi nomor orang yang mengaku kenal dengan Mamanya itu. Dan Nadia terkejut karena orang yang dihubunginya itu adalah laki-laki yang sering menunggunya di halte sekolah. Nadia sudah bersiap untuk lari saat laki-laki itu lebih cekatan dan menghalang jalannya.
"Kenapa tidak diminum? Memangnya bisa sampai ke mulut kalau cuma dilihat saja?" Suara laki-laki itu membuyarkan lamunan Nadia. Kikuk, Nadia mengangguk. Tangannya pelan meraih minuman kekinian itu. Rasanya sungguh nikmat. Apalagi diminum dalam cuaca yang panas seperti sekarang.
"Enak?" Tanya laki-laki itu, mengamati. Nadia mengangguk. "Kamu bisa meminum itu setiap hari." Sahutnya bangga. Seolah dia sudah bisa memiliki hati Nadia.
Nadia melepas sedotan dari bibirnya. "Saya nggak bisa lama, Om! Kalau satu jam lagi saya nggak sampai di rumah, keluarga Saya akan mencari saya ke sekolah!" Cicit Nadia.
"Keluarga?!" Tanya laki-laki itu sinis. "Mereka bukan keluarga kamu, Nadia!" Laki-laki itu menarik kursinya lebih dekat ke meja. Sehingga dia bisa menatap Nadia lebih dekat. "Selain Mama Ratih, sayalah keluarga kamu yang paling dekat." Nadia memundurkan tubuhnya ke belakang. Pernyataan laki-laki ini membuatnya takut. Bagaimana bisa Papa Hanif dan Mama Hana bukan keluarganya?
"Om pasti bohong!" Tatap Nadia sinis.
Laki-laki itu tertawa. "Bohong?!" Dia memukul meja dengan kelima jemarinya. Membuat beberapa pasang mata di dekat mereka menoleh. Dia melambaikan tangan dan mengatupkan ke dua tangannya pertanda meminta maaf.
"Apa Hanif tidak pernah cerita tentang masa lalu dia dengan Mama kandungmu? Bagaimana mereka menikah, dan akhirnya kamu lahir?"
Nadia terdiam. Hanif hanya menceritakan kalau Nadia adalah anugerah terindah bagi mereka. sayang, setelah melahirkan dirinya, Mama Ratih meninggal. Hanif memang pernah menceritakan tentang Ratih kepadanya. Tapi, tidak pernah begitu terperinci. Seperti apa kesukaan Mamanya? Apa saja yang bisa membuat Mamanya tersenyum. Atau kemana Papanya dulu suka mengajak Mamanya pergi? Semua itu tidak pernah Hanif ceritakan. Atau memang karena memang Hanif tidak ingin Nadia sedih?
Nadia meneguk ludahnya. "Memangnya, sedekat apa om kenal sama Mama kandung saya?" Tanya Nadia pelan. Namun cukup membuat laki-laki itu tertawa.
"Tentu saja Saya sangat kenal! Bahkan melebihi Papamu itu!" Ucapnya. Nadia mengamati raut wajah itu. Bisa saja laki-laki ini benar, tapi besar kemungkinan dia juga bisa berbohong.
"Contohnya?" Tantang Nadia.
"Contohnya...umm," laki-laki itu menimang bagian mana yang akan diceritakannya tatkala ponselnya berbunyi. Mulanya dia mengabaikan saja,hingga panggilan itu terus saja mengusiknya. Setengah menggerutu, dia mengangkat telepon itu juga.
"Ya, halo?"
Nadia hanya memerhatikan. Sampai laki-laki itu selesai berbicara.
"Maaf, Nadia. Sepertinya pertemuan kita harus ditutup sampai di sini. Ada hal mendesak yang harus saya urus." Beritahunya. Melihat sekilas ke jam tangan. Nadia berdiri.
"Tenang saja, nanti Saya akan melanjutkan cerita itu. Saya bukan orang yang senang ingkar janji. Kapan kamu ingin tahu, beritahu saya. Silakan nikmati minumanmu ya? Semuanya gratis." Lalu beranjak meninggalkan Nadia yang terdiam di tempatnya.
Nadia tidak menghabiskan minumannya. Setelah laki-laki itu pergi, Nadia juga langsung meninggalkan tempat pertemuan mereka. Ada rasa bersalah yang bersarang di hati kecil Nadia.
Andai Papa Hanif tahu. Tentu dia akan sedih. Dan Nadia tidak mau Papanya sedih.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU COMPLETE ME ( Sekuel CINTA H2-Life After Married)
ChickLit..bagaimana jika sampai nanti tidak akan pernah ada anak di antara kita? ( HANA) ...seberapa berat cobaan, aku akan menjadi perisai kalian. because, You complete me ( HANIF) Ini kisah tentang Hana, Hanif dan keempat anak perempuan mereka. menjelang...