prolog

1.2K 79 1
                                    

Rumah dua lantai itu semakin sepi, setelah anak-anak beranjak besar dan bersekolah. Seperti pagi ini--jam sepuluh, disaat matahari sudah tidak bersahabat lagi untuk dijadikan teman berjemur, di salah satu sisi rumah, di area dapur, terlihat seorang perempuan sedang asyik membersihkan piring-piring dan gelas kotor bekas sarapan tadi pagi. Sebenarnya, piring kotor tidak terlalu banyak menumpuk di wastafel. Namun, entah mengapa, matanya tidak betah saja melihat area dapur yang berantakan. Seakan, sebersih apapun rumah, jika dapurnya masih kotor, maka belum layaklah rumah itu dikatakan bersih. Begitu menurutnya.

Hana--perempuan itu, meletakkan piring bersih yang masih basah di rak-rak khusus pengering,  agar saat ditaruh di dalam lemari kabinet, piring tidak menjadi lembab.

Hana melepas apron yang melekat di badannya. Menggantungnya di tempat biasa. Setelah memastikan semua bersih, barulah Hana meninggalkan dapur. Berjalan menuju ruang tamu dan ruang keluarga. Mengambil vacuum cleaner yang terletak di sudut ruang. Di antara dapur dan ruang keluarga.

Sedetik kemudian, bunyi mesin pembersih itu bergerak mencari kotoran apa saja yang dilewatinya dan memasukkannya ke dalam perutnya. Merasa lantai sudah bersih, Hana menaruh kembali mesin pembersih itu.

Pukul sepuluh lewat tiga puluh menit. Hana mulai menghitung jam. Hanif akan sampai di rumah, nanti sekitar jam lima sore, dan akan sekalian menjemput Nadia di sekolahnya. Sementara Ayana dan Ayunda baru pulang jam tiga sore diantar oleh bus sekolah. Hanya Aisyah yang pulang jam satu karena masih kelas dua SD. menjemput Aisyah adalah tugas harian Hana.

Hana menaiki tangga yang menghubungkannya ke lantai dua. Semua kamar, baik itu kamarnya dan anak-anak berada di lantai dua. Tujuannya adalah, agar saat malam menjelang, dan mereka tidur, Hana bisa mengecek mereka satu persatu tanpa harus turun naik tangga.

Mencek keempat anak perempuannya sudah menjadi kebiasaan Hana sejak pertama dia menikah dengan Hanif. Entah mengapa, senang saja melakukan kegiatan itu, berulang-ulang, terus menerus hingga sekarang. Terkadang, Hanif yang melihat Hana keluar kamar tiap malam, protes dan memintanya untuk tidak melakukan itu lagi. Tapi dasar Hana, permintaan Hanif hanya dianggapnya angin lalu.

Ponsel di saku gamis Hana berbunyi. Pesan dari grup wa yang isinya hanya mereka bertiga; Hana, Yuli dan Rani.

Kali ini pesan dikirim oleh Rani. Istri Raihan itu sedang mengidam karena tengah hamil anak keduanya. Rani meminta Hana untuk datang ke rukonya, membawa Aisyah ikut serta. Usut punya usut, ternyata Rani mengidam anaknya mirip seperti Aisyah.

Hana tersenyum membaca pesan itu. Setelah membalas pesan dari teman masa kuliahnya itu, Hana terpegun. Sayup-sayup bisikan beraroma hasutan muncul di benaknya.

Kapan giliranku, Ya Allah?

#########

Maafkan, untuk typo.

26 juli 2021

Di saat seluruh kota masih dalam suasana PPKM

YOU COMPLETE ME ( Sekuel CINTA H2-Life After Married)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang